NovelToon NovelToon
Wajah Polos Penuh Jiwa Gelap

Wajah Polos Penuh Jiwa Gelap

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Perperangan / Identitas Tersembunyi / Action / Mafia / Romansa
Popularitas:943
Nilai: 5
Nama Author: Komang basir

Arga adalah remaja SMA yang selalu terlihat ramah dan polos, bahkan dikenal sebagai kuli pikul yang tekun di pasar tiap harinya. Namun di balik senyumnya yang tulus, Arga menyimpan rahasia kelam yang hanya diketahui sedikit orang. Ia diam-diam menyelidiki siapa dalang pembantaian keluarganya yang tragis, terbakar oleh tekad balas dendam yang membara. Perjalanan mencari kebenaran itu membawanya bertemu dua gadis tangguh bernama Kinan dan Keysha, yang ternyata juga anak-anak mafia dari keluarga besar yang menyamar sebagai murid SMA biasa namun tetap memiliki jiwa petarung yang kuat di sekolah. Bersama ketiganya, kisah penuh intrik, persahabatan, dan konflik berseteru di dunia gelap mafia pun dimulai, menyingkap tabir rahasia yang tersembunyi jauh di balik wajah polos mereka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Komang basir, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

tawaran untuk gabung

Kinan hanya bisa menunduk, menahan gengsi sekaligus rasa letih yang menguasai tubuhnya. Ia tahu Arga benar, tapi hatinya masih berat untuk menerima uluran tangan dari seseorang yang baru saja membuat Keysha terkapar.

Keysha menggeliat pelan, tubuhnya gemetar, nafasnya terputus-putus. “Ki… aku… nggak kuat lagi,” lirihnya, hampir tak terdengar.

Arga melangkah lebih dulu, memberi isyarat dengan bahunya agar keduanya bersandar padanya. “Jangan paksa diri. Aku akan tuntun jalan kalian,” katanya pelan.

Akhirnya, meski dengan raut penuh keraguan, Kinan mengikuti. Mereka berjalan susah payah, langkah demi langkah yang terasa begitu panjang, menuju sebuah rumah kosong yang Arga tinggali.

Sesampainya di depan rumah yang tampak gelap hanya diterangi cahaya bulan, Arga menurunkan mereka dengan hati-hati di tangga teras depan. Kinan menurunkan Keysha dengan perlahan hingga gadis itu duduk bersandar di dinding kayu yang dingin.

“Ambil napas dulu. Kalian harus tenang sebelum melangkah lagi,” ucap Arga, berdiri tegak sambil menatap ke arah dua gadis itu yang terlihat lusuh dan penuh luka.

Kinan menatap Arga dengan mata yang masih dipenuhi rasa penasaran, bibirnya sedikit bergetar. “Aku… boleh bicara sebentar enggak sama kamu?” ucapnya pelan, seakan khawatir suaranya terdengar terlalu memaksa.

Arga menoleh, matanya menatap tajam tapi hangat, ada sedikit kerutan di alisnya karena rasa penasaran. “Boleh. Kamu mau bicara tentang apa?” jawabnya, nadanya tenang tapi penuh perhatian.

Keysha yang duduk di sebelah Kinan menatap sahabatnya dengan mata membulat, tanda tanya jelas tergambar. Kinan membalas tatapan itu dengan anggukan kecil, seolah memberi sinyal agar Keysha tetap tenang.

Setelah menenangkan Keysha, Kinan menoleh kembali ke Arga. “Duduklah di sini… lebih enak kalau kita bicara sambil duduk,” ucap Kinan, suaranya lebih mantap sekarang.

Arga tersenyum tipis, senyum yang membuat udara di sekitarnya terasa sedikit lebih hangat meski malam tetap dingin. Perlahan dia melangkah mendekat dan duduk di samping Kinan, menyesuaikan jarak sehingga keduanya bisa berbicara tanpa tergesa. Napas mereka berdua terdengar jelas, menyatu dengan heningnya malam dan aroma kayu tua dari rumah kosong di sekitar mereka.

Kinan menarik napas dalam-dalam, merasakan detak jantungnya yang masih cepat akibat pertarungan sebelumnya. Ia menatap Arga sekali lagi, mencari keberanian untuk membuka pertanyaan yang telah lama mengganjal di pikirannya.

“Arga… aku sebenar nya ingin tahu… siapa kamu yang sebenarnya?” bisiknya, suara penuh campuran penasaran, takut, dan sedikit rasa kagum.

Arga mencondongkan sedikit tubuhnya ke arah Kinan, tatapannya tetap tenang tapi tajam, seolah menimbang jawaban yang tepat. “Apa yang mau kamu ketahui? Aku akan coba jawab sebisa mungkin… tapi aku tidak bisa janji berbicara sepenuh nya,” jawabnya pelan, nadanya seperti janji yang menahan rahasia besar.

Keysha menghela napas pelan di samping mereka, merasa seolah ikut menahan napas. Malam itu terasa sunyi, hanya suara angin yang menyisir dedaunan dan detak jantung mereka yang terdengar, membangun ketegangan yang membuat ketiganya seakan berada di dunia sendiri.

