Atas desakan ayahnya, Poppy Yun datang ke Macau untuk membahas pernikahannya dengan Andy Huo. Namun di perjalanan, ia tanpa sengaja menyelamatkan Leon Huo — gangster paling ditakuti sekaligus pemilik kasino terbesar di Macau.
Tanpa menyadari siapa pria itu, Poppy kembali bertemu dengannya saat mengunjungi keluarga tunangannya. Sejak saat itu, Leon bertekad menjadikan Poppy miliknya, meski harus memisahkannya dari Andy.
Namun saat rahasia kelam terungkap, Poppy memilih menjauh dan membenci Leon. Rahasia apa yang mampu memisahkan dua hati yang terikat tanpa sengaja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 23
“Poppy Yun, cepat minta maaf pada Anisa!” perintah Andy dengan tegas.
“Baiklah. Kau percaya aku yang mendorongnya?” Poppy menyunggingkan senyum tipis. “Akan kubuktikan bahwa aku memang bisa melakukannya.”
Tanpa ragu, ia mendorong Anisa hingga wanita itu tercebur ke kolam renang.
“Aaahh!” jerit Anisa panik sambil meronta di air.
“Poppy!” teriak Andy marah.
“Kau memang benar-benar tidak berguna. Dan aku beruntung sudah mencampakkanmu,” ucap Poppy dingin.
Ia lalu menendang kaki Andy dan mendorong pria itu hingga ikut terjatuh ke dalam kolam.
“Poppy Yun, kau cari mati!” bentak Andy sambil menepuk-nepuk air. “Aku tidak akan melepaskanmu!”
Keributan itu langsung menarik perhatian para tamu, termasuk Nona Mo yang sedang merayakan ulang tahunnya malam itu.
“Apa yang terjadi di sini?” tanya Nona Mo sambil melangkah mendekat, diikuti dua temannya.
“Maaf, Nona Mo. Mereka lebih dulu membuat keributan, jadi saya hanya memberi mereka pelajaran,” jawab Poppy tenang.
“Nona Mo, dia hanya cemburu pada kami,” sanggah Andy, menarik Anisa ke tepi kolam. “Dia yang mendorong kami duluan.”
“Aku dan dia tidak ada hubungan apa pun lagi,” tegas Poppy.
“Nona, dia mantan tunangan Andy. Itu sebabnya dia membuat keributan,” tambah Anisa, berpura-pura menangis.
“Sepertinya kalian belum cukup diberi pelajaran,” gumam Poppy dingin.
“Nona Yun, mereka sekarang sudah bersama. Walaupun kalian pernah punya hubungan, setidaknya kau harus bisa saling menghargai,” ujar salah satu teman Nona Mo.
“Nona, kenapa langsung percaya pada mereka? Bukankah lebih baik memeriksa rekaman CCTV?” jawab Poppy tenang dan yakin.
“Hari ini ulang tahun teman kami. Kau tidak seharusnya membuat keonaran seperti ini,” sindir temannya yang lain.
“Bahkan mereka pun tidak suka padamu, Poppy. Cara bicaramu kasar. Karena itu aku meninggalkanmu,” kata Andy.
Tanpa sepatah kata, Poppy mengangkat ponselnya dan memutar sebuah video di layar.
“Setelah melihat ini, kalian akan mengerti siapa sebenarnya yang meninggalkan siapa,” ucap Poppy.
Video itu memperlihatkan Andy sedang bermesraan dengan beberapa wanita di sebuah klub malam.
“Pria semacam ini tidak layak dicintai atau dihargai olehku,” lanjutnya dingin. “Hanya wanita bodoh yang mau bersamanya.”
“Kau…!” Andy terdiam, wajahnya menegang.
Nona Mo dan dua temannya menatap Andy tajam, rasa tidak suka jelas terpancar.
“Andy, lihat… dia masih berusaha menghasut orang lain,” rengek Anisa.
“Kau hanyalah salah satu dari banyak mainannya,” balas Poppy sinis. “Aku tidak peduli siapa yang ingin bersamanya. Pria murahan dengan wanita murahan, sangat serasi.”
“Cukup!” ujar Nona Mo akhirnya. “Jika kalian masih ingin membuat keributan, lebih baik tinggalkan pestaku sekarang juga!”
“Nona Yun, saya sangat menghargai kedatanganmu. Tapi jika sampai menimbulkan keributan di pesta saya, saya tidak akan sungkan mengusirmu,” ucap Nona Mo dingin.
“Kalau bukan karena ayahku, aku bahkan tidak ingin datang ke sini,” jawab Poppy datar. “Tempat ini hanya membuang waktuku. Minumannya murahan dan makanannya pun tidak enak.”
