ini adalah cerita tentang seorang anak laki-laki yang mencari jawaban atas keberadaannya sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
Aura mencekam yang keluar dari Ari membuat seluruh tubuhku merinding seketika. Tekanannya begitu berat—seolah udara di sekitarku mengental dan menusuk kulit. Nafasku tercekat, keringat dingin mulai mengalir di sepanjang punggungku.
“Ari!” seruku, berusaha mendekatinya. Aku ingin menjangkau tangannya—ingin menghentikannya.
Namun langkahku tiba-tiba membeku.
Sret—
Craaaang!
Dari retakan kecil di aspal, rantai berwarna merah muda meletup keluar seperti hidup. Rantai itu membelit kedua pergelangan tanganku, kakiku, dan melilit erat tubuhku hingga aku terlempar ke tanah dan tak mampu bergerak.
“Tetaplah diam di sana, Arya!” suara Ari terdengar lembut, namun penuh perintah. “Aku tidak ingin melukaimu.”
Aku menatapnya dengan mata membesar. Rambut hitam Ari berkibar tipis oleh tekanan auranya. Senyum samar menghiasi wajahnya—senyum yang sangat kontras dengan aura mematikan yang melingkupinya.
Ari mengalihkan perhatian kepada mereka bertiga.
Adelia berdiri tepat di depannya, tubuh tegang dan senjatanya siap siaga.
Kelvin dan Luna berada di belakang Ari, dalam jarak menyerang, memandangi punggungnya dengan wajah yang sudah memucat.
Beberapa detik berlalu tanpa suara.
Suasana benar-benar membeku.
Adelia menelan ludah, Kelvin mengepalkan tangan yang dipenuhi percikan listrik halus, sementara Luna masih gemetar sambil menahan rasa takutnya.
Ari menaikkan dagu sedikit, tatapannya meremehkan.
“Tidak mau maju?” tanyanya santai, dengan nada seolah sedang memaksa anak kecil berkelahi.
Gigi Adelia bergemeletuk. Kelvin menarik napas panjang. Luna mengepalkan tangan hingga buku jarinya memutih. Mereka bertiga akhirnya memaksa diri maju.
Lalu—
Orochi muncul.
Dari bayangan di bawah kaki Adelia, tubuh raksasa menjulur keluar.
Seekor ular hitam sepanjang lima meter, sisiknya mengkilap seperti logam obsidian. Matanya merah menyala, pupilnya tipis seperti pisau. Desisnya menggema rendah, membuat bulu kudukku meremang.
Sky yang sejak tadi berada di belakang Adelia memekik tinggi, mengepakkan sayap perak besarnya dengan gugup.
Di sisi lain, petir biru bergemuruh di sekitar Kelvin; setiap percikan listriknya membuat udara bergetar.
Luna mengambil napas tajam… lalu menggores telapak tangannya.
Darah mengalir keluar—namun bukan menetes.
Darah itu naik ke udara, membentuk bola merah gelap yang berdenyut seperti jantung.
Ari hanya menyeringai miring.
Seolah semua itu… permainan anak-anak baginya.
Dalam hitungan detik—
“SKY, ANGIN!” Teriak Adelia.
BRUUUUSHH!
Sky mengepakkan sayapnya, menciptakan ratusan bilah angin yang berputar seperti gergaji, melesat dari depan tepat ke arah Ari.
“Kelvin!” seru Adelia lagi.
Kelvin mengangkat tangan, lalu menghentakkannya ke bawah.
DUAAAR!!
Dari langit yang cerah, seberkas petir biru raksasa turun menghantam ke titik tempat Ari berdiri.
Di saat bersamaan—
“Tombak…” suara Luna bergetar.
“TOMBAK DARAH!”
Darah yang melayang di udara memanjang cepat, berubah menjadi tombak runcing berwarna merah gelap, lalu menembus angin seperti proyektil yang dilepaskan meriam.
Tiga serangan dari tiga arah. Serangan yang seharusnya mematikan.
Tapi Ari…
tidak mundur.
Tidak gentar.
Tidak panik.
Ia hanya mengangkat satu jari.
“Klick.”
Sebuah jentikan pelan terdengar.
Dan dunia seolah berubah.
Craaaang—
Craaaang—
Craaaang!
Puluhan rantai merah muda meledak keluar dari titik di sekeliling Ari, berputar cepat membentuk kubah sempurna yang menutupinya dari segala arah. Rantai-rantai itu bergerak seperti makhluk hidup, membelit satu sama lain hingga tidak ada celah sedikit pun.
BOOOOOOMMMMM!!!
Tiga serangan menghantam kubah rantai bersamaan.
Ledakannya mengguncang tanah, membuat aspal retak di sekeliling mereka.
Asap tebal menyelimuti area itu. Angin berdesing, listrik menari liar di udara, dan bau darah Luna menusuk hidung.
Aku terbaring tak berdaya, tubuh terikat, hanya bisa menyaksikan pertarungan dalam ketakutan yang semakin dalam.