NovelToon NovelToon
REINKARNASI MAFIA

REINKARNASI MAFIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Preman / Fantasi / Mafia / Fantasi Wanita
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: ridwan jujun

menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

malam bersama

Malamnya.

Liana baru tahu kalau sekarang lemarinya penuh dengan pakaian-pakaian wanita khusus untuknya, minusnya pendek-pendek. Mereka sengaja kah membelikan pakaian sependek dan setipis-tipis ini? Liana menggunakan baju crop, celana pendek dan di padu dengan kemeja putih yang lumayan tebal. Sebenarnya sama aja tipis, tapi hanya ini yang terlihat lumayan dari bahan yang lain.

"Oh ya, besok aku harus kuliah, dan bertemu dengan Ayah. Sepertinya aku harus bicara dengan mereka, tidak mungkin mereka tidak mengizinkan ku berkuliah!"

Liana turun ke lantai bawah untuk berdiskusi tentang kuliahnya.

Saat ia keluar dari lift ia mencivm bau menyengat, bau ini seperti bau minuman beralkohol. Dan ia juga mendengar suara botol yang dipadukan, Liana mencari bau dan sumber suara tersebut.

Ia melihat di ruang sofa para berondong itu sedang duduk di temani minuman sembari bermain kartu, ada yang duduk di sofa ada juga yang duduk di bawah, astaga ia tidak tahan baunya. Apalagi botol itu tak hanya 8 melainkan banyak bahkan 2 kotak juga kelebihan.

"Astaga," gumam Liana.

Mereka bermain dengan santai, dan mereka tampak tidak mabuk walaupun sudah menghabiskan banyak minuman.

"Kau harus bergabung,"

Liana terkejut kala seseorang berbisik di belakangnya.

"E–edgar?!"

Edgar tersenyum lalu menarik tangan Liana menuju yang lain.

"Tu–tunggu ... a–aku datang bukan untuk–"

"Tidak apa, duduk saja di sini," Edgar menarik Liana sampai duduk di pangkuannya.

"Ti–tidak, aku ... aku bisa duduk di tempat–"

"Diam~" Edgar mengambil botol minumannya dan ia teguk tanpa gelas.

Apa tidak perih tuh tenggorokan? Pikir Liana.

"Pick up for!" datar Arion melempar kartu di atas meja.

"Si4lan, kau!" Carlos mengambil kartu yang ada di tumpukan.

"Uno!"

"HEEY!!" kompak mereka melihat Arion memenangkan permainan.

"Bagaimana bisa begitu?!" Felix tak terima.

Arion melirik santai.

"Si4l! Sebaiknya kau tidak usah ikut!" kesal Carlos.

Arion menaikan kedua bahunya kemudian ia mengambil minumannya dan bertumpang kaki menikmati kemenangannya yang terus berturut-turut.

“𝘗𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘥𝘢 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘢𝘪𝘯 𝘬𝘢𝘳𝘵𝘶 𝘣𝘪𝘢𝘴𝘢𝘯𝘺𝘢, 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘪𝘯𝘨𝘶𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯,”

"Udah ah! Aku bosan!" Carlos melempar kartunya, lalu ia naik ke sofa karena ia tadi duduk di bawah.

Dan, Carlos duduk di samping Edgar yang memangku Liana.

"Sepertinya bermain dengan mu lebih seru," Carlos mengecvp tangan Liana.

"Eh?! Apaan?!" Liana menarik tangannya kembali.

Carlos tersenyum dan menyandarkan tangannya di pundak Edgar.

"Jatah?" senyum miring.

"Jangan asal bicara!"

Saat Liana hendak berdiri Edgar menahan pinggang Liana dan malah memeluk pinggang Liana.

"Pergi ke mana? Kita belum selesai loh," Edgar menenggelamkan wajahnya di bahu Liana.

"Selesai apa?! Tidak, tidak, tidak!" Liana menggelengkan kepalanya kuat.

"Kau dulu atau aku dulu?" senyum Carlos pada Edgar.

"Aku yang membawanya dahulu, jadi tentu saja aku!"

"Apa nya?!" Liana terkejut dan panik.

"Memakan mu!" kompak Carlos dan Edgar.

"Gil4, ya?! Tidak! Lepaskan aku!"

"Jika tidak?" tangan Edgar yang tadinya memeluk pinggang Liana kini menjadi turun ke bawah.

"Edgar!" sentak Liana.

"Ya~?"

"Tangan mu!" wajah Liana memerah padam dan malu sehingga ia menutup wajahnya dengan cara kedua tangannya sambil menunduk di pundak Edgar.

Edgar tertawa puas, Liana masih tidak berani membuka wajahnya.

“𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘪𝘯𝘪?! 𝘈𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘭𝘶! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘶𝘣𝘢𝘩an 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘦𝘴𝘷𝘮 𝘪𝘯𝘪?!!” batin Liana.

Tangan kanan Edgar kembali naik melingkar di pinggang Liana dan tangan satunya menyentuh pah4 Liana.

"Buka wajah mu,"

Liana menggelengkan kepalanya, Edgar bisa melihat telinga Liana yang memerah.

