Demi menyelamatkan perusahaan keluarganya, Luo Wan dijebak oleh ayahnya sendiri dan terpaksa melarikan diri di malam penuh skandal. Tanpa sadar, ia masuk ke kamar pria asing—dan keesokan harinya, hidupnya berubah total.
Pria itu adalah Sheng Qing, CEO muda yang dingin dan berkuasa. Setelah malam itu, ia berkata:
> “Kamu sudah naik ke ranjangku duluan. Sekarang kamu milikku.”
Sejak saat itu, Luo Wan terperangkap di antara cinta, dendam, dan permainan kekuasaan.
Namun dunia segera tahu—Luo Wan bukan wanita yang bisa dibeli atau diperbudak oleh siapa pun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haha Hi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 20
Wajah Sheng Yujie seketika pucat pasi.
Keturunan Kakek Sheng memang sedikit, anak dan menantunya sudah lama meninggal dalam kecelakaan mobil saat masih muda, hanya menyisakan satu cucu yaitu Sheng Qing.
Jika Luo Wan adalah cucu menantunya, maka hubungan antara Luo Wan dan Sheng Qing…
Sheng Yujie tidak berani melanjutkan pikirannya.
Dalam hati ia sudah menyesal karena tadi terlalu impulsif dalam berbicara.
Sheng Qing, sebagai kepala keluarga Sheng saat ini, dikenal dingin, kejam, dan sangat protektif terhadap orang- orang terdekatnya.
Jika sampai dia tahu istrinya diperlakukan seperti tadi olehnya, bisa dipastikan hari- hari tenangnya sudah habis.
Kakek Sheng melihat wajah ketakutan sang junior di sampingnya, dan merasa sedikit tidak tega.
Ia menepuk bahu Sheng Yujie sebagai penenang, lalu berkata dengan nada berat dan penuh makna:
“Yujie, ke depan kalau menilai orang, mata harus lebih tajam.”
“Terhadap keluarga yang nilai hidupnya saja sudah menyimpang, lebih baik jaga jarak. Kalau tidak, bisa -bisa kamu terseret masalah dan tidak sadar.”
“Urusan hari ini anggap saja kamu tidak tahu. Aku bisa bantu jaga rahasia ini di depan Sheng Qing.”
Kakek memang tahu betul sifat cucunya yang meledak -ledak, jadi tidak ingin mempermalukan keluarga sendiri.
“Wanwan, kemarilah,” panggil kakek lalu memanggil Luo Wan ke sisinya.
Kemudian ia memberi isyarat pada Sheng Yujie:
“Sini, perkenalkan secara resmi. Ini adalah bibi kecilmu.”
“Ayo, panggil dia.”
Wajah Sheng Yujie berubah dari ketakutan menjadi sangat tidak nyaman.
Siapa sangka, jika bukan karena Luo Rou, mungkin Luo Wan sekarang sudah jadi tunangannya.
Dan kini, perempuan desa yang dulu paling ia pandang rendah, kini berubah menjadi bibi kecilnya.
Sheng Yujie ragu- ragu, tapi tetap tidak bisa mengucapkannya.
“Hmph.”
Kakek Sheng berdehem, penuh tekanan.
“Bibi kecil…”
Sheng Yujie menggertakkan gigi, dengan berat hati mengucapkan tiga kata itu.
“Hmm, keponakan yang manis.” Luo Wan mengangkat alis, menjawab dengan tenang.
“Sudah cukup. Kamu boleh pulang,” ujar kakek Sheng setelah mendengar apa yang ia inginkan.
Sheng Yujie pun pulang dengan lesu.
Setelah para pembuat onar pergi, kakek mengusulkan agar Luo Wan tinggal beberapa hari lagi.
Nenek pun dengan semangat mengangguk setuju.
Meski berat menolak dua orang tua itu, Luo Wan tetap menahan diri dan menolak secara halus, mengingat dompetnya yang sudah kosong.
Lagi pula, sebentar lagi adalah ulang tahunnya yang ke-20. Ia harus bersiap mengambil kembali saham milik ibunya.
Meskipun punya surat wasiat sebagai dasar, Luo Minghui pasti tidak akan dengan mudah menyerahkan saham itu, dan ia pasti harus menyewa pengacara. Itu tentu butuh biaya besar.
Jadi sekarang, Luo Wan harus menjadi pekerja keras sejati.
Paman Wang pun mengantar Luo Wan kembali ke Xiyuan.
Sebenarnya, Luo Wan bisa mengemudi sejak berada di perbatasan. Mobil balap, off-road, semua bisa ia kendarai.
Hanya saja dulu ia tidak pernah terpikir akan kembali, dan merasa malas mengurus SIM, makanya sekarang ke mana- mana harus diantar orang.
Sepertinya ia harus segera mengurus surat izin mengemudi.
Di sisi lain, Luo Minghui dan istrinya dibawa jauh dari vila.
Keduanya dilempar ke tanah dengan sangat memalukan.
Dalam hati marah, tapi tak berani melawan, hanya bisa menahan amarah.
Dua petugas keamanan yang menyeret mereka pergi langsung balik setelah memastikan jarak cukup jauh.
Lokasi rumah tua Sheng memang cukup terpencil, kendaraan pun jarang lalu lalang.
