NovelToon NovelToon
Obsesi Cinta King Mafia

Obsesi Cinta King Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: dina Auliya

Karena menyelamatkan pria yang terluka, kehidupan Aruna berubah, dan terjebak dunia mafia

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Serangan Dalam Bayangan

Malam itu, hujan turun deras di Roma. Kilatan petir sesekali membelah langit, seakan memberi isyarat akan datangnya badai yang lebih besar.

Di dalam mansion De Santis, suasana tampak tenang. Aruna duduk di ruang musik, jari-jarinya menyentuh tuts piano, mencoba memainkan melodi lembut untuk menenangkan hati. Namun setiap nada terdengar sumbang di telinganya, karena pikirannya dipenuhi bayangan: tatapan Leonardo yang penuh amarah, darah yang terus mengalir di matanya, dan ancaman musuh yang kian nyata.

Leonardo, di sisi lain, sedang berada di ruang kerja bersama Marco. Peta besar Roma terbentang di mejanya, ditandai dengan titik merah di berbagai wilayah. “Mereka mulai bergerak,” ucap Leonardo, suaranya dingin. “Sisa-sisa pasukan Vittorio kini bersatu dengan keluarga Palermo. Tujuan mereka hanya satu.”

Marco menatap bosnya dengan wajah tegang. “Aruna.”

Leonardo mengangguk pelan. Matanya menyipit, suaranya berubah menjadi bisikan mematikan. “Mereka pikir aku akan lengah. Mereka pikir aku akan kalah hanya dengan menyentuhnya. Mereka tidak tahu… menyentuh Aruna berarti menandatangani kematian mereka sendiri.”

---

Bayangan yang Mengintai

Di luar mansion, beberapa mobil hitam berhenti di kejauhan, bersembunyi di balik pepohonan. Dari dalam, keluar sekelompok pria bersenjata lengkap, wajah mereka tertutup masker. Pemimpin mereka, pria tinggi dengan bekas luka di pelipis, memberi instruksi singkat.

“Malam ini kita tidak menyerang Leonardo langsung. Kita ambil wanitanya. Begitu Aruna jatuh ke tangan kita, King Mafia akan berlutut.”

Anak buahnya mengangguk. Senjata berkilau di bawah cahaya petir. Mereka bergerak senyap, bagai bayangan maut.

---

Aruna yang Gelisah

Aruna berhenti memainkan piano. Hatinya gelisah, seolah ada sesuatu yang salah. Ia berdiri, berjalan menuju balkon, menatap taman yang diterangi lampu taman redup. Hujan masih turun, menutupi pandangannya. Tapi entah kenapa, ia merasa… ada mata yang mengawasinya.

Jantungnya berdetak cepat. Ia berbalik, hendak kembali ke dalam kamar, ketika tiba-tiba lampu ruang musik mati seketika.

“Leo…?” panggilnya dengan suara bergetar.

Tidak ada jawaban.

Aruna menelan ludah. Tubuhnya kaku. Lalu, suara kaca pecah terdengar dari sisi jendela.

---

Serangan Dimulai

Dua pria bertopeng masuk lewat kaca yang dipecahkan, senjata di tangan mereka. Aruna menjerit, mundur dengan panik. Salah satu dari mereka bergerak cepat, mencoba meraih pergelangannya.

Namun sebelum tangannya sempat menyentuh, pintu ruangan terbuka keras.

BRAK!

Leonardo muncul, pistol di tangan, mata menyala bagai iblis. Tanpa ragu, ia menembak pria pertama tepat di kepala. Darah muncrat, tubuh pria itu terhempas ke piano.

Pria kedua mencoba melawan, tapi Leonardo bergerak lebih cepat. Dengan tendangan keras, ia menghantam dada pria itu hingga jatuh menabrak jendela.

“Beraninya kau menyentuhnya…” suara Leonardo rendah, penuh kebencian. Ia menembak sekali lagi. Pria itu roboh tak bergerak.

Aruna terdiam, tubuhnya gemetar hebat. Napasnya tercekik. Ia tahu dunia ini berbahaya, tapi melihat kematian begitu dekat membuatnya semakin ngeri.

---

Gelombang Kedua

Belum sempat Leonardo menenangkan Aruna, suara tembakan terdengar dari luar mansion. Marco berlari masuk. “Bos! Mereka menyerang dari sisi timur! Jumlahnya banyak!”

Leonardo segera menarik Aruna ke belakangnya, matanya tajam. “Bawa dia ke ruang bawah tanah, Marco! Jaga dengan nyawamu!”

Aruna berusaha memprotes. “Leo, jangan tinggalkan aku!”