“Kau…!” Nona Mo mengatupkan bibirnya, menahan amarah.
“Nona Mo, Anda yang mengundang kami datang ke sini. Sebagai tuan rumah, seharusnya Anda lebih bijak menyikapi masalah,” suara Leon terdengar saat pria itu melangkah mendekat.
“Leon?” Nona Mo menatapnya terkejut.
“Aku melihat semuanya,” ujar Leon sambil melirik Poppy, kemudian beralih ke Andy.
“Paman, tolong jadi saksiku. Dia yang mendorong kami lebih dulu,” ujar Andy, menunjuk Poppy.
“Kalau bukan karena pacarmu yang berpura-pura, semua ini tidak akan terjadi,” balas Leon dingin.
“Leon, apakah pria ini memiliki hubungan denganmu?” tanya Nona Mo pelan.
“Dia hanyalah keponakanku yang belum pernah dewasa,” jawab Leon tanpa ekspresi. “Dan aku bisa menjadi saksi bahwa Nona Yun tidak bersalah.”
Wajah Nona Mo seketika berubah. Senyum tipis terbit di bibirnya saat kembali menatap Poppy.
“Nona Yun, saya minta maaf atas sikap tidak sopan saya sebelumnya,” ucapnya lebih lembut.
Poppy menatapnya tanpa ekspresi, namun dalam hati ia berbisik,
"Wanita ini langsung berubah setelah melihat Paman… apa dia menyukainya?"
Nona Mo kemudian memanggil seorang pelayan yang membawa nampan berisi minuman.
“Nona Yun, aku ingin bersulang denganmu, sebagai tanda permintaan maaf,” ucap Nona Mo sambil mengambil satu gelas dan menyodorkannya pada Poppy.
Poppy meletakkan gelas kosong yang tadi ia minum ke atas nampan pelayan.
Mereka lalu bersulang dan meneguk minuman itu bersamaan.
Tak jauh dari sana, Leon menatap tajam ke arah Andy.
“Untuk apa kau masih di sini? Apa kau masih ingin membuat keributan lagi?” tanya Leon dingin.
“Leon, semua yang datang malam ini adalah tamu,” sela Nona Mo cepat. “Anggap saja kejadian tadi sudah berlalu. Mari kita nikmati pesta ini bersama.”
Beberapa saat kemudian…
Poppy melangkah menuju koridor yang lebih sepi. Pandangannya mulai buram, langkahnya sedikit goyah.
“Ada apa denganku… kenapa tubuhku terasa panas sekali…?” gumamnya pelan sambil menyentuh dahinya.
Tiba-tiba, sebuah bayangan menghalangi jalannya.
Andy berdiri tepat di hadapannya, dengan senyum miring di wajahnya.
“Poppy… ada apa denganmu?” tanyanya pura-pura khawatir. “Kau kelihatan tidak baik-baik saja.”
“Jangan… mendekat…” Poppy mundur selangkah, napasnya mulai tidak teratur.
“Kau masih saja keras kepala,” bisik Andy pelan. “Tapi sekarang… kau bahkan tidak punya tenaga untuk mengusirku.”
Poppy mengepalkan tangannya, berusaha tetap berdiri tegak.
“Apa kau mencampur sesuatu pada minumanku…?” suaranya bergetar, namun tatapannya tetap tajam.
Andy hanya tersenyum semakin lebar.
“Kau terlalu pintar, Poppy Yun. Tapi sayangnya… kau terlambat menyadarinya.”
“Kau memang brengsek,” desis Poppy pelan.
“Kau selalu pandai menggoda pria,” sindir Andy sambil menarik pergelangan tangannya. “Bahkan pamanku yang angkuh itu bisa membelamu. Jangan-jangan kau sudah tidur dengannya?"
“Lepaskan tanganku…!” Poppy memberontak. Tubuhnya semakin panas, napasnya mulai tidak teratur. “Apa yang kau campurkan ke dalam minumanku…?”
Andy menunduk, suaranya berubah pelan dan berbahaya.
"Obat per4ngsang, hanya lelaki yang bisa menyembuhkanmu. Kalau tidak, kau akan mati dengan tersiksa."
"Bajingan!" ucap Poppy.
"Di sini hanya ada aku, cepat berlutut dan memohon padaku. Kalau kau patuh, aku akan menyelamatkanmu. Kau sangat beruntung kalau aku sudi menyentuhmu," ucap Andy.
"Lebih baik mati, dari pada disentuh oleh sampah sepertimu, menjijikan," jawab Poppy.