Ariana Lyra Aurelia tidak pernah menyangka cinta tulusnya dibalas dengan pengkhianatan kejam dari sang kekasih yang tega menghabisi nyawanya.
Di ujung napas yang masih bisa Ia pertahankan, Kael Ethan Thomson, pria yang dijodohkan oleh ayahnya datang. Memeluk tubuh Ariana dengan air mata membasahi pipi pria itu. Pria yang selama ia abaikan karena perjodohan justru menjadi pria yang sangat tulus mencintainya dan selalu ada untuknya, bahkan ada disaat terakhirnya.
"Andai aku memiliki kehidupan kedua, aku akan mencintaimu setulus hatiku..."
Apa yang akan Ariana lakukan ketika kehidupan kedua benar-benar diberikan untuknya?
Ikuti kisah mereka...!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FT.Zira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20.
# Beberapa saat sebelumnya...
Kael menghentikan mobilnya saat jarak kediaman Aurelia hanya tinggal beberapa meter kala netranya menangkap mobil Ariana keluar dari kediaman.
"Mau kemana Lyra malam-malam seperti ini,"
Kael bergumam pelan, mengikuti mobil Ariana dari belakang setelah memastikan bahwa Ariana-lah yang berada di dalam mobil itu melalui ponsel yang sudah terhubung dengan GPS yang sengaja ia pasang secara diam-diam di ponsel Ariana, mempermudah bagi dirinya untuk memastikan keselamatan gadis itu meski ia sedang tidak bersama Ariana.
"Sepertinya aku tahu kemana Lyra akan pergi,"
Tangan Kael terkepal. Rasa kesal yang tidak ia ketahui dari mana datangnya menyusup ke dalam hatinya ketika melihat Ariana pergi tanpa mengatakan apapun di saat dirinya sengaja meringankan sesi latihan hari ini dengan harapan Ariana akan meminta dirinya untuk menemani gadis itu pergi, nyatanya gadis itu justru pergi seorang diri.
Hingga, ketika dugaannya terbukti benar, ia segera mengganti pakaiannya dengan setelan jas yang sengaja ia persiapkan sebelum pergi saat melihat mobil Ariana memasuki area parkir casino.
Selama beberapa saat, pandangannya sempat terpaku melihat penampilan Ariana malam itu. Gaun malam nuansa hitam itu membuat penampilan Ariana terlihat lebih dewasa dari usianya saat ini, namun justru terlihat begitu menawan di matanya.
Kael tersentak saat Ariana melangkah masuk ke dalam casino ditemani pria berperawakan tinggi besar yang sebelumnya menahan Ariana untuk masuk. Dengan langkah cepat, Kael keluar dari mobil untuk mengejar Ariana.
"Mohon kartu identitas, Anda,"
Seorang pria berjas hitam segera menahan Kael saat pemuda itu akan masuk. Menumbuhkan rasa kesal baru di hatinya, namun tidak bisa melampiaskannya.
"Maaf, Anda tidak bisa..."
"Gadis yang baru saja masuk adalah kekasihku. Aku tidak bisa membiarkan dia masuk sendirian," potong Kael cepat.
"Apakah Anda berbicara benar atau Anda hanya sedang membual?" dia bertanya tajam.
"Kami ingin memastikan tamu kami aman selama berada di casino kami," lanjutnya.
"Haruskah aku menarik Oliver keluar hanya agar kau membiarkanku masuk?" sahut Kael tidak sabar.
"Maaf, apakah Anda juga memiliki janji dengan, Tuan Oliver?"
Pertanyaan itu datang dari orang berbeda, membuat Kael mengarahkan pandangan ke sumber suara hanya untuk melihat pria yang sebelumnya membawa Ariana masuk ke dalam melangkah keluar.
"Lebih tepatnya aku dan kekasihku memiliki janji yang sama," dusta Kael.
"Kalau begitu, Anda bisa masuk, Tuan,"
Dia menjawab sopan. Dalam benaknya ia berpikir bahwa hanya tamu khusus saja yang mengetahui nama Oliver. Jika pemuda di depannya bisa menyebut Oliver tanpa tambahan tuan di depannya seperti gadis yang bersamanya beberapa saat lalu, bisa di pastikan orang itu memanglah tamu yang di undang untuk datang.
"Silakan, Tuan," ujarnya sembari mempersilakan Kael masuk dengan satu tangannya.
"Terima kasih," sahut Kael.
