NovelToon NovelToon
Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Mengubah Takdir
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Rizky Handayani Sr.

Xera Abilene Johnson gadis cantik yang hidup nya di mulai dari bawah, karena kakak angkat nya menguasai semua harta orang tua nya.
Namun di perjalanan yang menyedihkan ini, Xera bertemu dengan seorang pria dingin yaitu Lucane Jacque Smith yang sejak awal dia
menyukai Xera.
Apakah mereka bisa bersatu?? Dan jika Xera mengetahui latar belakang Lucane akan kah Xera menerima nya atau malah menjadi bagian dari Lucane??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizky Handayani Sr., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23

Langit berwarna biru pucat dengan awan tipis berarak pelan. Udara segar menerobos lembut ke dalam kamar melalui pintu balkon yang sedikit terbuka. Di luar, suara burung terdengar samar, menyatu dengan aroma kopi dan roti panggang.

Xera terbangun lebih dulu. Rambutnya sedikit berantakan, dan wajahnya masih memerah oleh sisa rasa malu semalam. Ia mendapati dirinya masih berada dalam pelukan Lucane, yang masih tertidur dengan satu tangan melingkari pinggangnya.

Perlahan, Xera bangkit dan menyelimutinya kembali. Dia turun dari tempat tidur, mencuci wajah, lalu berjalan ke arah balkon sambil membenarkan piyamanya.

Tidak lama, pelayan datang membawakan sarapan ringan di atas nampan perak croissant, telur rebus, dan dua cangkir kopi hitam. Xera mengucap terima kasih singkat dan menyusunnya di atas meja balkon.

Saat dia sibuk menuang kopi, suara berat dan familiar terdengar dari dalam,

“Kau bangun lebih awal dari biasanya.”

Xera menoleh. Lucane berjalan santai dengan kaus tipis dan celana tidur abu-abu, rambutnya masih berantakan sedikit. Tapi mata tajamnya tertuju langsung ke Xera, seperti pria yang melihat sesuatu yang terlalu indah untuk diabaikan.

Xera buru-buru menunduk. “Aku hanya tidak bisa tidur lama.”

Lucane menghampiri dan duduk di kursi balkon, menyender santai.

“Kau tidak kabur dari kamar, kan?” sindirnya lembut.

Xera menatapnya tajam setengah bercanda. “Tidak. Tapi aku sempat mikir.”

“Tentang apa?”

“Tentang seberapa nyata semua ini,” gumamnya pelan. “Kemarin aku hanya sekretaris di meja kerja. Sekarang aku bangun di samping pria paling berbahaya di kota ini.”

Lucane mengambil cangkir kopinya, menyesap pelan, lalu menjawab dengan nada tenang namun serius,

“Bagi dunia, aku memang pria berbahaya. Tapi bersamamu aku hanya ingin menjadi pria yang membuatmu merasa cukup.”

Sunyi sejenak. Angin meniup helaian rambut Xera ke wajahnya. Lucane mengulurkan tangan, membetulkannya perlahan, menyentuh pipinya sebentar. Xera menunduk, tapi senyumnya mulai lebih lepas.

“Terima kasih…” bisik Xera.

Lucane menatapnya tajam.

“Tidak perlu berterima kasih untuk hal-hal yang seharusnya kau terima sejak awal.”

* * * *

Gedung Kantor Pusat SmithGroup — Siang Hari

Suasana kantor terlihat sibuk seperti biasa. Para karyawan berlalu-lalang dengan map dan laptop di tangan. Namun ada satu sosok yang menyita perhatian semua orang Vivian.

Dia melangkah dengan percaya diri. Mantel merah darah membalut tubuhnya, heels berkilau menyentuh lantai marmer dengan ketukan yang mengintimidasi. Tatapan semua wanita mengarah padanya antara iri, terkesima, dan curiga. Beberapa pria menahan napas.

Dia langsung menuju lantai tertinggi ruangan Lucane.

Tanpa izin, seperti biasa, dia membuka pintu.

“Lucane apakah kau merindukanku hari ini?”

Lucane, yang sedang berbicara lewat telepon dengan Max, menoleh tajam. Dia memutus sambungan tanpa berkata apa pun.

Vivian menutup pintu perlahan dan menghampirinya, tersenyum.

“Kau tahu, aku masih mengingat setiap sudut ruangan ini. Bahkan baunya tidak berubah. Seperti kau.”

Lucane menyandarkan tubuh ke kursi, ekspresinya tidak berubah.

“Kenapa kau datang lagi?”

Vivian mendekat, berdiri di samping mejanya.

“Lucane, aku tahu hubungan kita berakhir dengan canggung. Tapi aku tahu kau. Kau tidak bisa begitu saja melupakan orang yang pernah bersamamu selama bertahun-tahun.”

“Aku melupakannya dengan sangat baik, Vivian,” jawab Lucane dingin.

