NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 21: Pedang Tanpa Bentuk dan Gerbang Menuju Wilayah Suci(Revisi)

Badai salju menggulung dari utara, menelan lembah berbatu di kaki gunung. Angin memekik keras seperti suara roh yang terperangkap di antara celah tebing. Di tengah pusaran kabut putih itu, Yu Chen berdiri tenang di tepi jurang yang menganga luas. Di bawahnya, hamparan awan berputar membentuk pusaran spiral—tempat yang konon menjadi jalur menuju Wilayah Suci.

Ia tahu musuhnya sudah mendekat. Aura mereka terasa bahkan di tengah badai—berat, tajam, dan bercampur bau racun spiritual yang menusuk.

Beberapa bayangan hitam muncul dari kabut. Jubah mereka bergoyang di angin, menampilkan simbol naga hijau dan lingkaran bulan hitam di dada. Paviliun Langit Gelap dan Sekte Naga Hijau, dua kekuatan besar yang biasanya tidak bekerja sama, kini berjalan berdampingan demi satu tujuan: memburu dirinya.

Yu Chen menatap mereka tanpa bergeming. “Kalian datang lebih cepat dari perkiraanku.”

Salah satu sosok bertopeng di depan tertawa rendah. “Kau membuat dua sekte kehilangan muka di hadapan dunia, Yu Chen. Kami hanya datang untuk memperbaikinya.”

Di sebelahnya, seorang pria tua berjanggut perak melangkah maju. Aura Qi-nya berwarna hijau pekat, memancarkan tekanan berat yang menekan udara. “Formasi sudah siap. Pastikan dia tidak keluar hidup-hidup.”

Dari tanah, garis-garis bercahaya mulai muncul, membentuk pola rumit di bawah kaki Yu Chen. Dua warna dominan—hitam pekat dan hijau zamrud—berputar membentuk lingkaran yang saling bertaut.

“Formasi Penyegel Jiwa Gabungan…” bisik Yu Chen pelan, matanya menyipit.

Formasi semacam ini bukan hanya memenjarakan tubuh. Ia dirancang untuk menyerap dan menghancurkan inti spiritual—mengeringkan Dantian hingga kosong. Jika ia tertangkap di dalamnya terlalu lama, bahkan Inti Emas-nya akan hancur menjadi debu.

Tetua berjanggut itu tersenyum tipis. “Kau seharusnya bersembunyi lebih lama, bocah. Sekarang sudah terlambat.”

Puluhan murid Sekte Naga Hijau segera membentuk lingkaran luar, mengaktifkan segel racun spiritual milik Paviliun Langit Gelap. Udara di sekeliling Yu Chen berubah berat, bergetar seperti udara di dalam lonceng raksasa.

Racun spiritual itu bekerja seperti kabut lembut, namun setiap butirannya mengandung energi pembusuk yang bisa merusak saluran Qi.

Yu Chen menatap sekeliling. “Menarik. Dua sekte besar bekerja sama hanya untuk satu orang Inti Emas.”

“Bukan satu orang,” sahut Mu Feng dari belakang topeng hitamnya. “Tapi satu ancaman. Darah naga tidak boleh dibiarkan bebas di dunia fana.”

Yu Chen menunduk sedikit. Dalam cahaya yang redup, bayangan pedang di punggungnya bergetar pelan, seolah ikut memahami situasinya.

Kabut racun semakin tebal, menelan pandangan. Di atas kepala mereka, garis formasi membentuk kubah energi berwarna hijau gelap yang berdenyut seperti jantung hidup.

Mu Feng mengangkat tangannya. “Mulai!”

Suara gemuruh mengguncang tanah. Dari formasi, puluhan rantai spiritual muncul dan meluncur ke arah Yu Chen. Setiap rantai terbuat dari Qi yang dipadatkan, memancarkan kilau hitam kehijauan.

Yu Chen tidak bergerak. Ia menutup matanya.

Saat rantai pertama menyentuh auranya, sesuatu di dalam Dantian-nya bergetar. Inti Emas yang bersinar lembut di dalam tubuhnya berdenyut, mengeluarkan cahaya keemasan yang menembus kulitnya.

