Bintang, harus pasrah saat dipaksa menggantikan adiknya, yaitu Azkia. Untuk menikah dengan seorang pria yang mempunyai kepribadian langka.
"Kenapa kamu mengorbankan Kakak? Dia kan di Jodohkannya dengan kamu, bukan aku."
"Aku tidak sudi, menikah dengan Pria yang Alergi pada wanita. Gimana mau bahagia," jawab Azkia dengan ketus.
Emillio Ferdinand, pria yang mempunyai kepribadian langka, harus menerima jika dia di jodohkan orang tuanya dengan Azkia. Dan apakah reaksi Emil, saat mengetahui jika pengantinnya di ganti?
Apakah rumah tangga Bintang dan Emil, akan bertahan? Dengan keadaan Emil yang Alergi jika di sentuh wanita. Atau, mampukah Bintang menyembuhkan penyakit Emil?
Simak yuk kisahnya hanya di Novel ini...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aisyah az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nasihat Papa Ezra
Happy reading......
Dalam perjalanan, Leon terus menatap ke arah Tiwi dari pantulan cermin. Dia tidak menyangka jika wanita itu sangat berani saat melawan Azkia, bahkan Tiwi melindungi Bintang, saat Azkia akan menumpahkan minuman ke arah istri Emil.
''Oh iya, Jubaidah. Sebenarnya, kemarin Gue bertemu dengan Sasa,'' ucap Bintang sambil melihat ke arah Tiwi.
Tiwi terlihat kaget saat Bintang mengucapkan itu, kemudian dia menatap ke arah sahabatnya.
''Sasa? Kamu bertemu dengan dia di mana?''tanya Tiwi kepada Bintang.
Namun, entah kenapa Emil dan Leon merasa jika nada bicara Tiwi seperti orang yang tidak suka, saat Bintang membicarakan tentang Sasa, dan itu sangat terlihat jelas di mata Leon saat dia melihat raut wajah Tiwi, saat mendengar jika Bintang bertemu dengan Sasa.
''Kemarin, saat aku makan siang di restoran. Ternyata, dia kerja di sana sebagai pelayan. Lain waktu, kita ke sana yuk! Kita 'kan juga sudah lama tidak kumpul-kumpul, kemarin juga aku sudah meminta nomornya kok kepada Sasa, dan kita harus hangout bareng. Aku kangen deh masa-masa zaman dulu,'' ucap Bintang dengan wajah gembira, karena mereka akan bertemu dan berkumpul kembali seperti dulu.
Tiwi memalingkan wajahnya ke arah samping, kemudian dia meminta Leon untuk menghentikan mobilnya. ''Loh, kok berhenti?'' tanya Bintang dengan heran.
''Iya, aku lupa. Aku masih ada kerjaan, aku duluan ya. Tidak papa, aku berhenti di sini saja. Soalnya, aku harus bertemu juga dengan klienku, dan untuk Sasa, maaf lain waktu saja kita bertemunya.'' Setelah mengatakan itu Tiwi pun pamit kepada Bintang dan Emil.
Bintang merasa aneh dengan perilaku dan juga sikapnya Tiwi, karena tidak biasanya wanita itu menghindar dari pembicaraan. Entah kenapa, Bintang merasa jika Tiwi tidak suka saat dia membicarakan Sasa, tapi Bintang segera menipis perasaan itu. Sebab, yang Bintang tau, mereka bertiga itu sahabatan. Jadi, tidak mungkin ada konflik antara mereka bertiga, apalagi antara Sasa dan juga Tiwi.
'Kenapa, aku merasa teman si cewek rantang ini sedang menyembunyikan sesuatu ya?' batin Emil sambil melihat lurus ke arah depan, saat mobil sudah berjalan kembali.
Sementara itu Tiwi masuk ke dalam taksi sambil menatap jalanan, dia menghela nafasnya dengan kasar saat mengingat ucapan Bintang tadi saat di dalam mobil Emil. Dia benar-benar tidak siap jika harus bertemu dengan Sasa.
