NovelToon NovelToon
Sang Penyelamat

Sang Penyelamat

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyelamat / Dokter Genius
Popularitas:45.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.

Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.

Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.

Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.

Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasien Darurat

"Maaf Ibu, saya tidak bisa memproses. Silakan daftar melalui jalur umum kalau ingin mendapatkan penanganan sekarang."

"Tolong Mbak, ini darurat. Kalau kejadiannya saat Puskesmas masih buka, saya pasti bawa surat rujukan. Tapi ini mendadak, Mbak. Siapa juga yang mau sakit kaya gini? Setahu saya kalau keadaan darurat tetap bisa kan langsung ke IGD pakai BPJS?"

"Maaf Ibu, tidak bisa. Kecuali kalau kondisinya mengancam nyawa, baru bisa."

"Jadi saya harus tunggu anak saya sekarat dulu?!"

Emosi Ibu itu langsung naik. Teriakan kencangnya sampai terdengar pada pengunjung yang ada di dekat meja pendaftaran. Sang petugas masih berusaha bersikap tenang. Dia tetap menolak dengan bahasa halus.

Dengan membawa kekecewaan, sang Ibu kembali ke IGD. Dia mendekati ranjang anaknya. Wajahnya nampak lesu. Di dalam ruangan, nampak Reynand masih mengawasi kondisi anaknya.

"Bagaimana Bu?"

"Saya mau bawa pulang anak saya aja."

"Loh kenapa, Bu? Kondisi Arin cukup parah. Dia harus segera dioperasi."

"Saya bisa apa?"

Dengan suara tercekat sang Ibu menceritakan pembicaraannya dengan petugas pendaftaran tadi. Saat ini dia sedang tidak memegang uang. Suaminya pun sedang tugas keluar kota. Suaminya adalah supir yang bertugas mengantarkan barang-barang dari Bandung ke luar Bandung.

"Biar saya coba bicara."

Tak tega melihat keadaan Arin, Reynand pun bergegas menuju meja pendaftaran. Memang sudah tiga bulan ini, rumah sakit sering kali menolak pasien BPJS.

"Manda, tolong daftarkan pasien atas nama Arin. Dia harus segera menjalani operasi."

"Maaf dokter, tapi aturannya sudah jelas. Harus ada rujukan dulu dari faskes pertama."

"Ini keadaan mendesak, Manda. Kalau dia tidak langsung dioperasi, akan mengancam nyawanya."

"Aku hubungi dokter Handaru dulu."

"Aku harap ada kabar baik, Manda."

Reynand memutuskan kembali ke IGD, membiarkan Amanda berbicara dengan Handaru lebih dulu. Ketika kembali ke IGD, seorang suster memanggilnya untuk memeriksa Arin. Gadis itu menangis merasakan sakit yang begitu hebat di bagian perutnya. Selain merasakan nyeri, dia juga mengeluarkan isi perutnya.

"Nay, berikan obat pereda nyeri padanya," ujar Reynand pada Nayraya yang membantunya. Perawat wanita itu segera menyuntikkan obat pereda nyeri pada Arin.

Mendapat panggilan dari Amanda, Handaru memilih datang sendiri ke IGD. Melihat kemunculan Handaru, Reynand langsung menghampiri.

"Dokter, pasien harus segera dioperasi. Ususnya mengalami peradangan, bahkan mungkin sudah bernanah. Kita harus segera mengambil tindakan."

"Kalau begitu minta Ibunya untuk mendaftar."

"Sudah, tapi tidak bisa menggunakan BPJS."

"Itu karena dia tidak membawa rujukan."

"Ini keadaan darurat, dokter. BPJS memperbolehkan kita menangani pasien dengan kondisi darurat tanpa surat rujukan. Dan sekarang keadaan Arin cukup gawat dan mengancam nyawa."

"Kalau begitu kirimkan dia ke rumah sakit, lain."

"Dokter!"

"Dengar! Ini rumah sakit bukan yayasan amal. Kamu tahu alasan dewan direksi menolak pasien BPJS? Itu karena sampai sekarang BPJS belum membayar tunggakan pada rumah sakit ini. Jumlahnya 56 milyar! Jadi pindahkan dia ke rumah sakit lain. Kalau kamu bersikeras mengoperasi di sini, kamu yang harus menanggung biayanya!"

Tak ingin mendengar protesan Reynand lagi, Handaru segera meninggalkan IGD. Reynand mengusap wajahnya kasar. Kekesalan nampak jelas di wajahnya.

"Bagaimana?" tanya Nayraya.

"Dia meminta kita memindahkan pasien ke rumah sakit lain."

"Dasar brengsek," maki perawat itu.

"Kondisi Arin tidak memungkinkan untuk pindah. Belum tentu kalau dipindah dia akan diterima di rumah sakit baru, bagimana kalau tidak?"

