Ratih gadis miskin yang lugu dari Desa Cempaka yang di cintai oleh sosok Siluman ular yang berusia ribuan tahun----Setelah cintanya dikhianati oleh Arya, anak kepala Desa dusun Cempaka. Ratih Dipaksa membuat Perjanjian pernikahan dengan Pangeran Naga Seta yang sudah terobsesi pada Ratih----demi keamanan desanya lewat pernikahan gaib.
Warga Desa yang kembali terikat dengan Siluman ular penghuni aliran Sungai Seta harus memberikan sayeba setiap sebulan sekali untuk Siluman ular penghuni sungai, akankah warga desa terlepas dari perjanjian gaib ini.
Mengisahkan Dendam, Sakit hati, dan Perjanjian gaib di jadikan satu dalam novel ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri Sabina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Sore ini para warga desa amat sibuk menyiapkan persembahan untuk nanti malam----dengan menyiapkan buah-buahan, hasil panen dan dupa yang diletakan----diatas tampah anyaman kayu.
Untuk tumbal persembahan, Keraton Seta menginginkan darah kerbau----satu darah kerbau cukup. Tumbal ini harus di berikan sebulan sekali sebagai perjanjian masa lalu yang sudah di sepakati.
Para wanita sibuk menyusun buah-buahan hasil panen, seperti sawo, rambutan, jeruk, dan jenis lainnya.
Para anak-anak berlarian menyambut pemberian sesaji ini, banyak dari mereka lebih ceria.
"Bu maaf nih, saya nggak tahu soal perjanjian desa ini dulu," ucap seorang gadis yang nampak lebih tua dari Ratih---hanya saja udah menikah.
Tangannya sibuk membentuk daun janur kuning yang akan di gunakan untuk sesaji yang akan di berikan, suaranya amat meriah seperti hajatan---tapi bedanya para warga desa sudah mengarah ke hal sesat lagi.
"Iya itu dulu, sebelum islam masuk ke desa ini."
Ibu-ibu sibuk merangkai janur kuning dan menata buah, Hani selaku gadis desa yang lulusan S1 kota sebenarnya juga tak percaya hal seperti ini.
Tapi semenjak kembali menghidupkan perjanjian lama, dan sekarang para warga desa mulai hidup dalam kemakmuran.
Hani tak bisa berpikir secara logika, "Bude coba ganti seserahannya misalnya bisa pakai babi...yah meski di desa ini gak makan babi...Tapi saya kenal peternak babi di kota."
"Tapi Sungai Seta meminta jika persembahannya kerbau, Nduk."
Hani yang lulusan S1 dan kuliah di kota berpikir panjang daripada menumbalkan kerbau yang harganya mahal, kenapa tak menumbalkan babi saja-----pikir Hani.
Toh kalo Babi selain harganya murah merawatnya juga gampang, lagipula warga desa ini tak ada yang memakan Babi.
"Babi harganya murah Bude...Kalo kerbau mahal, lagian kerbau 'kan bisa di gunakan buat bajak sawah," pikir Hani.
Tangan gadis yang berusia 23 tahun itu menimbang-nimbang, wajar saja karena Hani lulusan S1 ekonomi peminatan bisnis---jadi hal seperti itu sangat mudah di pikirnya.
"Bener juga sih, nduk. Tapi kita perlu bicara dulu dengan utusan Keraton Seta."
Kata nenek tua yang duduk di sebelah Hani yang tangannya memegang dupa---dan bakar-bakaran.
"Utusan Keraton Seta?" tanya Hani yang membeo.
"Nih Warga desa percaya amat ama hal beginian, random banget. Jangan-jangan mereka di kibulin lagi."
Hani terkekeh dan membatin, tangan sibuk menata nampan besar yang nanti isinya kelapa yang warnanya hijau, bunga tujuh rupa, wewangian berupa dupa dan kemenyan.
Tak lupa jajanan pasar. telur ayam kampung 5 biji dan jumlah telurnya harus ganjil jangan genap, lilin, dan uang kertas yang nanti di persembahkan oleh para warga kepada Sungai Seta.
"Coba nanti perantaranya siapa?" tanya Hani yang langsung ke intinya.
"Mbah Suti," jawab ibu-ibu dengan singkat.
"Oh Yowes Mbak Yu nanti aku yang ngomong ama Mbah Suti---selesai ritual."
Hani bicara seolah dirinya berpikir menghemat pengeluaran desa, karena pemikiran gadis yang lebih tua dari Ratih ini---daripada buang-buang uang buat hal seperti ini lebih baik uangnya buat bangun desa.
Sungguh pikiran yang realistis, tapi tak semua warga desa yang berpikir seperti Hani---karena ancaman banjir bah kemarin, juga belakangan ini banyak ular welang yang masuk rumah.
Setelah ular Welang masuk rumah pasti salah satu anggota keluarga akan ada yang mati mengenaskan, entah karena sakit atau tiba-tiba kejang-kejang terus meninggal dunia.
"Kematian begitu kenapa nggak ke puskesmas aja sih, ini tenaga medis kenapa pada diem-diem bego bukannya turun ke lapangan." Hani mendengus dalam hatinya, tapi dirinya ingin protes.
Apalah daya dirinya tak bisa karena jumlah lebih banyak dan pemikiran mereka masih kolot dan jauh dari kata logika, Hani akhirnya mau tak mau akan berkonsultasi dengan temannya untuk hal seperti ini.
"Apa Vladimir bisa bantuin gua ya," batin Hani.