Kinan menatap Arga, bibirnya sedikit mengatup, siap menyimak setiap kata yang akan keluar.

Kinan menelan ludah, dadanya terasa sesak saat ia memberanikan diri menatap mata Arga yang tajam namun tenang. “Ar… bagaimana kamu bisa sehebat… dan sekuat itu dalam dunia pertempuran?” suaranya bergetar tipis, meski mencoba terdengar wajar.

Arga tersenyum kecil, senyum yang samar tapi menenangkan. Matanya menatap Kinan dengan tajam, namun tak meninggalkan kehangatan. “Sejak kecil… aku memang gemar belajar seni bela diri. Dari latihan dasar hingga teknik yang lebih berat… dan pada akhirnya aku sampai di titik ini,” jawabnya, nada suaranya datar namun penuh keyakinan.

Kinan mengerjapkan mata beberapa kali, rasa heran menguasai dirinya. Jawaban itu terasa… tidak masuk akal. Ia menggeleng pelan, bibirnya mengatup sejenak sebelum bertanya lagi, nadanya lebih tegas. “Kalau begitu… apakah kamu orang yang berasal dari golongan dunia keras?”

Pertanyaan itu membuat Arga terdiam. Matanya menatap lurus ke depan, wajahnya membeku sejenak, seolah sedang menimbang jawaban yang pas. Keheningan memenuhi udara, hanya suara angin malam yang menyisir atap rumah kosong terdengar.

Setelah menghela napas panjang, Arga akhirnya berbicara, suaranya rendah namun jelas. “Iya… aku memang dari golongan dunia keras. Tapi… bukan mafia atau semacamnya. Aku hidup sebatang kara… sudah terbiasa menghadapi dunia yang keras. Pertempuran…menurut aku adalah bagian dari hidupku.”

Kinan menatap tajam, mencoba menangkap setiap kata. Meski Arga terdengar serius, ada sesuatu di senyum tipisnya dan tatapan matanya yang membuat Kinan ragu—seolah ada kebenaran yang disembunyikan, atau mungkin… kebohongan yang terselubung di balik kata-kata itu.

Kinan mengerutkan kening, geleng pelan. Hatinya menolak percaya. “Mana mungkin orang sehebat kamu tidak pernah terlibat dalam dunia keras?” suaranya mulai tegas, tangan terkepal makin erat. Ucapannya terasa bagai palu besar yang menghantam batin Arga, membuat udara di antara mereka sejenak menjadi tegang.

Arga menelan ludah, tetap menjaga ketenangan agar tak terlihat sedang menutupi sesuatu. Ia menarik napas dalam-dalam, kemudian menjawab dengan suara yang lebih berat, tapi tenang: “Sebenarnya… aku sempat terlibat dalam dunia gelap. Aku pernah bekerja sebagai penghantar barang ilegal… untuk transaksi di sebuah tempat.”

Kinan tersentak, matanya membesar. Keysha yang duduk di sampingnya ikut menoleh, alis terangkat penuh pertanyaan. Mereka berdua saling bertukar pandang—ingatannya langsung melayang ke pertemuan di blok B yang penuh misteri dan ketegangan.

Dengan memberanikan diri, Kinan menatap Arga lurus-lurus. “Di mana… tempat itu? Di mana kamu melakukan transaksi itu?” tanyanya, suaranya bergetar sedikit tapi tetap tegas.

Arga menatap lurus ke depan, wajahnya datar, senyum tipisnya hilang tergantikan oleh tatapan serius. “Aku… tidak tahu persis tempatnya. Yang jelas, aku hanyalah pengawal paling muda di antara yang lain. Aku tidak pernah tahu lebih dari itu.”

Kinan menunduk sebentar, rahangnya mengeras, campuran antara penasaran, takut, dan sedikit amarah memenuhi dadanya. Keysha masih menatap Arga dengan penuh pertanyaan, mencoba membaca setiap ekspresi di wajahnya.

Keysha menarik napas pelan, tubuhnya masih lemas, tapi sorot matanya tetap menempel pada Arga. “Apa peranmu dalam setiap transaksi?” tanyanya dengan suara yang hampir serak.

Kinan menoleh ke samping, menyenggol perlahan bahu Keysha. Matanya berbicara lebih banyak dari kata-katanya—‘cukup, jangan buru-buru’. Ia tahu Keysha sudah menyinggung hal yang terlalu dalam, lebih dari yang seharusnya mereka gali malam itu.

Arga menatap Keysha, sorot matanya tetap meyakinkan, namun ada ketegangan tipis yang muncul di tepi matanya. “Aku sudah bilang tadi, peranku hanya sebagai pengawal. Tidak lebih,” jawabnya tegas, suaranya datar tapi setiap kata terasa menahan sesuatu.