"Pindahkan saja ke Ibnu Sina. Rumah sakit itu selalu menerima pasien BPJS apapun kondisinya."

"Perjalanan menuju ke Ibnu Sina cukup jauh. Aku tidak yakin kondisi Arin akan kuat selama perjalanan."

"Apa pasiennya sudah siap dioperasi?" tanya Irsyad. Setelah mendapat panggilan dari Reynand, pria itu bergegas menuju rumah sakit.

"Kita tidak bisa mengoperasinya."

"Kenapa?"

Reynand menceritakan pembicaraannya dengan Handaru barusan. Terdengar makian dari mulut Irsyad. Pria itu mengambil ponselnya lalu menghubungi Dadvar.

"Aku akan segera mengurusnya. Abang langsung operasi saja pasiennya."

"Oke."

Panggilan diantara keduanya berakhir. Irsyad bergegas kembali pada Reynand.

"Siapkan pasien. Kita akan mengoperasinya sekarang."

"Tapi bagaimana dengan administrasinya?"

"Pembayaran akan dihandle yayasan Qurota'ayyun. Nanti ada orang yayasan yang akan mengurusnya. Sekarang lebih baik kita mengoperasi Arin lebih dulu."

"Aku akan menelpon dokter anestesi," ujar Nayraya, bergegas menuju nurse station.

Reynand membantu menyiapkan pasien. Ibu Arin cukup terkejut karena akhirnya sang anak bisa dioperasi. Dia mengucapkan terima kasih pada Irsyad dan Reynand. Saat Arin akan dipindahkan ke ruang operasi, Amanda datang dengan terburu.

"Kalian tidak bisa mengoperasinya. Dokter Handaru sudah mengatakannya dengan jelas tadi. Dia meminta pasien dipindahkan ke rumah sakit lain."

"Dia tidak bisa dipindahkan. Kondisinya tidak memungkinkan untuknya bepergian."

"Tapi.."

"Dia dioperasi menggunakan jalur umum. Nanti orang dari yayasan Qurota'ayyun akan datang mengurus administrasinya."

"Kalau begitu tunggu sampai orang dari yayasan datang."

"Apa kamu mau bertanggung jawab kalau sampai pasien kehilangan nyawanya?!" geram Irsyad. Amanda langsung terbungkam. Wanita itu menelan ludahnya kelat melihat ekspresi Irsyad yang begitu menyeramkan.

"Kembali ke meja mu dan tunggu perwakilan dari yayasan datang. Kalau kamu masih menghalangi, jika sesuatu terjadi pada pasien, kamu orang pertama yang akan saya salahkan. Dan saya yakin sekali kalau Handaru tidak akan membela mu!"

Irsyad segera memerintahkan perawat untuk membawa Arin ke ruang operasi. Amanda pun tidak menghalangi lagi. Dia cukup gentar menghadapi Irsyad.

Sementara Arin dibawa ke ruang operasi, Reynand memutuskan menunggu perwakilan dari yayasan.

***

Mendengar Irsyad memutuskan untuk mengoperasi pasien yang diminta untuk dipindahkan, pria itu bergegas menuju ruang operasi. Dia bermaksud menghentikan operasi. Namun terlambat, ketika Handaru sampai, operasi sudah dimulai.

Kesal perintahnya diabaikan, Handaru kembali ke bawah. Tentu saja dia ingin menegur Amanda yang sudah lalai mencegah jalannya operasi. Sebelum menemui Amanda, lebih dulu Handaru menemui Reynand.

"Dokter Reynand, apa kamu tidak mendengar apa yang saya perintahkan?"

"Sudah ku bilang kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk dipindahkan. Jika terjadi sesuatu pada pasien saat dalam perjalanan, maka kita yang akan disalahkan!"

"Lalu bagaimana dengan biayanya? Apa kamu siap menanggungnya dokter Reynand?"

"Soal biaya, biar kami yang menanganinya."

Terdengar suara seorang perempuan menginterupsi pembicaraan keduanya. Refleks Handaru dan Reynand menolehkan kepalanya. Mata Reynand menatap tak berkedip pada seorang gadis yang berjalan mendekat ke arahnya. Gadis itu adalah gadis yang dilihatnya tadi di siang di parkiran basement pusat perbelanjaan.

"Siapa kamu?" tanya Handaru.

"Saya Humaira. Anda bisa memanggil saya Maira. Saya perwakilan dari yayasan Qurota'ayyun. Masalah finansial pasien usus buntu, akan menjadi urusan kami. Bisa Anda tunjukkan kemana saya harus mengurus administrasi dan pembayarannya?"

"Biar saya antar," Reynand lansung berinisiatif. Dia membawa Maira ke meja pendaftaran di mana Amanda bertugas.