Luo Minghui sebenarnya datang naik mobil, tapi mobilnya diparkir di depan vila. Sekarang setelah dibuang ke jalanan, mereka tak berani balik ke sana.
Akhirnya mereka hanya bisa saling menopang dan berjalan menuju pusat kota.
Rui Tianfeng yang mengenakan sepatu hak tinggi jelas tak kuat menempuh perjalanan sejauh ini.
Selama ini hidup enak, tak pernah jalan jauh, kakinya cepat lecet. Ia pun duduk di tepi jalan, enggan berjalan lagi.
“Minghui, aku benar- benar tidak kuat lagi.”
Luo Minghui menatapnya dengan marah, lalu ikut berhenti.
“Pantas saja polisi tak menanggapi. Sejak kapan si jalang itu punya hubungan dengan keluarga Sheng?”
“Tadi kakek Sheng memanggilnya apa? Cucu menantu…”
Kini barulah Luo Minghui mencerna kembali semua kejadian tadi.
Rui Tianfeng juga mengerutkan dahi.
Ia pun mendengarnya.
“Cucu kakek Sheng, selain yang jadi orang penting itu, masih ada siapa lagi?”
Rui Tianfeng langsung menyingkirkan kemungkinan Sheng Qing, merasa tak mungkin seorang pria sehebat itu melirik perempuan desa macam Luo Wan.
Bahkan Luo Rou saja tak berani berharap banyak.
Luo Minghui semakin merenung, merasa ada yang janggal.
Ia sadar, kakek Sheng sepertinya hanya punya satu cucu, yakni kepala keluarga Sheng saat ini — Sheng Qing.
“Bagaimana si jalang itu bisa menjerat Sheng Qing…”
Bukannya senang karena putrinya mendapat pasangan bagus, Luo Minghui justru merasa cemas.
Sekarang perempuan itu punya dukungan kuat. Dengan sokongan keluarga Sheng, merebut kembali saham pasti jadi sangat mudah.
Ia tak bisa membiarkan perusahaan yang telah ia bangun susah payah jatuh ke tangan orang lain.
Rui Tianfeng pun mulai menyusun rencana bersama.
“Tadi yang kita lihat hanyalah rasa suka dua orang tua, belum tentu Presiden Sheng sendiri menyukai Luo Wan.”
“Semua orang di kota A tahu kalau kakek Sheng kehilangan anak di usia tua, dan kini menggantungkan semua harapan pada cucunya. Tiap hari mendesak sang cucu untuk menikah. Mungkin saja Luo Wan hanya dijadikan alat untuk melahirkan keturunan.”
“Benar, benar. Seorang presiden perusahaan Sheng sudah lihat segala macam perempuan cantik, mana mungkin tertarik pada perempuan desa?”
“Minghui, aku punya ide,” ujar Rui Tianfeng, “Sekarang Luo Wan sudah menikah dengan Sheng Qing, kita bisa pura- pura berdamai, lalu manfaatkan hubungan itu untuk mendekati keluarga Sheng.”
“Satu, kita bisa menguntungkan perusahaan. Dua, Luo Rou bisa lebih sering berinteraksi dengan Sheng Qing. Selama Sheng Qing bisa terpikat pada Luo Rou, sehebat apapun orang tua Sheng menyukai Luo Wan, percuma.”
“Nanti saat Luo Wan kehilangan dukungan keluarga Sheng, saham akan sepenuhnya ada dalam genggamanmu.”
Luo Minghui merasa rencana itu masuk akal, tapi masih punya keraguan.
“Tapi bukankah Sheng Yujie sudah bertunangan dengan Luo Rou?”
Rui Tianfeng menatap licik.
“Tadi kamu juga lihat sendiri, Sheng Yujie itu hanya cabang dari keluarga Sheng, tak punya pengaruh. Hanya bisa pamer nama. Kalau anak kita menikah dengannya, bisa jadi malah akan ditindas.”
“Tapi kalau bisa menikah dengan Sheng Qing, itu baru benar -benar menjadi nyonya besar.”
Luo Minghui akhirnya setuju dan mengangguk.
“Baik. Tapi kita rahasiakan dulu ini dari Sheng Yujie.”
“Tentu saja.”
Keduanya pun mencapai kesepakatan.
Sore harinya.
Luo Wan duduk di depan meja komputer, mulai menyusun rencana untuk cepat mengisi kembali pundi-pundinya.
Sebuah jendela pop-up di laman web menarik perhatiannya.
Itu adalah pengumuman lomba desain perhiasan.
Dengan cepat ia membaca seluruh isi konten.
Lomba itu diselenggarakan oleh Grup K. Juara satu akan mendapatkan sertifikat dan hadiah sebesar satu juta yuan.
Kompetisi ini terdiri dari babak penyisihan, semi final, dan final.
Siapa saja yang mahir desain bisa ikut serta.
Demi hadiah satu juta itu, Luo Wan pun langsung mendaftarkan diri.
Setelah memutuskan, ia langsung bertindak.
Sepanjang sore itu, Luo Wan mengurung diri di kamar untuk merancang desain awal.
Ia tahu Grup K ini. Di Huaguo, kekuatannya bisa disandingkan dengan Grup Sheng.