Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Menjadi Sekretaris Bos Mafia

Bab 1

Langit sore itu tampak muram, seolah ikut berkabung bersama hatinya yang Sedih.

Seorang gadis cantik tengah berdiri kaku di hadapan dua makam yang masih basah oleh hujan, harum bunga tabur bercampur tanah basah menusuk hidungnya.

Tapi yang lebih menusuk adalah kenyataan bahwa di bawah tanah itu, tidur dua sosok yang tak akan pernah bangun lagi Papa dan mama nya.

Tangannya gemetar saat menaruh setangkai mawar putih di atas pusara. Angin meniup pelan, seolah membisikkan kalimat yang tak sempat terucap: selamat tinggal.

“ Xera ayo. Sudah cukup,” bisik seseorang di sampingnya.

Gadis cantik itu bernama Xera Abilene Johnson, berusia 24 tahun memiliki wajah yang sangat cantik dengan iris mata hazel, hidung mancung, bibir tipis kulit putih bahkan tubuh nya sangat indah. Seolah tuhan sedang bahagia menciptakan nya.

Xera menoleh, Alexi Johnson kakak angkatnya, lelaki yang dibesarkan orang tuanya sejak dia berumur lima tahun berdiri dengan payung besar, melindungi mereka berdua dari gerimis tipis yang masih turun.

Alexi tidak menangis. Dia hanya diam, tenang, tapi tatapan matanya kosong. Xera tidak tahu apakah itu kesedihan, keterkejutan, atau sesuatu yang lain.

Xera pun mengangguk lemah, lalu berjalan perlahan ke mobil bersama Alexi. Di dalam mobil, keheningan menggantung seperti kabut.

Xera menatap keluar jendela, melihat bayangan dirinya di kaca wajah pucat dengan mata sembab.

Di pikirannya, kenangan-kenangan berseliweran tawa papa di meja makan, pelukan hangat mama setiap pagi, suara merdu mereka saat bernyanyi bersama. Semuanya kini hanya gema, hampa.

Sesampainya di rumah, suasana lebih sunyi daripada pemakaman. Rumah besar bergaya kolonial itu terasa seperti bangunan asing.

Tidak ada aroma masakan mama dari dapur, tidak ada suara musik klasik dari ruang kerja papa. Semuanya dingin. Beku.

Di kamarnya, Xera memeluk bantal dan menangis dalam diam. Dunia yang dia kenal telah musnah dalam satu malam. Xera berharap semua ini hanya mimpi. Tapi matanya tidak pernah membuka ke pagi yang sama lagi.

Beberapa hari kemudian, tamu-tamu duka mulai berkurang. Karangan bunga mulai layu, dan makanan yang dibawa kerabat tidak lagi disentuh.

Tapi duka Xera tidak pudar. Dia duduk di ruang tamu setiap malam, menunggu keajaiban, menunggu mama dan papa pulang dan berkata bahwa semua ini hanya kesalahpahaman besar.

Tapi yang datang hanya suara jam dinding dan gema sepi.

Alexi yang sejak hari pertama tampak sibuk mengurus dokumen-dokumen, mulai lebih sering berbicara di telepon dengan nada tegas. Dia sering mengurung diri di ruang kerja papa nya.

Xera pun tidak menaruh curiga Baginya, saat itu, dunia belum berubah. Dia hanya merasa kehilangan. Tapi belum tahu kalau yang lebih menghancurkan belum datang.

* * * *

Dua hari setelah kematian orang tua nya, Xera keluar dari kamar dengan suara ketukan keras di pintu kamarnya.

Tok. Tok. Tok.

“Xera, turun ke bawah. Ada yang perlu kita bicarakan,” suara Alexi terdengar dari balik pintu. Tenang, tapi dingin.

Xera cepat bangkit dan mengenakan cardigan tipis. Suara Alexi terdengar berbeda. Bukan seperti suara kakak yang biasa membawakan teh hangat saat dia demam atau memeluknya saat dia patah hati dulu.

Kali ini seperti atasan memanggil bawahan.

Di ruang tamu, duduk seorang pria berjas rapi dengan wajah kaku. Di meja, tergeletak tumpukan map cokelat dan sebuah laptop terbuka.

