Dilarang memplagiat karya!
"Pernikahan kontrak yang akan kita jalani mencakup batasan dan durasi. Nggak ada cinta, nggak ada tuntutan di luar kontrak yang nanti kita sepakati. Lo setuju, Aluna?"
"Ya. Aku setuju, Kak Ryu."
"Bersiaplah menjadi Nyonya Mahesa. Besok pagi, Lo siapin semua dokumen. Satu minggu lagi kita menikah."
Aluna merasa teramat hancur ketika mendapati pria yang dicinta berselingkuh dengan sahabatnya sendiri.
Tak hanya meninggalkan luka, pengkhianatan itu juga menjatuhkan harga diri Aluna di mata keluarga besarnya.
Tepat di puncak keterpurukannya, tawaran gila datang dari sosok yang disegani di kampus, Ryuga Mahesa--Sang Presiden Mahasiswa.
Ryuga menawarkan pernikahan mendadak--perjanjian kontrak dengan tujuan yang tidak diketahui pasti oleh Aluna.
Aluna yang terdesak untuk menyelamatkan harga diri serta kehormatan keluarganya, terpaksa menerima tawaran itu dan bersedia memainkan sandiwara cinta bersama Ryuga dengan menyandang gelar Istri Presiden Mahasiswa.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ayuwidia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 23 Istri Gue
Happy reading
Berulang kali Ryuga melirik layar ponselnya. Hanya menampilkan notif pesan dari grup chat anak-anak BEM inti. Riuh seperti biasa.
Sementara yang ditunggunya sedari tadi, balasan pesan dari Aluna.
Ryuga mendengus kesal. Puluhan chat yang dikirim ke nomor Aluna, satu pun belum dibaca dan dibalas.
"Apa gue samperin aja ya?" monolognya. Lalu melirik mesin waktu yang melingkar di pergelangan tangan. Waktu sudah menunjuk pukul empat sore.
Tanpa berpikir panjang, Ryuga bergegas meraih kunci sepeda motor yang tergantung di dinding dan membalut tubuhnya dengan jaket denim berwarna hitam. Niatnya untuk menjemput Aluna sudah bulat.
Namun sebelum kakinya terayun, terdengar suara notif pesan.
Ryuga segera membaca nama yang tertera di layar ponsel.
"Luna --" gumamnya.
2 Message from Aluna:
Kak, maaf baru balas. Tadi lagi fokus menyortir berita
Aku izin pulang malam. Ba'dha Maghrib kami kedatangan tamu, Wakil Jendral BEM Universitas Angkasa Dirgantara.
Ryuga membuang napas--sedikit kasar. Kesal yang dirasa semakin bertambah setelah membaca pesan yang dikirim oleh Aluna, mendorongnya untuk segera mengetik pesan balasan.
Gue jemput sekarang
Send
Pesan balasan untuk Aluna terkirim.
Singkat, padat, dan bernada khas. Menuntut untuk tidak dibantah.
Setelah memastikan pesan balasannya dibaca oleh Aluna, Ryuga mendial nomor Ayu.
Telepon tersambung. Suara khas Ayu terdengar. Namun ada yang berbeda. Ritme degup jantungnya cukup normal ketika mendengar suara itu.
Entah apa yang terjadi.
Mungkin skala cintanya sudah mengecil. Atau ... hampir menghilang. Semoga.
"Bu Ayu, lo lagi sibuk nggak?" Ryuga melontarkan pertanyaan itu setelah menjawab salam.
"Enggak. Cuma ... aku lagi di rumah sakit, nemenin Mama Alisa."
"Tante Alisa kenapa? Sakit atau --"
"Darah tinggi, gara-gara ketipu arisan bodong."
"Sekarang gimana keadaannya?"
"Alhamdulillah udah agak mendingan."
"Alhamdulillah. Insya Allah ... ntar malem gue ke sana sama Aluna. Tapi, gue bisa minta tolong?"
"Minta tolong apa?"
"Lo ke studio 'Cakrawala Media' sekarang."
"Aku udah izin. Hari ini nggak bisa ke sana --"
"Karena nemenin Tante Alisa kan?"
"Tuch tau."