Serta merta Kael menyambar kartu identitas yang masih berada di tangan pria pertama, melangkah masuk dengan terburu-buru, dan segera mencari keberadaan Ariana dengan menelisik tiap sudut tempat itu hingga ia menemukan Ariana duduk di depan meja bar.
Kael melihat Oliver memberikan sesuatu pada Ariana tanpa bisa melihat apa yang diberikan serta tidak mendengar apa yang mereka berdua bicarakan. Namun, ia melihat Ariana beranjak dari duduknya sesaat setelah Oliver menunjuk sebuah lorong di mana di dalamnya terdapat lift.
Dengan tergesa, Kael mengejar Ariana, meraih tangan gadis itu saat jemarinya hampir menekan tombol lift sekaligus menariknya hingga membuat Ariana kehilangan keseimbangan dan berakhir membentur dada Kael.
"K-Kael..."
"Apa yang kamu pikir akan kamu lakukan, Lyra?"
Untuk pertama kalinya, Ariana melihat amarah yang Kael tujukan pada dirinya, meski ia juga melihat kekhawatiran menyelimuti amarah yang Kael perlihatkan.
"Kenapa kamu di sini?" tanya Ariana.
Kael tidak segera menjawab. Netranya menatap lekat manik mata Ariana, mencoba untuk menggali lebih dalam apa yang Ariana sembunyikan, namun ia tidak menemukan apapun.
"Kenapa kamu harus datang ke tempat seperti ini seorang diri?" Kael balas bertanya.
"Apakah Paman Henry tahu tentang ini?" imbuhnya.
"Ayah tidak perlu tahu tentang ini, dan kuharap kamu tidak mengatakan apapun pada, Ayah," jawab Ariana.
"Mengapa?" tanya Kael.
"Aku tidak bisa mengatakannya." jawab Ariana sembari menepis tangan Kael dari tangannya.
"Kalau begitu, libatkan aku!" sahut Kael.
Ariana tersenyum tipis, lalu menggeleng.
"Kamu tidak percaya padaku?" tebak Kael.
"Aku percaya padamu, tapi aku tidak ingin menempatkanmu dalam situasi yang bisa membahayakanmu," jawab Ariana.
"Bahaya seperti apa yang sedang kamu bicarakan? Kamulah yang masuk ke dalam bahaya itu jika kamu melakukannya sendirian," sahut Kael.
"Apa yang harus aku takutkan dengan hal itu jika aku pernah berhadapan dengan bahaya itu?" jawab Ariana.
"Apa maksudmu?" tanya Kael.
Kedua tangan Kael reflek kembali terulur, menahan bahu Ariana agar tidak berpaling dan menatap lekat wajah Ariana, mencoba mencari jawaban dari siratan kalimat yang Ariana ucapkan.
"Apa maksudmu mengatakan itu? Bahaya apa? Kapan? Kenapa aku tidak mengetahui apapun?" cecar Kael.
"Uhm... Itu..."
Seakan baru saja tersadar akan ucapannya sendiri, Ariana mulai menundukkan kepala, namun segera terhenti saat Kael menahan dagu Ariana menggunakan jarinya.
Ada luka yang Ariana sembunyikan, ada lara yang Ariana tutupi di balik senyum yang biasa Ariana perlihatkan padanya.
"Apakah Ryeder melakukan sesuatu padamu?" tanya Kael hati-hati. "Apakah dia menyakitimu lagi?"
"Lagi?" ulang Ariana dengan dahi berkerut.
"Maksudku... Dia menyakitimu saat kamu di taman kampus tempo hari," ralat Kael.
Ariana tersenyum. "Aku tidak akan membiarkan dia kembali menyakitiku, juga Ayah. Itulah mengapa aku memintamu untuk mengajariku beladiri," jawab Ariana.
"Kalau begitu, aku juga akan menggunakan alasan yang sama." sahut Kael.
Tanpa menunggu jawaban, Kael menekan tombol lift, menarik Ariana masuk ke dalam begitu pintu lift terbuka, lalu menempelkan kartu khusus yang diberikan Oliver pada Ariana ke layar sensor yang membuat pintu lift menutup otomatis dan membawa mereka ke lantai tujuan mereka.
"Aku ingin melindungimu dan Paman dengan kedua tanganku sendiri,"
'Karena aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya,'
. . . .
. . . .
To be continued...
tetiba lampu mati dari pagi dan baru nyala sore😫🤧🤣
ngiriiiiii terossss kerjaannya 🤣🤣
uhukkk uhukk /Awkward//Awkward/
ehhhh
🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️🏃♀️