Leonardo menatapnya cepat, lalu mencium keningnya dengan kasar. “Aku tidak akan mati. Aku akan kembali padamu. Kau harus tetap hidup, Aruna. Itu perintahku.”

Dengan paksa, Marco menyeret Aruna pergi, meski ia menjerit-jerit. Leonardo berbalik, menghadapi pasukan musuh yang mulai masuk ke dalam mansion.

---

Pertempuran di Mansion

Tembakan menggema di seluruh rumah. Lampu gantung pecah, dinding berlubang, lantai berlumuran darah. Para penjaga Leonardo berjuang mati-matian, tapi jumlah musuh jauh lebih banyak.

Leonardo bergerak bagai bayangan. Setiap peluru yang dilepaskannya mengenai sasaran tepat. Setiap lawan yang mendekat roboh dengan cepat. Aura raja mafianya begitu kuat, membuat siapa pun yang melihatnya merasa berhadapan dengan dewa kematian.

Namun musuh tidak berhenti. Gelombang demi gelombang masuk. Darah bercampur dengan hujan yang merembes dari atap yang rusak.

---

Aruna di Ruang Bawah Tanah

Sementara itu, Aruna duduk di ruang bawah tanah yang gelap, tubuhnya masih bergetar. Marco menjaga di depan pintu, pistol terkokang.

“Jangan takut,” kata Marco cepat. “Bos akan menghabisi mereka semua. Dia selalu menang.”

Tapi Aruna menggeleng, air mata membasahi pipinya. “Tidak ada yang selalu menang, Marco. Cepat atau lambat… semua orang kalah.”

Ia memeluk dirinya sendiri, merasa terjebak. Ia tahu Leonardo berjuang demi dirinya, tapi justru itulah yang membuatnya takut. Berapa banyak nyawa lagi yang harus melayang hanya karena aku?

---

Duel di Tengah Badai

Akhirnya, pemimpin pasukan musuh dengan bekas luka di wajahnya masuk ke aula besar mansion. Ia menatap Leonardo dengan senyum sinis.

“King Mafia. Jadi inilah kau yang dibicarakan semua orang.”

Leonardo mengarahkan pistol. “Siapa kau?”

“Namaku Salvatore. Aku pewaris Vittorio. Dan malam ini, aku akan mengambil segalanya darimu—termasuk wanitamu.”

Kata-kata itu membuat darah Leonardo mendidih. Tanpa bicara lagi, ia menembak. Pertempuran sengit terjadi di aula, hujan deras yang masuk melalui atap pecah menambah suasana kacau.

Duel itu brutal. Peluru berterbangan, meja dan kursi hancur. Leonardo terkena goresan peluru di lengannya, tapi ia terus maju, matanya penuh api.

Akhirnya, dengan gerakan cepat, ia menodongkan pistol ke kepala Salvatore. “Tidak ada yang menyentuh Aruna. Tidak ada.”

DOR!

Peluru menembus kepala musuh. Tubuh Salvatore jatuh, darah mengalir di lantai marmer.

---

Setelah Pertempuran

Beberapa jam kemudian, mansion penuh dengan mayat. Bau mesiu dan darah memenuhi udara. Marco muncul dengan wajah penuh luka, melapor, “Bos, sisa musuh melarikan diri. Tapi kita kehilangan banyak orang.”

Leonardo tidak menjawab. Ia hanya berjalan ke ruang bawah tanah. Saat pintu dibuka, Aruna langsung berlari memeluknya. Tubuhnya bergetar, wajahnya basah oleh air mata.

“Leo… kau berdarah!”

Leonardo memegang wajahnya dengan lembut, meski tubuhnya penuh luka. “Darahku tidak penting. Yang penting, kau selamat.”

Aruna menangis semakin keras. “Berapa lama lagi kita bisa hidup seperti ini? Sampai kapan, Leo?”

Leonardo menatapnya dalam-dalam. Matanya penuh cinta, tapi juga obsesi. “Sampai dunia berhenti berputar. Sampai mereka semua mati. Aku tidak akan pernah melepaskanmu, Aruna. Tidak pernah.”

---

Malam itu, hujan akhirnya reda. Tapi bagi Aruna, badai yang sebenarnya baru saja dimulai. Ia sadar, semakin lama ia bersama Leonardo, semakin banyak darah yang akan tertumpah.

Namun ia juga tahu, hatinya tidak bisa lari. Cintanya untuk pria ini seperti racun—mematikan, tapi membuatnya ketagihan.

Di luar sana, meski Salvatore sudah mati, bayangan baru mulai bergerak. Dan Aruna tahu, perang ini belum berakhir.

1
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
n
🇬‌🇦‌🇩‌🇮‌🇸‌🇰‌
Yang udah diringkas nya naskah nya ini?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!