"Nanti biar gue yang gantiin. Tapi, lo ke studio dulu buat gantiin Aluna. Kasian dia. Dari tadi bantuin nyortir berita dan bakalan pulang malam."
"Cieeee, ada yang nggak mau kelamaan jauh dari bini-nya nih."
"Ck, gue cuma kasian sama dia. Dari pagi sampai jam segini belum rehat. Bayangin-nya aja capek. Apalagi yang ngejalani."
"Udahlah nggak usah ngeles. Kaya' nggak tau anak organisasi aja, Pak."
"Gue beneran kasian sama dia --"
"Bilang aja kangen. Nggak usah muna. Apalagi malu-malu meong."
"Gue ... nggak tau. Yang jelas, gue nggak mau dia pulang malam.”
"Pffft. Ya udah. Aku otw sekarang. Kamu buruan otw juga jemput Aluna. Nanti biar Bi Sasmita yang jagain mama."
"Kenapa nggak Bang Juna aja?"
"Suamiku lagi meeting sama klien. Pamit pulang agak malam."
"Lo nggak curiga, Bu?"
"Nggak ada yang perlu dicurigai, karena aku tau betul suamiku. I trust him, he trusts me."
"I look up to you. Gue kagum sama lo dan Bang Juna. Samara ya, Bu."
"Aamiin. Kamu dan Aluna juga ya."
"Insya Allah --"
Sambungan telepon berakhir.
Ryuga meraup udara dalam-dalam, kemudian menghembuskan perlahan. Hempas setitik rasa ngilu yang bercokol di kalbu.
Bukan ngilu karena cemburu. Tapi karena skeptis yang masih buatnya meragu.
Ninja ZX-25R berwarna merah melaju di bawah naungan langit sore. Melesat, membelah kepadatan kota. Mengantar Ryuga ke studio radio Cakrawala Media untuk menemui sekaligus menjemput Aluna.
.
.
"Assalamu'alaikum, gaessss." Sapaan Ayu sukses mengalihkan perhatian Aluna, Aksara, Hani, dan Lingga yang tengah fokus menyusun naskah untuk siaran nanti malam.
Balasan salam mengudara, diikuti toyoran pelan yang dilabuhkan oleh Hani--tepat mengenai dahi Ayu.
"Kenapa lagi nongol, Bu?"
"Tadi kan aku udah izin dan bilang ada keperluan urgent --"
"Pasti bikin adeknya Aruna." Lingga menyahut dan terkekeh.
"Ish, anak kecil sok tau." Ayu menjitak pelan kepala Lingga, lalu menjatuhkan bobot tubuhnya di kursi--bersebelahan dengan Aluna.
"Mama mertuaku sakit dan harus opname. Makanya, tadi aku izin ... nggak bisa berangkat ke studio karena ada keperluan urgent--menemani beliau."
"Tante Alisa sakit apa, Kak?" Aluna turut bersuara dan memfokuskan atensi pada lawan bicara.
"Darah tinggi, Lun."
"Syafakillah, semoga Tante Alisa segera diberi kesembuhan --"
"Aamiin ...." Ayu, Aksara, Hani, dan Lingga kompak mengamini doa tulus yang dituturkan oleh Aluna.
"Kenapa Kak Ayu ninggalin beliau dan malah datang ke studio?" Aluna kembali bertanya.
"Gara-gara suamimu. Dia yang nyuruh aku datang ke studio buat gantiin kamu."
Jawaban yang mengalir tanpa beban dari bibir Ayu sukses membuat Aksara, Hani, dan Lingga mengerutkan dahi. Menatap penuh tanya dan mengunci atensi pada satu titik.
"Maksud kamu siapa, Yu?" Pertanyaan itu dilayangkan oleh Aksara. Mahasiswa semester akhir yang sudah lama mendamba Aluna. Wakil ketua Cakrawala Media.
"Bentar lagi orangnya nongol bawa segepok rindu."
"Ck, jangan bercanda. Aku serius nanya."
"Aku juga serius jawab."
"Aluna beneran sudah punya suami?"
Ayu mengejapkan mata. Namun sebelum bibirnya mencetuskan jawaban, seseorang terlebih dulu menyahut.
"Ya, Luna udah punya suami. Dia istri gue."
Suara khas Ryuga memenuhi seisi ruang. Datar. Namun terdengar menggelegar dan sukses meremukkan ulu hati.
