Yuan Chen, seorang yatim-piatu yang hidup dilanda kemiskinan. Direndahkan, dikucilkan, dihina, dan diperlakukan tidak baik oleh semua orang, sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Di dunia yang mengandalkan kekuatan sebagai hal utama, Yuan Chen tak mempunyai kesempatan untuk berlatih, ia selalu sibuk setiap harinya hanya untuk mencari sesuap nasi.
Namun, kehidupannya perlahan berubah, di saat takdir mempertemukannya dengan seorang Kakek tua yang memberinya Batu Hitam yang memberikannya kekuatan dan menjadikannya sangat kuat. Dan saat itulah Yuan Chen pun bangkit dari keterpurukannya dan memulai perjalanannya di dunia kultivasi yang kejam ini. Inilah kisah Yuan Chen, seorang pemuda yang berhasil menguasai Tiga Alam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Murid Tetua Qin Yi
Saat itu, di saat kekuatan didalam tubuh Yuan Chen kembali tertidur, Yuan Chen pun kehilangan kesadarannya, dan Mu Ling sempat ingin memanfaatkan kesempatan itu untuk mengakhiri hidup Yuan Chen dan juga Ding Zhi yang telah dalam keadaan tak sadarkan diri.
Namun, Tetua Qin Yi menghentikan aksi Mu Ling, dan menghukumnya sesuai aturan Akademi Tujuh Warna. Namun, melihat Mu Ling hanyalah seorang murid biasa, ia hanya menerima hukuman ringan, di mana Mu Ling di haruskan mengumpulkan sepuluh inti binatang monster kelah rendah, tetapi ia tidak akan mendapatkan imbalan apapun dari Akademi.
Sedangkan Yuan Chen diangkat menjadi Murid bersyarat, di bawah naungan Tetua Qin Yi, dengan syarat, Yuan Chen harus bisa menerobos tingkatan ranah hingga tingkatan ranah Tubuh Emas dalam kurun waktu satu tahun.
Tetua Qin Yi, menguasai sebagian besar Halaman Belakang Akademi Tujuh Warna, dan Yuan Chen pun berada di tempat itu, tempat kediaman Tetua Qin Yi berada. Suatu tempat yang sederhana dan begitu damai. Burung-burung berkicau merdu di pagi hari, ikan-ikan melompat-lompat di kolam seluas sepuluh meter. Semua permukaan tanahnya di lapisi oleh rumput hijau yang rata dan bunga-bunga menghiasi setiap sudut Halaman Belakang.
Namun, Tetua Qin Yi tidak seperti para Tetua lainnya yang mempunyai banyak murid, sedangkan dia hanya mempunyai dua murid saja, termasuk Yuan Chen saat ini. Namun, posisi Tetua Qin Yi di Akademi Tujuh Warna telah berada di ambang batas, karena dia yang selalu menolak untuk menerima murid baru, ia juga tak pernah terlibat dalam aktivitas Akademi, seperti kompetisi, misi, dan lain-lain. Membuat para tetua Akademi dan juga kepala Akademi sangat meragukan Qin Yi sebagai salah satu Tetua Akademi, dan berniat untuk mencopot jabatannya sebagai Tetua Akademi.
***
Satu bulan kemudian.
"Guru!" sapa Yuan Chen sembari membungkuk memberi salam hormat kepada Tetua Qin Yi.
Qin Yi pun mengangguk ringan dengan segaris senyuman di bibir merahnya merona nya yang tipis.
"Bagaimana pelatihanku, Yuan?" tanya Qin Yi dengan nadanya yang tenang.
Yuan Chen membungkukkan tubuhnya lagi, ia pun berbicara, "Maaf, Guru! Murid, membuat anda kecewa lagi!" kata Yuan Chen.
Qin Yi pun menghela nafas panjangnya.
'Hm... sampai sekarang, aku masih tidak merasakan bahwa Yuan Chen memiliki potensi yang dapat dikembangkan, dan kenapa bocah ini tidak memiliki energi spiritual di dalam tubuhnya? Lalu apa yang aku lihat saat itu?' batin Qin Yi, sangat begitu merasa aneh terhadap Yuan Chen.
Sudah satu bulan sejak Yuan Chen diangkat menjadi murid Tetua Qin Yi. Tetapi ia sama sekali tidak bisa mengeluarkan energi spiritual di dalam tubuhnya. Membuat Qin Yi merasa kecewa, tetapi ia masih tetap yakin, bahwa ada sesuatu yang tidak beres terhadap Yuan Chen.
Setiap hari, Qin Yi selalu memberikan satu butir pil peningkat energi spiritual untuk membantu pelatihan Yuan Chen. Namun tetap saja, tidak ada sedikitpun perubahan yang dialami oleh Yuan Chen. Namun, itu tidak membuat Yuan Chen patah semangat. Dia terus berlatih keras siang dan malam, bahkan di saat semua orang tertidur, ia masih giat berlatih, kadang juga bermeditasi, mencoba merasakan energi dari alam sekitar.
Saat itu, di malam hari. Yuan Chen tengah duduk dengan kedua kakinya yang menyilang, kedua matanya terpejam, duduk tenang bermeditasi di tepi kolam ikan.
Tiba-tiba, seseorang berbicara, 'Hei, bocah kecil!' suara itu terdengar begitu jelas oleh Yuan Chen.
Yuan Chen pun segera membuka matanya, pandangannya pun berkeliling, mencari-cari siapa yang baru saja berbicara. Tetapi tidak ada siapapun saat itu, hanya ada keheningan malam yang begitu tenang.
'Aneh! Perasaan, barusan ada yang berbicara...!?' batin Yuan Chen.
'Dasar bodoh! Aku ada di dalam lautan jiwamu.'
Suara itu terdengar kembali, membuat Yuan Chen terkejut. Tapi tiba-tiba, ia pun memasuki lautan jiwanya. Di mana itu adalah tempat yang sebelumnya pernah Yuan Chen datangi, sebuah lautan tak berujung dengan langit gelap yang bertabur bintang dan bulan yang bersinar terang.
Di kejauhan, ia melihat sosok batu hitam itu bergerak-gerak, tetapi pergerakannya nampak sangat begitu terbatas, dibatasi oleh lingkaran cahaya yang mengurungnya.
"Bocah kecil, aku di sini!" suara itu kembali terdengar oleh Yuan Chen. Membuat pandangan Yuan Chen kembali berkeliling, tetapi tidak melihat siapapun. Hingga pandangannya pun terfokuskan pada Batu Hitam dalam jarak.
"Kau... kau yang sedari tadi berbicara?" tanya Yuan Chen, merasa aneh jika benar-benar sebuah batu dapat berbicara.
Namun, tiba-tiba batu itu meraung panjang, membuat suatu hempasan udara yang kuat dan itu membuat Yuan Chen terkejut, tubuhnya pun terdorong mundur. Tetapi yang lebih membuatnya terkejut lagi, di saat sosok batu itu yang tiba-tiba membesar, sisi batu terbuka, melebar seperti sayap kulit, diiringi dengan munculnya satu kepala dengan dua tanduk hitam di atasnya.