"Buka, atau aku paksa? Mumpung posisi kita begini,"

Posisi Liana duduk di atas pah4 dan menghadap Edgar, jadi dengan mudah Edgar menerkamnya. Menang banyak dong.

Perlahan Liana membuka wajahnya, lihatlah wajahnya memerah padam dan Liana tidak bisa menatap Edgar lama karena malu.

Edgar memfokuskan pandangan pada bib1r Liana, itu adalah sasarannya kali ini. Benar saja, Edgar langsung melahap bib1r Liana dan membuat si pemilik bib1r terkejut, tangan Liana juga spontan memegang pundak Edgar.

Edgar tidak hanya menempelkannya saja melainkan ia lum4t dengan lembut karena ia tahu jika secata agresif yang ada Liana akan menolaknya.

Liana menutup matanya rapat dan mendorong bahu Edgar untuk meminta lepas tapi Edgar malah mempererat pelukan pinggang Liana, jadinya Liana tidak bisa lepas.

Perlahan Liana menurunkan bahunya dan pasrah, jika sudah begini tidak akan mungkin bisa lepas begitu saja.

Felix melirik tajam ke arah 2 orang yang sedang bermesraan sambil meletakkan kartu dengan kasar, ia masih melanjutkan main kartu bersama yang lain.

"Das4r tidak tahu tempat!" maki Felix.

Namun Edgar tidak menggubris karena ia sedang menikmati suasana. Tangan Edgar sambil memijat pah4 Liana, sedangkan Carlos memandang keduanya dengan tatapan datar sambil rebahan di samping Edgar. Menyebalkan.

Liana sudah kehabisan nafas, ia memukul pundak Edgar untuk segera di lepas. Edgar pun melakukannya, Liana menutup bib1rnya dengan punggung tangannya, wajah Liana semakin memadam.

Edgar juga mengelap bib1rnya dengan punggung hari telunjuk dan memberikan kesan mengg0da apalagi kancing baju Edgar terbuka pada bagian atas serta keringat yang membasahi leh3rnya. Uww, seks1 sekali kau Edgar.

"Kau menyukainya?" senyum miring Edgar.

Liana langsung bangkit dari pangkuan Edgar dan langsung berlari meninggalkan tempat.

Edgar tertawa puas sambil menyisir rambutnya ke belakang.

𝘉𝘙𝘈𝘒!

Liana menutup pintu kamar mandi yang ada di bawah, ia langsung segera mencuci mukanya agar ia memiliki kesadaran penuh.

"Edgar si4lan! Edgar si4lan!" maki Liana sambil membasuh wajahnya.

Jantungmya berdetak kencang dan wajah Edgar terus terngiang-ngiang di pikirannya. Ia berkali-kali menepuk pipinya.

"Sadarlah! Sadarlah! Sadarlah, Liana! Jangan begini ku mohon! Ayolah jangan mesvm, jangan mesvm! Ini seperti bukan dirimu! Fokus, fokus, fokus!"

Nafas Liana tersengal-sengal, ia menatap dirinya di cermin dan melihat bib1rnya.

"Apa yang kau pikirkan?! Ini bukan yang pertama kalinya!"

Ia memegang bib1rnya kemudian menunduk, apakah benar seperti ini cara memperbaiki kesalahan di kehidupan sebelumnya? Liana juga bingung, apakah hidup kembali itu beruntung atau sial? Semua yang ia jalani berbeda dengan kehidupan sebelumnya, padahal ia ingin memperbaiki hal yang salah saja tidak semuanya. Tapi jika begini jadinya, itu artinya semua yang ia lakukan sebelumnya adalah salah. Sehingga harus di tebus di kehidupan kali ini.

Tapi mereka benar-benar keterlaluan, sampai Liana ingin menarik kata-katanya kalau dirinya tidak salah.

"Tidak! Mereka tidak akan mengendalikan ku, harusnya akulah yang mengendalikan semuanya!" Liana menatap serius di cermin.

Liana keluar dari kamar mandi dan menghela nafas.

“𝘒𝘢𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘶𝘴 𝘣𝘪𝘴𝘢, 𝘪𝘯𝘪 𝘥𝘦𝘮𝘪 𝘥𝘪𝘳𝘪𝘬𝘶, 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢, 𝘈𝘺𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘦𝘩𝘪𝘥𝘶𝘱𝘢𝘯 𝘪𝘯𝘪!”

Liana hendak melangkah namun ia langsung terhenti.

"Jika sekarang, mereka sedang mabuk pasti kesadaran mereka kurang dan tidak akan fokus dengan apa yang aku ucapkan nanti," gumam Liana.

"Tapi, ku lihat mereka cukup sadar." termenung sejenak.

"Ah, terserah! Karena besok aku harus kuliah!" Liana langsung pergi untuk menemui mereka lagi.

Liana menghela nafas begitu sampai di sana, "Apa kalian masih ada kesadaran?"

Semua tatapan langsung tertuju pada Liana.

"Tentu saja, ada apa? Apa masih ingin lanjut? Tenang saja, malam ini kita free," senyum Edgar.