Vivian tertawa kecil, lalu dengan percaya diri duduk di sudut meja kerja pria itu.

“Lucane, aku tahu kau belum menikah. Kau masih sendiri, kan? Jadi apa salahnya kalau kita mulai ulang? Tidak harus cinta. Hanya kebersamaan seperti dulu.”

Lucane menatapnya. Tatapannya tajam tapi ada sesuatu yang berbeda kali ini bukan kemarahan. Tapi kejenuhan.

“Kau datang ke sini karena kau kira aku masih sama seperti dulu. Tapi sekarang, aku sudah bertunangan.”

Vivian terdiam. Senyumnya perlahan menghilang.

“Apa kau bercanda?”

Lucane berdiri, berjalan pelan ke jendela besar di belakang meja, lalu membalikkan badan.

“Aku tidak pernah bercanda soal hal ini.”

Vivian menatapnya tidak percaya. “Siapa wanita itu? Seseorang dari dunia ini?”

Lucane menatapnya tenang.

“Yang jelas aku sudah memukan cintaku”

Vivian menggigit bibir bawahnya. Untuk pertama kalinya, mata tajamnya kehilangan pijakan.

“Lucane, ini bukan dirimu. Kau, kau tidak pernah percaya pada hal seperti cinta.”

“Mungkin karena aku tak pernah benar-benar merasakannya sampai dia datang.”

Vivian menelan ludah. Sakit itu terlalu nyata sekarang. Dia tersenyum tipis, lalu berdiri.

“aku tidak bisa menerima semua ini Lucane, kenapa kau begitu tega!!.”

Tapi saat membuka pintu, dia berbisik pelan, tanpa menoleh

“Tapi hati-hati, Lucane. Dunia kita tidak pernah membiarkan cinta hidup lama.”

Pintu menutup. Dan Lucane hanya berdiri di sana, tak menoleh, tapi mengencangkan rahangnya.

* * * *

Vivian masuk ke mobil mewah yang menunggunya. Di dalam, Nana dan Jack sudah duduk.

“Bagaimana?” tanya Nana.

Vivian tidak menjawab. Dia menatap lurus ke depan.

“Kau benar, Jack,” gumamnya akhirnya.

“Lucane telah berubah. Dan kali ini dia benar-benar jatuh cinta.”

Dia menarik napas dalam, lalu menatap ke luar jendela.

“Kalau begitu mari kita lihat seberapa jauh wanita itu bisa bertahan.”

* * * *

Lucane duduk di meja oval hitam pekat bersama Max, Domanic, dan Juan. Di layar besar terpampang data penyusupan informasi dari luar. Semua wajah mereka tegang.

“Mereka mencari tahu siapa tunanganku. Tapi tidak ada satu pun petunjuk mengarah ke Xera?” tanya Lucane dingin.

Max mengangguk. “Kami pastikan semua dokumen hukum, kontrak pernikahan, hingga catatan pribadi disimpan di server terenkripsi pribadi di bawah sistem keamanan Juan.”

“Hanya empat orang di ruangan ini yang tahu siapa calon istrimu,” tambah Juan sambil menatap ke arah Domanic. “Dan kami bersumpah menjaga itu.”

Lucane menatap satu per satu anak buahnya.

“Jika sampai bocor bukan cuma Xera yang berbahaya. Kalian juga.”

Domanic tersenyum tipis. “Kami tahu konsekuensinya, Bos. Kami juga tahu siapa yang kita lindungi.”

* * * *

Adelina duduk di ruang kerjanya yang mewah, di hadapan beberapa berkas hasil intelijen bayaran. Semua laporan tidak memuaskan.

“Nama tunangannya masih tidak terdeteksi?” suaranya mulai emosi.

Analis rahasia yang dia bayar menunduk gugup.

“Maaf Nona, mereka menghapus semua jejak. Kami hanya tahu satu hal wanita itu bukan dari lingkaran kekuasaan mana pun. Tidak punya latar belakang mafia, tidak dari keluarga pengusaha, tidak pernah tampil publik.”

“Jadi orang biasa?” Adelina mengerutkan kening. “Lucane bertunangan dengan bayangan?”

Analis mengangguk pelan. “Begitu tampaknya. Bahkan karyawan kantornya pun tidak tahu.”

Adelina mencengkeram gelas anggurnya. “Kalau begitu, kita buat dia keluar dari bayangannya sendiri.”

* * * *

Sedangkan Vivian duduk sendirian di dalam mobil hitam. Dia membaca ulang laporan penyelidik yang dia bayar sendiri.

“Tunangannya dijaga sangat ketat. Rumah tidak terdeteksi. Bahkan lokasi dia bermalam pun terus berpindah.”

Vivian menyipitkan mata.

“Lucane menyembunyikan dia seperti harta karun.”

Dia menutup laporan itu, meletakkannya ke dalam laci dashboard.

“Tapi semua rahasia pada akhirnya akan retak.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!