Namun cahaya itu tidak meledak keluar seperti biasanya. Justru semakin padam, meredup hingga nyaris tak terlihat.

Lin Xiao, murid Naga Hijau yang berdiri di lingkaran luar, berteriak, “Qi-nya melemah! Dia akan terserap habis dalam satu menit!”

Tetua berjanggut itu tersenyum puas. “Formasi ini dirancang untuk menelan kekuatan sepertinya. Tidak ada jalan keluar.”

Tapi di tengah pusaran energi itu, Yu Chen membuka matanya. Cahaya keemasan samar memancar dari pupilnya.

“Qi-ku tidak melemah,” ucapnya tenang. “Aku hanya mengubah bentuknya.”

Dalam sekejap, udara di sekelilingnya berubah. Semua suara mereda. Rantai-rantai spiritual yang berputar berhenti, seolah kehilangan arah.

Dari tubuh Yu Chen, muncul gelombang niat yang tak memiliki bentuk atau warna—Niat Pedang Murni. Energi itu begitu halus hingga mata biasa tidak bisa melihatnya, namun semua orang bisa merasakannya—dingin, tajam, tak berbentuk, dan tak berujung.

Nada ketiga Jurus Pedang Abadi Kesembilan — Pedang Tanpa Bentuk.

Ia mengangkat tangannya perlahan. Pedangnya di punggung bergerak tanpa disentuh, melayang di udara seperti selembar kabut. Tidak ada kilatan cahaya, tidak ada suara benturan. Hanya keheningan mutlak.

Kemudian, formasi di bawahnya mulai bergetar. Satu demi satu, garis cahaya yang membentuk lingkaran spiritual retak seperti kaca. Bukan karena dipotong secara fisik, tapi karena benang spiritual yang mengikat formasi terputus dari dalam.

“Dia… memotong formasi dari inti jiwanya!” teriak Lin Xiao panik.

Dalam satu detik berikutnya, seluruh formasi runtuh. Gelombang energi memancar ke segala arah, menghantam tebing dan memecahkan batu-batu besar menjadi debu. Murid-murid yang berdiri di luar lingkaran terlempar beberapa meter ke belakang, sebagian besar pingsan karena tekanan spiritual yang tiba-tiba.

Yu Chen berdiri di tengah puing energi yang bersinar samar. Debu spiritual berjatuhan seperti hujan perak di sekelilingnya.

“Pedang tanpa bentuk,” gumam Tetua berjanggut itu lirih, wajahnya pucat. “Teknik tingkat langit… mustahil dikuasai di Ranah Inti Emas.”

Mu Feng menatap Yu Chen dengan mata sempit di balik topengnya. “Sepertinya rumor itu benar. Kau bukan hanya pembawa darah naga—kau juga pewaris warisan kuno.”

Yu Chen menyarungkan pedangnya perlahan. “Kau tahu siapa aku, tapi tetap memilih jalan ini.”

“Kami hanya mengikuti takdir,” jawab Mu Feng.

Yu Chen tersenyum tipis. “Kalau begitu, aku juga akan menulis ulang takdirku sendiri.”

Dengan langkah ringan, ia melompat ke tepi jurang. Sebelum terjun, ia meninggalkan satu goresan pedang di udara—garis halus dari niat pedang yang menggantung tanpa hancur.

Jejak itu berkilau emas dan menembus langit, membelah badai.

Mu Feng menatapnya tajam. “Dia meninggalkan… penanda spiritual. Dia memancing kita!”

Namun Yu Chen sudah menghilang di balik kabut putih.

---

Ia meluncur turun melewati pusaran awan, angin menampar wajahnya keras. Di bawah sana, sinar perak dari Gerbang Wilayah Suci berputar seperti lingkaran raksasa.

Saat ia mendekat, tekanan spiritual dari gerbang itu terasa menekan tubuhnya hingga hampir membuat tulangnya retak. Energi di dalam Inti Emas-nya mulai bergetar hebat.

Ia mengerahkan semua kontrolnya untuk menstabilkan Dantian. “Tenang… aku harus tetap sadar.”

Namun setiap langkah mendekat, tekanan semakin kuat. Qi-nya tersedot ke arah gerbang seperti air ke pusaran.