"Ah jangan deh, dia lagi ada masalah mau PDKT ama tuh anak SMA---lagian Vlad Pea banget---anak jendral di deketin---di suruh hidup dari nol."
Hani ngedumel tentang teman kampusnya yang anak hukum, Vladimir memang anak hukum mengambil peminatan Pengacara---sedang mendekati anak jendral Nathan Aditya Rejaya---Dania Anindita Rejaya.
"Masa bodo deh nanti gua chat Vlad dulu," tekad Hani dari dalam hatinya.
Hani yang sedang merangkai daun janur kuning dengan perasaan campur aduk tiba-tiba di dekati oleh Pak Le Vito---hari ini pria itu mengenakan kaos putih polos, kain batik sebagai bawahnya dan blangkon karena ingin melakukan ritual.
"Kenapa sih Nduk? mukamu asem gitu? Putus ama pacarmu laki-laki kota," ledek Pak Le Vito menepuk pundak Hani.
"Belum punya Pak Le, Bune belum izinin aku nikah." Hani menjawab sambil merangkai janur kuning tanpa menoleh.
"Waduh nduk-nduk, cantik-cantik belum ada yang lamar, cepet nikah nanti jadi perawan tua."
Semua orang di sana pada terkekeh bahkan ada yang tertawa, terkecuali Hani yang nampak risih mendengar candaan Pak le Vito yang menurutnya sangat tak etis---kerena belum menikah dan sudah hal privasi.
"Iya nanti doain aja Pak le," jawab Hani singkat.
"Apaan sih nanyain begituan, ini bener-bener yaa! Emang udah nikah itu prestasi! ada-ada aja!" dengus sebal Hani dalam hati, sementara ibu-ibu masih tertawa.
"Yowiss aku mau kesana dulu, mari."
"Inggih Pak le," jawab ibu-ibu itu secara serempak.
Hani masih fokus merangkai janur kuning daripada dirinya harus menanggapi, warga desa yang pembicaraannya unfaedah lebih baik diam---dan cari cara agar perekonomian di desa ini lancar.
"Nanti gua coba ngomong ama Mbah Suti deh," tekad Hani.
*
*
*
hais sebel deh klo kyk gini
lanjutkan kk
tp klo ini bgg gmn mau jadi manusia lahi tih ratih
harus yakin dong jagn goyaho
Minta dibantuin sm Ambarwati aja Ratih buat kluar dri alam itu.
Pasti Ambarwati mau mnolongmu, karena dia mencintai Seta.
Tp ko rapat istana ga dilibatkan Ratih nya, dan juga Ratih dibentak ddepan orang banyak.
Gak kbayang sedih dan hancur nya hati Ratih ya, baru juga bermesraan, stelah nya Seta seakan lupa. 😭😭😭
Gimana ya klo Ratih hamil, waduh gawat juga klo gitu.
Para siluman memang sangat perkasa klo soal hubungan suami istri, brbeda sm manusia. 😁
Syukur deh Ratih meminta tolong pada bulan Suti, smoga beliau bisa bantu.
Dan syukur juga Seta percaya perkataan Ratih tanpa mnaruh curiga, dia memang mncintai Ratih tp cara x salah.
Knpa harus melarang Ratih pulang ke dunia x coba, dan bukan kh Ratih dsana juga demi desa x, trus knp lg hrus mminta tumbal sgala. 🤦♀️🤦♀️🤦♀️
Itu namanya gak ada keuntungan x buat Ratih.
Lama2 mereka tidak hnya minta tumbal babi, tp minta tumbal manusia lg.
Karena smakin dturuti, mka semakin mereka serakah.
Ujung ujungnya gak bisa lepas dri mereka klo udh bersekutu begitu, kecuali mati.
Dan yg bnyk rugi manusia x, bukan mereka. 😞😞😔
Klo berfikir secara logika sih, gak ada untung x bersekutu sm iblis, yg ada hidup selalu dlm bayang bayang ketakutan dan tekanan, dan lebih miris x Allah sangat murka dan tobatnya pun tidak diterima lg. 😭
Seharusnya klo jtuh miskin ya hrus berubah, ini malah sebaliknya.
Pasti tuh bkl diteror oleh jelmaan ular itu nanti, kan udah main nyuruh2 para antek x untuk mmbunuh ular itu.
Aq tuh semenjak baca yg horor2 gini, sering mimpi yang aneh2 thor, 😔ke mimpi ke dunia lain gitu, mlihat wujud yang aneh-aneh juga sering, bahkan mimpi diperlihatkan pesugihan pun pernah 😬😩.
Mimpi ketemu gelang emas, pas aku pegang tiba-tiba berubah jd mata uang yang aneh, trus dimata uang itu ada gambar raja yg serem bngt rambut gimbal, dan bersuara aaaaaaa bergema gitu.
Trus tidak lama keluar asap hitam pekat dri mata uang itu, tiba-tiba berubah jd sebuah peta, dimana dipeta itu aku diperlihatkan ke singgasana kerajaan gitu, terus aku melihat ada bnyk mas berlian permata yg berkilauan, serta sesajen di wadah bundar besar.
Dan aku melihat para kunti berbaris rapi , lupa ada brp barisan.
Aku lihat aura mereka juga berbeda beda, bermacam-macam warna, kecuali putih.
Aku sangat takut mlihat begituan, trs aku bca ayat kursi dlm hati kemudian kebangun deh. 😫😫😫😫
Mimpi x udh sangat lama bngt.