Begitu sampai di meja pendaftaran, Maira langsung mengeluarkan kartu namanya. Tanpa basa-basi, dia langsung mengatakan tujuannya. Amanda segera memproses pendaftaran perawatan dan tindakan operasi atas nama Arin.

"Apa pasien sudah dioperasi?" tanya Maira sambil melihat pada Reynand. Gadis itu langsung terdiam ketika melihat wajah Reynand. Dia masih mengenali pria itu. Pria yang dilihatnya berciuman dengan kekasihnya di parkiran basement tadi siang.

"Kenalkan aku Reynand," Reynand mengulurkan tangannya pada Maira. Sejenak gadis itu hanya terdiam sebelum akhirnya dia menangkupkan kedua tangannya. Reynand menarik kembali tangannya.

"Apa pasiennya sudah dioperasi?" tanya Maira lagi.

"Ya, dokter Irsyad yang mengoperasinya. Apa kamu mau menunggu di ruang operasi?"

"Ehm... Boleh."

"Ayo aku antar."

Reynand nampak bersemangat mengantarkan Maira menuju ruang operasi. Entah mengapa pria itu senang bisa bertemu kembali dengan Maira. Sejak melihatnya di cafe, pria itu sudah langsung menyukai anak bungsu Irzal tersebut. Namun Reynand segera menyadarkan diri, karena dia sudah memiliki kekasih.

Bukannya duduk di ruang tunggu, Reynand justru mengajak Maira masuk ke ruangan lain. Ruangan di mana mereka bisa melihat jalannya operasi.

Nampak Irsyad sedang berjibaku dengan peralatan operasi dibantu oleh Nayraya dan dokter anestesi. Tiba-tiba saja perut Maira terasa mual, tubuhnya lemas ketika melihat jalannya operasi. Apalagi banyaknya kasa yang dipenuhi darah berserakan di lantai.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Reynand yang menyadari wajah Maira sedikit pucat.

***

Harusnya bawa ke cafe, bukan lihat jalannya operasi🤭

Besok aku libur🤗

1
@◌ᷟ⑅⃝ͩ●Marlina●⑅⃝ᷟ◌ͩ☘𝓡𝓳
Emang bisa 🤪
Paula Abdul
weww..... semoga op nya lancar ga ada kesalahan, kekeliruan, kecerobohan dari dokter Handaru, dah cukup pasien yg meninggal karenanya biar julukan hodadnya ga melekat abadi
Paula Abdul
wkwkwkwkwk....
yg ada pasien bedah kecantikan malah jadi pasien bedah jantung n jadi pasien kejiwaan gegara liat pasien lain yg masuk IGD dengan kondisinya beneran gawat n darurat juga bikin yg liat stress 😂😂
tehNci
Hampir nahan nafas saat menghadapi ketegangan di ruang IGD. Untung akutuh bukan tenang medis,.jadi kekacauan dan ketegangan seperti tadi tidak akan kualami.. Alhamdulillah 😅
Miroh Jasseem
😍😍😍😍😍😍
Nabila hasir
tegang padahal cuman baca. tapi situasi di igd ikut terbayangkan betapa riweh dan rame ruangan igd.
Nabila hasir
wes lihat dengan matamu sentanu🤣🤣
Nabila hasir
waduh handaru kok lagi masuk ruang operasi. ntar ada yg di salahkan lagi lho ya
dewi rofiqoh
Handaru mau ikut mengoperasi pasien lagi? Semoga tidak ter apa-apa 🤲🤲
choowie
hahahah...makanya mikir sebelum mengambil keputusan
choowie
nah gini baru benar
Nabila hasir
handaru ma sentanu kamu berhadapan ma turunan keluarga hikmat dan Ramadan
Safitri Agus
hodad turun tangan juga akhirnya semoga saja lancar operasinya,
Safitri Agus
haduh lemes aku gak kuat lihat darah 😵‍💫
Safitri Agus
Innalillahi
Safitri Agus
tau gini gak usah kerja sama dgn Sentanu🤦
☠ᵏᵋᶜᶟAnnelieseᵇᵃˢᵉ
si sentanu baru sadar setelah melihat keadaan IGD sebenarnya klo kedatangan pasien banyak ya,nah Handaru kembali ke meja operasi lgi apa akan ada yg menghentikan nya atau ada insiden lain ya
𝕸𝖆𝖗𝖞𝖆𝖒🌹🌹💐💐
awas gagal lagi/Frown//Frown/
@☘𝓡𝓳IႶძiჁმ
haben nagen ge yakin lah bakal kalah kamu mah ...gk kuat lawan Irsyad 😏
Teti Usmayanti
waduh Handaru masuk ruangan operasi lg, jgn2 nanti pasien mati lg secara Khan km suka malpraktek.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!