Alexi berdiri di dekat jendela, tangannya menyilang.

“Ini Tuan Jyab. Pengacara keluarga,” kata Alexi datar.

Xera duduk perlahan, Jantungnya mulai berdetak lebih cepat.

“Xera” Jyab membuka suara,

“kami di sini untuk membicarakan soal warisan dan pembagian harta almarhum Tuan dan Nyonya Johnson.”

Xera mengangguk pelan. Dia tahu hari ini akan datang, cepat atau lambat.

Namun yang tidak dia tahu adalah isi kalimat selanjutnya.

“Semua aset keluarga termasuk rumah ini, kendaraan, saham, dan tabungan secara legal telah diwariskan kepada Alexi Johnson, sesuai dengan dokumen yang ditandatangani tiga bulan sebelum kecelakaan.” jelas Jyab

Sejenak dunia Xera berhenti berputar. Dia menatap wajah Jyab lalu Alexi bergantian.

“Apa maksudnya?” bisiknya.

Alexi menatap Xera dengan ekspresi yang sulit dibaca.

“Aku anak angkat yang sah, Xera. Orang tua kita mengadopsiku secara penuh dan mengatur semuanya sebelum mereka pergi.” Ucap Alexi percaya diri

Xera menggeleng. “Itu tidak masuk akal. Papa dan mama tidak pernah membicarakan soal ini. Tidak mungkin” tolak Xera

“Aku punya dokumennya. Sah secara hukum,” potong Alexi tajam.

“Dan berdasarkan keputusan mereka, kau tidak termasuk dalam pewarisan.” Lanjut Alexi

Xera merasa seperti ditampar. Dunia seakan berputar tidak beraturan.

“Aku anak kandung mereka!” teriaknya, suara bergetar.

“Tapi tidak ada dokumen wasiat yang menyatakan hakmu atas warisan ini,” Lanjut jyab dengan nada netral, nyaris tanpa perasaan.

“Dan karena semua harta tercatat atas nama bersama atau pribadi yang telah diwariskan ke Alexi, maka secara hukum, Anda tidak memiliki klaim.” jelas Jyab

“apa maksudnya? Kau pasti bohong kan Alexi,kau kakak ku lalu apa yang kau lakukan sekarang Alexi" ucap Xera walau dia tahu jawabannya akan menghancurkannya lebih jauh.

Alexi menarik napas panjang.

“Xera, kau sekarang hanya beban dan karena kedua orang tua kita tidak mewariskan mu apa apa maka aku tidak akan menampung mu. Kau harus pergi dari rumah ini. Segera!!” ucap Alexi datar

Kata-kata itu jatuh seperti batu besar menimpa dadanya.

“Pergi? Ini rumahku. Rumah kita sejak kecil,apa kau tidak waras??” teriak Xera

“Sekarang ini rumahku Xera apa kau lupa” Alexi menjawab cepat, mata tajamnya tidak berkedip.

"Kau sungguh menjadi manusia tamak, aku tidak menyangka karena harta yang di tinggalkan papa dan mama kau bisa menjadi seperti ini. Bahkan makam mama dan papa belum kering" kesal Xera kepada Alexi

"Ck!! Aku layak mendapatkan nya Xera. Kau harus pergi sekarang juga semua ini sudah menjadi milik ku" jawab Alexi tanpa rasa iba

Air mata Xera mulai menetes, tapi bukan hanya karena kesedihan. Ada amarah di sana. Pengkhianatan. Luka yang tidak berbentuk, tapi terasa begitu nyata.

Dia bangkit, menatap Alexi lurus-lurus. “Aku tidak tahu siapa kau sebenarnya. Tapi kau bukan lagi kakakku.” Ucap Xera menekan semua ucapan nya

Dia tidak menyangka kakak yang begitu dia sayangi berubah menjadi pria picik dan mengambil semua harta orang tua nya. Hanya karena harta Alexi berubah menjadi tidak berprasaan.

Xera pun meninggalkan rumah hanya dengan satu koper dan album foto tua.

Wanita cantik itu berjalan tanpa arah, tujuan nya adalah apartemen milik sahabat nya.

Xera terus menyusuri jalan setapak yang sepi, isaknya tenggelam dalam deru angin malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!