''Kenapa juga wanita itu harus muncul, dan Bintang harus bertemu dengan dia? Aku sampai saat ini, masih geram kepada wanita itu. Mungkin, jika aku bertemu dengannya. Aku bisa mencabik-cabik wajahnya. Jika saja, Bintang tahu kebenarannya, mungkin Bintang akan sangat marah dan juga kecewa?'' ucap lirih Tiwi dengan tatapan yang sendu.
Entah ada rahasia apa antara Tiwi dan juga Sasa? Hanya mereka berdua lah yang tahu, tapi jauh di dalam hati Tiwi, dia begitu kecewa kepada Sasa, sahabatnya. Tiwi juga sudah menganggap Sasa sebagai mantan sahabat, sebab sejak kejadian waktu itu, Tiwi tidak pernah menganggap Sasa sebagai temannya lagi. Dia sudah mencoret Sasa dari garis persahabatan.
**************
Malam ini Bintang sedang menonton film drakor kesukaannya di ruang tv, sambil memakan cemilan yang ada di toples. Lalu, Emil yang baru saja keluar dari ruang kerjanya seketika menghampiri Bintang dan duduk di seberang istrinya.
Bintang tidak memperdulikan kedatangan Emil, dia masih fokus kepada film yang saat ini tengah diputar. Lalu, Mama Ria yang melihat Putra dan menantunya sedang berada di ruang tv pun, duduk di sebelah Bintang dan bergabung untuk menonton TV.
''Wah, ternyata menantu Mama ini suka sekali dengan film drakor ya? Siapa artis favorit kamu, Sayang?'' tanya Mama Ria kepada Bintang.
''Oppa Song Joong Ki, Ma. Bintang sangat berharap bisa bertemu dengan Oppa, dan Bintang berharap, selalu bertemu di dalam mimpi setiap malam. Dia begitu tampan, manis, imut dan sangat menggemaskan. Akan tetapi, dia juga sangat macho, apalagi sekarang Oppa sedang jomblo. Rasanya, Bintang ingin sekali datang dan mengatakan, Sarangheo Oppa,'' ucap Bintang sambil menggigit bantal yang saat ini sedang dia dekap dengan wajah yang imut.
Mama Ria terkekeh mendengar ucapan Bintang. Sementara itu, Emil menekuk wajahnya dengan kesal. Entah kenapa, dia merasa tidak suka saat Bintang memuji pria lain di hadapannya.
''Apa tampannya pria itu, dengan mata sipit? Bahkan, badan saja tidak Atlantis. Masih machoan juga badan aku, Atlantis dan berotot. Bahkan, kamu bilang roti sobekku juga ada 8? Memangnya aku ini kurang hot?'' gerutu Emil sambil melipat kedua tangannya di depan dada dengan wajah ditekuk kesal.
Mama Ria dan Bintang saling melirik satu sama lain, kemudian mereka berdua terkekeh. Mama Ria benar-benar terhibur, karena keberadaan Bintang benar-benar mengubah hidup Emil. dia melihat jika keberadaan Bintang yang ada di sisi Emil, membuat Putra satu-satunya itu menjadi pribadi yang humoris. Bahkan, hari-hari Emil dipenuhi dengan tawa dan juga senyuman.
Biasanya, Emil akan terlihat kaku dan datar setiap harinya, tapi semenjak mengenal Bintang, selalu ada saja senyuman di hari-hari Emil, dan itu membuat Mama Ria sangat bersyukur.
''Memang, roti sobekmu itu ada 8. Akan tetapi, kalau kamu nggak menyentuh istri kamu, ya wajar aja dong, kalau Bintang itu mengidamkan pria seperti artis Korea yang ada di hadapannya itu? Wajar saja, jika Bintang terkesima dengan ketampanan artis itu. Kalau kamu memang ingin membuat istri kamu terkesima dan takluk kepada kamu, maka harusnya kamu menyentuhnya,'' ujar Papa Ezra sambil duduk di samping Emil kemudian menepuk pundak putranya.
''Maksud Papa?'' bingung Emil sambil menatap Papanya dengan tatapan heran.