Kinan mencondongkan tubuh sedikit ke depan, alisnya berkerut, hatinya bergelora ingin menguak misteri remaja yang mereka temui di blok B. “Apakah kamu pernah melakukan transaksi di kawasan blok B?” tanyanya, nadanya setengah berharap, setengah menahan rasa takut akan jawaban yang akan dia terima.

Arga memalingkan wajah sejenak, matanya menatap jauh ke depan, seolah menimbang jawaban yang tepat. Udara di sekitarnya terasa berat, napas mereka seakan berhenti sebentar. “Aku rasa… enggak pernah. Lagian, aku juga tidak tahu di mana tempat itu berada,” jawabnya akhirnya, nada suaranya tegas, menutup setiap celah pertanyaan lebih lanjut.

Kinan menunduk, rahangnya mengeras, tapi matanya tetap menatap Arga penuh ketidakpercayaan. Keysha menarik napas dalam, tubuhnya gemetar, menyadari ada sesuatu yang Arga masih sembunyikan—sesuatu yang lebih besar daripada yang bisa mereka bayangkan malam itu.

“Kalau boleh tahu, sekarang kamu kerjanya di mana?” tanya Kinan lagi, nada suaranya ringan tapi penuh rasa ingin tahu.

Arga mencondongkan kepala sedikit, matanya menatap Kinan dan Keysha bergantian. “Setiap harinya, aku bekerja sebagai kuli pikul di pasar,” jawabnya tegas, suaranya datar tapi mantap.

Kinan menelan ludah, seolah ingin menahan senyumnya yang samar. Jawaban itu membuatnya terpikir untuk mengajak Arga bergabung dengan mereka. “Apakah kamu tidak memiliki keinginan untuk mencari pekerjaan dengan penghasilan lebih besar?” tanyanya, suara sedikit bergetar karena memberanikan diri membuka peluang diskusi lebih jauh.

Arga mengangkat bahu santai, tetap tersenyum. “Aku rasa tidak. Aku sudah terlanjur nyaman bekerja di pasar.” Jawaban itu sederhana, hampir seperti angin malam yang lewat tanpa suara.

Kinan dan Keysha saling bertukar pandang. Ada rasa tak percaya yang samar, karena mereka sulit memahami seseorang yang tak tergiur oleh uang dan fasilitas mewah.

Kinan mencondongkan tubuh sedikit, mencoba membujuk dengan lembut, “Coba pikir-pikir dulu. Kalau kamu mau, kamu bisa kerja bersama kami. Aku jamin hidupmu akan lebih nyaman—penghasilan lebih banyak, rumah yang memadai, semua bisa kamu dapatkan.”

Arga menatapnya dengan mata yang tetap tenang, tapi sedikit senyum yang menari di bibirnya seakan memberi tanda bahwa ia sedang menimbang tawaran itu—bukan karena tergiur, tapi karena penasaran dengan Kinan dan Keysha.

“Apa bagusnya hidup mewah kalau kehidupanmu itu berada di ambang kematian,” ucap Arga, suaranya rendah tapi tegas, setiap kata terucap seperti hantaman yang menembus udara dingin malam itu.

Kinan dan Keysha terdiam, merasakan beratnya kata-kata Arga. Angin malam menyapu rambut mereka, dingin tapi menyegarkan, seakan menekankan kebenaran ucapan Arga. Tak ada yang berani bersuara, hanya dengungan jantung mereka yang terdengar lebih nyata dari suara alam sekitar.

Kinan menunduk sejenak, menarik napas panjang sebelum menatap Arga kembali. “Aku tahu itu,” katanya lirih, “dan setiap pekerjaan besar memang ada harga yang setimpal.” Nada suaranya lembut, tapi mengandung tekad—seolah dia sedang mencoba memahami dunia yang berbeda dari yang biasa ia kenal.

Arga menarik kembali napas panjang, matanya menatap tangan yang menempel di lututnya. Dalam benaknya, keraguan dan perhitungan bercampur—dunia gelap yang kini ia hindari mulai muncul sebagai kemungkinan yang bisa saja menjawab semua masalah yang sedang dia alami. Ia bisa merasakan getaran peluang, tapi sekaligus merasakan bahaya yang mengintai, seperti bayangan yang mengikuti langkahnya di malam sepi itu.

Sementara itu, Kinan menatap wajah Arga dengan campuran penasaran dan cemas, seolah mencoba membaca rahasia yang ia sembunyikan. Keysha hanya bisa menunduk, merasakan ketegangan yang memancar dari Arga, sadar bahwa keputusan malam itu bisa mengubah banyak hal.

1
Corina M Susahlibuh
lanjut dong cerita nya Thor
nunggu banget nih lanjutannya
tukang karang: terimakasih atas penantian nya dan juga komen nya, bab apdet setiap hari kak di jam 12 siang🙏🙏
total 1 replies
Aixaming
Bener-bener rekomendasi banget buat penggemar genre ini.
tukang karang: makasi kak, maaf aku baru pemula🙏🙏
total 1 replies
Celia Luis Huamani
Wah, seru banget nih ceritanya, THOR! Lanjutkan semangatmu!
tukang karang: siap, bantu suport ya🙏🙏🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!