Aksara menggeleng. Menatap tak percaya.
Sama seperti Aksara, Hani dan Lingga pun menatap tak percaya.
Speechless, kata yang tepat untuk menggambarkan ekspresi kedua gadis itu.
"Nggak mungkin?" ucap Aksara--lirih, tapi tertangkap oleh indera pendengaran Ryuga.
"Why not possible? Kenyataannya, gue emang suami Aluna. Kami udah nikah. Kalau lo masih nggak percaya, besok malem datang ke Hotel Mahesa. Gue undang lo ke pesta resepsi pernikahan kami."
Usai menanggapi ucapan Aksara, Ryuga mengalihkan atensinya pada Aluna.
"Love, ayo pulang. Lo mesti istirahat, biar ntar malem bisa nemenin gue begadang."
Love? Sweet amat, Pak Ketu.
Ayu melipat bibir, menahan tawa yang ingin mengudara.
Kata 'love' yang diucapkan oleh Ryuga terkesan manis. Namun bagi Ayu, serasa menggelitik telinga.
"Anjirrr! Begadang, Best! Pak Ketu sama Luna mo bikin ponakan buat kita." Celotehan Lingga sukses membobol pertahanan. Memaksa Ayu memuntahkan tawa.
"Pftttt ... Astaga. Maaf, aku ketawa."
Lingga dan Hani turut tertawa. Namun tidak dengan Aksara.
Aksara membisu. Lidahnya kelu. Dadanya serasa ditimpa beban yang sangat besar dan berat.
Keinginannya untuk menjadikan Aluna kekasih halal telah pupus.
Tiada lagi harapan.
Lesap sudah kesempatan yang ditunggu sejak lama.
Ridho, satu kata itu yang berusaha ditumbuhkan dalam benak.
"Love, ayo pulang." Ryuga mengulangi ucapannya dan merendahkan nada suara. Raih tangan Aluna, lalu menariknya pelan.
Bukan Aluna yang salting, tetapi ... Hani dan Lingga. Dua gadis yang masih bergelar 'jomblowati'.
Mereka sungguh tidak menyangka, Sang Ketua BEM yang dikenal galak, cuek, dan tak tersentuh, bisa juga berucap sekaligus bersikap sweet.
"Alamak ... hati adek berkebun-kebun, Bang." Lingga memeluk kaki meja dan menghujani dengan kecupan.
Sementara Hani, merentangkan tangan dan bersiap memeluk Aksara. Namun yang ingin dipeluk malah menghindar dan beranjak dari posisi duduk, lantas masuk ke dalam ruangan yang aman sekaligus nyaman untuk meluapkan buncahan rasa. Manusia di bumi ini menyebutnya 'toilet'.
"Buruan bawa Aluna pulang. Dan ... bikinin jodoh buat Aruna," ujar Ayu--menyematkan sebaris senyum. Tulus dan tanpa terpaksa.
Ryuga mengangkat satu jempol tangannya dan menarik kedua sudut bibir.
"Gue sama Aluna pulang dulu," pamitnya sembari menggenggam erat tangan Aluna dan membawa bidadari bermata indah itu keluar dari studio.
Tidak ada penolakan.
Aluna menurut.
Langkahnya teratur, mengikuti ayunan kaki Ryuga.
🍁🍁🍁
Bersambung
kreatif. Tapi nilai kreatifnya akan bermakna jika digunakan ke arah hal yg lbh positif. ngritik boleh. Tapi lbh baik jika energinya dibuat utk ikut membangun aja kan... membangun bukan yg berarti harus ini dan itu, terjun di politik atau apalah..berpikiran kayak anak muda di kisah ini, itu udah bagian dari membangun. membangun mental bangsa yang udah terlalu banyak dicekoki parodi---yang sementara dianggap lucu, tapi justru tanpa sadar menanamkan nilai tidak mrncintai negeri ini....
ah..kok ngomongnya jadi kemana2 ya..
aku nyimak ya..sambil goleran
kalau di lingkup personal gak. Tapi itu emang udah sesuai porsi. kan judulnya sandiwara cinta Presma...😍😍
nyonya kaya raya ketipu arisan bodong bisa darting juga ya😄😄