"Lupakan soal itu! Aku ingin membicarakan tentang perkuliahan ku!" menahan malu.

"Kenapa? Bermasalah?"

"Ya, jika kalian tidak mengizinkannya. Besok aku ingin kuliah!"

Mereka tidak merespon.

"Aku tetap melanjutkan kuliah ku walaupun aku jaminan hutang! Dan sekalian aku harus kembali bertemu dengan Ayah ku, serta mengambil barang-barang ku!"

"Baiklah," Arion meletakkan botol minumannya, Liana langsung senang dan hendak tersenyum. Semudah itu?

"Tapi ada syaratnya!"

Seketika Liana tidak jadi senyum, benar juga mana mungkin semudah itu, pria ini selalu sulit untuk di tebak.

"Apa syaratnya?"

"Habiskan malam bersama!"

𝘞𝘏𝘈𝘛!

-

-

Paginya Liana terbangun, ia membuka matanya perlahan sambil berusaha mengumpulkan nyaw4. Saat Liana hendak duduk ia tidak sengaja menyenggol lengan seseorang, ia pun menoleh.

𝘋𝘌𝘎!

Astaga! Liana baru teringat bahwa semalam ia dan 8 pria itu bermalam bersama, tapi seingatnya ia berada di sofa kenapa sekarang ia di kasur? Terlebih lagi dirinya tidur bersama 2 pria yaitu Arion dan Kenzo. Kalau yang lain ntah kemana, karena di sini hanya ada mereka bertiga.

Liana memegang kepalanya yang pusing, padahal semalaman ia tidak minum mungkin karena ia tidur terlalu larut sehingga pusing di kepala.

Liana pun beranjak dari kasur, namun tiba-tiba tangannya di cekal oleh seseorang membuatnya menoleh ke belakang.

"Kau mau kemana?" tanya Arion.

"Ah, a–aku ... ingin bersiap-siap,"

Arion memposisikan duduk namun masih memegang tangan Liana.

"Sebaiknya kau bersihkan diri, kau terlalu banyak minum sampai kesadaran mu masih belum terkumpul," Liana.

"Siapa yang bilang aku tidak sadar?" Arion menatap datar.

"Nah, ini baru kau sadar,"

Kalau Arion tidak menunjukan tatapan datar dan dingin itu artinya bagi Liana dia mabuk, tapi kalau melihat Arion datar begini baru dia sadar.

Arion menarik tangan Liana hingga Liana tertarik dan mendekat ke hadapan Arion. Mereka saling bertatapan, untuk kali ini tatapan Arion tidak seperti biasa yang datar. Liana melihat ada sedikit kelembutan, apa karena hanya mereka jadi Arion berani memberikan ekspresi seperti itu?

"Kalian sedang melihat apa?"

"SI4LAN KAU KENZO!"

Tanpa di sadari oleh Arion dan Liana, Kenzo sudah memandang mereka mana dari dekat dan berada di tengah-tengah antara keduanya. Jadi Arion menyingkirkan kepala Kenzo jauh-jauh sampai Kenzo jatuh ke bawah kasur.

𝘉𝘶𝘨𝘩!

"Astaga, Kenzo! Kau baik-baik saja?!" Liana terkejut melihat Kenzo jatuh terjungkal karena Arion. Sedangkan Arion tampak kesal karena merusak suasana.

"Aww, aku baik-baik saja," senyum Kenzo sambil mengusap kepalanya.

"Kenapa kau mendorong ku!" kesal Kenzo.

"Aku sudah bilang padamu sebelumnya! Jangan memulainya dahulu!"

"Memulai apa?! Aku hanya bertanya kalian sedang melihat apa?!" bantah Kenzo.

"Apa kau tidak lihat situasinya?! Kenapa masih harus bertanya?!"

"Tentu saja bertanya! Kau tahu, tatapan mu itu menggelikan!"

"Apa maksud mu, si4lan!"

"Lebih baik kau pasang saja mata mu dengan ekspresi datar! Yang kau lakukan tadi sangat menggelikan!"

"Cari mat1?!"

"Kau pikir aku juga tidak bisa?!"

"HENTIKAN!" Liana menjadi wasit antara kedua pria ini.

"Kalian ini, ini masih pagi!'

Arion dan Kenzo mengalihkan pandangannya menahan emosi.

Liana memegang kepalanya, baru juga bangun sudah ribut-ribut.

"Aku pinjam kamar mandi dulu sebentar,"

"Hmm!" deham Arion.

"Awas kalau ribut lagi!" ancam Liana kemudian menuju kamar mandi.

Arion dan Kenzo saling melirik tajam.

"Kau ini merusak suasana!" suara kecil Arion namun penuh tekanan.

"Belum puas juga setelah semalam kau menang banyak?!"

"Aku yang berkuasa!"

"Aku juga tidak kalah dari mu!"

Arion dan Kenzo beradu tatapan tajam.

"AAAAAGHKKK!"

"DUH~ MASIH PAGI JUGA!" kompak Arion dan Kenzo.

Kemudian mereka tersadar bahwa yang berteriak tadi adalah Liana, mereka saling membulatkan mata, "LIANA?!"

•••

TBC.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!