Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 23
Dibelahan negara lain, Fayola duduk didepan dua orang yang berbeda kelamin, Elin dan Veloz menyodorkan sebuah berkas didepan Fayola.
"Ini identitas barumu, meskipun saat kamu pergi sudah menggunakan indentitas barumu ini," Veloz menyodorkan dengan wajah datar dan dingin.
Fayola menatap berkas di depannya, dia tahu jika identitasnya sudah di palsukan, saat di bandara Fayola sempat membaca tiket dan paspor yang dia bawa, di sana indentitas namanya berubah.
"Angeline, adalah namamu," Sambung Elin, wanita yang ditugaskan untuk menjaga Fayola atau Engeline itu bersama dengan Veloz.
"Seharunya kau tidak perlu bersinggungan dengan kelurga Gilbert, dan mendapatkan nasib seperti ini. Tapi nasi sudah menjadi bubur, kau sudah tidak bisa lagi pergi dengan kemauan mu melainkan karena tekanan," Veloz tersenyum tipis, tangannya meraih gelas berisikan anggur khas di sana.
Sedangkan Elin wanita itu hanya mendengarkan, ini kali kedua dirinya melihat wanita muda yang didatangkan dari orang yang sama.
Fayola masih diam, tidak tahu harus bicara atau menanyakan apa, rasanya percuma dia bertanya sesuatu hal, bukanya mereka di bayar untuk memata-matainya.
"Dan sekarang di sinilah tempat tinggal mu, menjadi Patani anggur sampai kau tak bisa lagi mengingat ingin kembali."
Fayola paham apa yang di maksud, hanya saja dirinya masih terlalu sesak mengingat semua kenangan yang terekam indah di memorinya.
Semua kenangan yang ia lewati, sahabat kakak dan juga kelurga Fayola menimpanya dengan baik. Bahkan satu kenangan yang tak bisa pergi dari kepalanya meskipun dalam waktu singkat namun mampu membekas menembus ulu hatinya.
"Pak Calvin," Gumam Fayola miris.
Apakah pria itu memikirkannya?
Apakah pria itu kehilangan dirinya?
Apakah pria itu mencarinya?
Rasanya kok mustahil, selama ini hanya dirinya yang berharap lebih, nyatanya Calvin tak pernah menganggapnya bahkan melihatnya sebagai wanita. Yang ada Calvin melihatnya hanya wanita pemuas saja. Fayola semakin tersenyum getir, biarpun begitu hatinya tak bisa lagi mengelak, nyatanya nama pria itu begitu melekat di hatinya.
"Angeline, hari ini aku akan membawamu untuk ikut berkerja, semua penduduk di sini adalah petani anggur, dan setiap sebulan sekali ada pesta rakyat setelah bekerja 25 hari, maka mereka akan merayakan pesta anggur." Elin menjelaskan, sepetinya wanita itu baik, tapi tidak tahu aslinya hanya saja Fayola melihat tidak ada yang aneh.
"Baik, saya akan mengikuti pengaturan kalian." Putus Fayola tidak ada pilihan lain.
Menurut untuk saat ini, adalah yang terbaik.
"Tuhan, jika memang ada kesempatan maka aku akan menunggunya sampai dia datang," Batin Fayola berdoa.
*
*
Empat jam, Megi hanya bisa mondar mandir di bawah kamar Calvin. Megi menatap jauh keatas dimana lampu kamar Calvin masih menyala. Tidak peduli dengan kakinya yang merasa kram dan pegal karena lama berdiri mondar mandir, Megi justru takut jika Calvin melakukan sesuatu. Megi menghela napas, apakah kekhawatirannya berlebihan?
Mungkin saja, Megi terlalu berlebihan memikirkan perasaan Calvin nyatanya pria itu sepertinya baik-baik saja.
Sedangkan di kamar yang luas, Calvin hanya duduk di lantai yang beralaskan karpet tebal, pria itu duduk dengan punggung bersandar pada sofa, empat jam Calvin duduk di sana, dengan satu kali ia luruskan dan satu lagi di tekuk.
Fyuhhh
Kepulan asap rokok memenuhi udara, pria itu hanya duduk sambil menghabiskan beberapa batang rokok, tak lupa tangan kirinya yang memegang sebuah botol, botol minuman yang sudah kesekian kali.
"Hanya untuk kali ini, dan tidak lagi."
Glek
Glek
Glek
Calvin langsung menenggak habis tanpa sisa, tatapanya dingin dan tajam tak tersentuh.
Fyuhhh
"Kau tidak akan merubah apapun, kau hanya sebuah kesalahan yang aku pelihara," Gumamnya sambil menyesap tembakau di sela jarinya.
Baginya Fayola adalah sebuah kesalahan, kesalahan yang membuatnya berada disebuah rasa tak nyaman, sebuah rasa yang membuatnya tak bisa mencerna yang ada hanya ingin dekat-dekat dengan wanita itu saja.
"Pergilah, kau hanya sebuah pengganggu, kau hanya membuat hidup ku berantakan,"
Brak
Prannk!!
"Arrghh!!"
Pada akhirnya dirinya di titik ini kembali, di titik dimana dirinya kembali' merasakan sakit dan hancur.
Calvin menelungkupkan wajahnya di antara dua kakinya dengan kedua leganya sebagai tumpuan.
Bayangan masa lalu kembali berputar, bayangan seorang wanita yang ia lihat tergeletak di lantai dengan mulutnya yang penuh busa, tapi bukan itu yang membuatnya murka, namun sosok pria yang berdiri tak jauh dari wanita itu dengan kedua tangannya di masukkan kesiku.
Tenang, tanpa rasa bersalah melihat mayat kaku seorang wanita yang tak berdosa.
"Lihatlah apa yang bisa aku lakukan, kau tidak akan pernah aku ijinkan untuk memiliki seorang wanita. Karena wanita hanya akan menciptakan dunia mu hancur, Calvin kau harus tahu jika wanita adalah mahluk licik paling abadi."