Raihana ayu,ibu muda berusia 25 tahun ini harus menerima kenyataan pahit.luka sayatan bekas oprasi caesarnya belum juga kering tapi harus menerima kenyataan pahit suami yg menikahinya 14 bulan lalu menjatuhkan talak 3 atas dirinya.dengan langkah gontai ia keluar bersama putri cantiknya yang baru berusia 45 hari.hana memilih menjauh,meninggalkan kota kelahirannya yang penuh dengan kenangan pait.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mayra Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
curhatan pak duda
"apa boleh saya minta tolong sekali lagi ?"
" selagi saya bisa,Insya Allah saya bantu pak "
" begini mbak,apa boleh untuk sementara waktu saya menitipkan langit disini ?" hana terkejut.
" bagaimana ceritanya ini,apa bapak duda satu ini tidak mau repot mengurus anaknya yang lagi sakit " ucap hana dalam hati.
menyadari kebingungan hana mahes pun segera menjelaskan.
" langit masih mau disini mbak hana dan rumah tidak aman untuk langit saat ini " hana mengeryit.
"kemaren ibunya langit datang kerumah.dia ingin menemui langit.sementara saya tak ingin langit bertemu dengan ibunya "
"jadi cerita langit tentang keluarganya benar " hana hanya mampu berucap dalam hati.
" kenapa begitu pak ?" jujur hana menyesali kelancangan mulutnya.
" kalau mbak hana tau situasinya,saya yakin mbak hana pun tidak akan mengizinkan langit ikut saya pulang" hana semakin yakin ada sesuatu.
" memang hal apa yang akan membuat saya tidak mengizinkan langit ikut pulang ?" mahes malah tersenyum,hana bahkan sempat terpesona di buatnya.
" entah perempuan seperti apa yang saya nikahi dulu ?"
" setelah sepuluh tahun,jangankan datang kerumah menanyakan kabar langit pun tak pernah.bahkan langit dalam kondisi sakit keras di rumah sakit pun tidak mau datang.tiba-tiba kemaren saat semua bingung mencari keberadaan langit dia datang.mbak hana tau untuk apa dia datang ?" hana mengeleng
" dia datang ingin meminta langit mendonorkan ginjalnya untuk anaknya yang lain " hana terkejut dibuatnya.dadanya bahkan terasa sakit.
" apa sebegitu tidak ada artinya langit di matanya." hana tertegun menyaksikan pria gagah di depanya itu menangis.ini pasti sangat menyakitkan bagi seorang mahes.
" dia pergi meninggalkan kami karena saya waktu itu masih merintis dan kondisi ke uangan saya belum stabil.dia tidak mau hidup susah.dia bahkan tega mengangap langit kecil penghalang karienya." mahes nampak mengusap air matanya.
" sejak keluar dari rumah tak pernah sekalipun menengok langit.bertemu pun jika langit yang ingin,itupun selalu di luar rumah dan ada nilai yang harus saya bayarkan." lagi-lagi hana terkejut,ada ya ibu macam itu.
" sekarang saya tanya kepada mbak hana,sebagai seseorang yang di anggap bunda oleh langit apa mbak hana akan mengizinkan amara mengambil salah satu ginjal langit ?" hana terkesiap mendengar perntanyaan mahes.
Tentu saja hana tidak rela,dia tau betul resiko hidup dengan satu ginjal karena salah satu saudaranya harus mengalami itu.
" kalau di tanya kapasitas saya sebagai seorang ibu tentu saya menolak.mana mungkin saya mengorbankan anak saya demi anak saya yang lain.terlebih ini soal ginjal,akan sangat riskan orang hidup dengan satu ginjal saja ,mungkin saar ini mamanya langit sedang kondisi kalut,jadi tidak berfikir panjang.makanya memberanikan diri meminta langit mendonorkan ginjalnya untuk adiknya " hana mengambil jeda sejenak.dia membasahi tenggorokannya yang kering dengan kopi susu yang sudah dingin.
"mohon maaf pak mahes,jika selama ini beliau tidak mengabaikan putranya mungkin tak masalah jika meminta pengorbanan langit untuk adiknya. Dan mengingat betapa lembutnya sikap langit terhadap zura,saya rasa langit akan dengan suka rela menolong adiknya.tapi,rasanya menjadi tidak adil jika ceritanya seperti yang bapak ucapkan tadi.jika langit tau saya rasa ini akan sangat Melukai langit "
" itulah yang menjadi pertimbangan saya meminta izin untuk langit sementara biar di sini dulu.tidak menutup kemungkinan bukan amara akan diam-diam menemui langit saat saya tidak dirumah ?"
" hanya sampai rumah baru kami siap di tempati mbak hana,tolong bantu saya sekali lagi.saya juga akan bicara dengan suami mbak hana nanti"
tiba-tiba dada hana terasa nyeri waktu mahes menyebut tentang suami.tapi dia mencoba tetap tenang.
" tidak perlu pak,ayah zura tidak disini "
" maksud nya ? Mahes terkejut sepertinya.
" kami sudah berpisah saat zura berusia 45 hari " mahes semakin terlihar shock dan merasa bersalah.ini pasti mengungkit luka lama hana.
" aduh maaf "
" tidak apa-apa pak memang begitulah keadaannya."
" ehm ..... Maaf mbak hana saya kok familiar dengan nama belakang zura ya " hana nampak bingung
" nama belakang zura banyu biru kan? ?" hana menganguk
" kalau tidak salah itu nama seoarang pengacara muda dari kota sebelah bukan ? " lagi-lagi hana menganguk.
" saya memutuskan pindah kemari usai kami berpisah pak"
" ogh begitu " hana menganguk
suasana menjadi hening,sepertinya baik mahes maupun hana bingung mau membicarakan apa lagi.beruntung dalam kecanggungan mereka datang asisten pribadi mahes yang mengatakan mahes harus segera kembali ke kantor karena ada pertemuan yang tidak bisa ditunda.
" sekali lagi terima kasih mbak hana.maaf lagi- lagi membuat mbak hana repot." hana hanya menanggapi dengan senyuman.
" ehm...apa boleh saya meminta nomer ponsel mbak hana,aga lebih mudah komunikasi kita soal langit." hana menganguk lalu menerima ponsel yang disodorkan mahes.karena kebetulan hana tak membawa ponsel tadi.
" ini nomer saya pak " hana mengulurkan kembali ponsel mahes.
" sudah saya simpan dan saya sudah menghubungi ponsel mbak hana"
" kalau begitu kami pamit mbak hana,titip langit ya mbak dan tolong nanti pamitkan ke langit soalnya tadi mau tidur katanya takut menganggu tidur langit "
" baik pak "
" mari mbak hana " hana menganguk dan tersenyum.
" mari nyonya " ucap angga
" silahkan"