Di dalam pikirannya, suara keras bergema—dalam, bergaung seperti suara ribuan petir di bawah laut.

“Pewaris naga… apa kau benar-benar ingin menentang langit?”

Yu Chen membuka matanya. Di depan pandangannya, sosok naga emas raksasa muncul, melingkar di antara awan. Matanya menyala seperti dua matahari kecil.

“Roh naga…” ucapnya pelan.

“Kau melanggar batas dunia fana,” kata Roh itu, suaranya berat. “Di Wilayah Suci, bukan sekte yang akan memburumu, tapi para Penjaga Kebenaran Langit. Mereka menjaga keseimbangan hukum kosmos. Kau membawa darah yang menolak hukum itu.”

Yu Chen menatap balik tanpa gentar. “Aku tidak peduli siapa yang menjaganya. Selama mereka menghalangi jalanku, aku akan menebas mereka juga.”

Naga itu menatapnya lama, lalu tubuhnya memudar menjadi kabut emas yang menyatu dengan tubuh Yu Chen. “Kalau begitu, persiapkan dirimu. Langit di atas Wilayah Suci tidak mengenal belas kasihan.”

Seketika, cahaya gerbang menyala terang. Tekanan spiritual melonjak ke titik puncak. Tubuh Yu Chen seperti diremas oleh kekuatan tak terlihat. Dantian-nya bergetar, dan sebagian energi emas keluar, berubah menjadi partikel halus yang melayang di sekelilingnya.

Tubuhnya bergetar keras, tapi ia menolak menyerah. “Aku sudah sampai sejauh ini. Tidak ada jalan kembali.”

Dengan kekuatan terakhir, ia melangkah ke dalam lingkaran cahaya.

Segalanya menjadi putih.

Tubuhnya terasa melayang, sementara pikirannya seperti ditarik melewati ribuan lapisan ruang. Setiap lapisan menekan Jiwa-nya, menguji kekuatannya.

Sakitnya luar biasa, tapi ia bertahan.

Beberapa saat kemudian, cahaya itu memudar. Ia jatuh keras di atas permukaan batu datar. Udara di sekelilingnya terasa berbeda—lebih berat, lebih hidup, lebih tajam.

Ketika ia membuka mata, dunia baru terbentang di hadapannya.

Langit berwarna ungu keemasan, awan tebal melayang rendah di antara puncak gunung. Di kejauhan, kota-kota terapung bersinar dengan formasi raksasa di sekelilingnya. Di barat, ia bisa melihat lambang naga hijau raksasa di dinding gunung—markas Sekte Naga Hijau. Di timur, menara hitam menjulang, dikelilingi kabut pekat—wilayah Paviliun Langit Gelap.

Wilayah Suci. Dunia di mana hukum Qi ditegakkan oleh kekuatan dewa.

Yu Chen berlutut sejenak, mengatur napas. Dantian-nya berdenyut sakit; Inti Emas di dalamnya nyaris retak karena tekanan dari gerbang. Ia menyalurkan Qi perlahan, menutup semua jalur meridian yang terbuka.

“Mulai sekarang, Inti Emas harus kusegel sementara,” gumamnya. “Kalau tidak, tekanan Qi di sini akan menghancurkanku dari dalam.”

Ia berdiri perlahan. Tubuhnya terasa lebih berat, tapi matanya bersinar tajam.

Di kejauhan, cahaya perak dari salah satu kota terapung menarik perhatiannya. Kota Awan Perak, pusat perdagangan netral Wilayah Suci. Tempat yang sempurna untuk bersembunyi… dan belajar.

Ia menatap horizon ungu yang berkilau, lalu tersenyum kecil. “Awan perak di langit suci, dunia baru di depan mata. Mari kita lihat… seberapa jauh langit bisa kutembus kali ini.”

Angin lembut bertiup membawa butiran debu spiritual. Di bawah cahaya senja Wilayah Suci, sosok Yu Chen berjalan perlahan, meninggalkan jejak langkah emas samar di tanah berbatu.

Langkah pertama menuju langit yang lebih tinggi telah dimulai.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!