''Ckckck, Emil, Emil ... kamu ini seorang suami, dan Bintang adalah seorang istri. Seorang suami harus memberikan nafkah lahir dan batin, bukan lahir saja, tapi batiniah juga harus. Kamu memang saat ini mempunyai kekurangan, Nak, tapi kamu harus melawan itu semua. Dari yang Papa lihat alergi kamu sudah mulai berkurang semenjak Bintang ada di sisi kamu? Coba kamu pikirkan, berapa kali kamu bersentuhan dengan Bintang, namun tidak merasakan sesak? Kamu harus melawan itu semua Nak! Kamu harus bisa mengendalikan rasa alergi mu itu, agar rumah tangga kamu dan Bintang berjalan dengan lancar dan langgeng. Cobalah untuk melawannya! Cobalah untuk terus berusaha, dengan menyentuh istri kamu!.Papa dan juga Mama sudah tua, kami menginginkan seorang cucu, Nak. Apakah kamu tidak ingin memberikan kami cucu?'' tanya papa Ezra kepada Emil.
Bintang dan juga Emil saling melirik satu sama lain dalam diam. Mereka benar-benar tidak bisa menjawab ucapan Bapak Ezra, dan setelah mengatakan itu Papa Ezra dan juga Mama Ria pun masuk ke dalam kamar, meninggalkan Emil dan juga Bintang di ruang tv.
Beliau sengaja berkata seperti itu kepada putranya, karena beliau ingin melihat putranya bahagia dan bersikap normal seperti lelaki lain pada umumnya. a
Apalagi Bapak Ezra tahu, jika Emil sudah menjadi seorang suami, dan istri butuh nafkah batin dari suaminya, bukan cuma nafkah lahir saja. Jadi, Papa Ezra mendorong agar Emil mau melawan alerginya itu. Supaya rumah tangganya Bersama Bintang tidak hancur gara-gara penyakit yang diderita oleh Emil.
Sedangkan Emil, hanya diam saja memikirkan ucapan Papa Ezra. Dia membenarkan apa perkataan Papanya. 'Papa benar, aku harus melawan rasa ini. Aku harus melawan penyakit ku! Aku tidak boleh membiarkannya terus menggerogoti jiwaku. Papa juga benar, jika aku bersentuhan dengan Bintang, terkadang aku tidak merasakan apapun? Sebaiknya, aku besok kontrol dulu ke rumah sakit dan bertanya kepada Carlo, kenapa aku bisa menyentuh Bintang tanpa sesak nafas? Setelah itu, aku aku bertekad untuk sembuh, dan aku yakin Bintang memang obat penyembuhku.' batin Emil sambil melihat ke arah Bintang, tetapi wanita itu pura-pura fokus ke layar televisi yang ada di hadapannya.
Bintang juga sebenarnya bingung saat mendengar ucapan Papa Ezra, dia tidak tahu apa yang harus dia ucapkan. Makanya dia pura-pura melihat ke arah televisi, padahal hatinya juga saat ini sedang bingung. Sebagai seorang istri, dia memang juga butuh nafkah batin, tapi Bintang tidak menghiraukan itu. Karena Bintang pun belum pernah merasakan nafkah batin dari seorang pria, jadi dia tidak ambil pusing selagi dia happy.
''Aku ke kamar duluan ya,'' ucap Bintang sambil mematikan televisi, kemudian berjalan ke arah kamar.
''Tunggu!'' Emil menghentikan langkah Bintang, saat wanita itu keluar dari ruang tv.
Bersambung.......
aku ajah lihat baju gitu ingin tak bakal menggelikan 😅😅
apa enak nya sihh ikut mertua aku sajahhh jadi bintang ogahhh sumpekkk 😂😂😂😂🤣🤣🤣,,
sulit gerak nafas tinggal seperempat 😀
jarang ada wanita menerima apalagi tanpa cinta
biasanya wanita akan lebih egois apalagi tanpa cinta
bener gak Thor 🤭
pernah kehilangan seorang ayah diwaktu masih SMK tapi tetap sakit meskipun hanya 1 tahun sekali
kurang kasih sayang seorang ayah tau² pergi merasa gak percaya gitu 🤧