NovelToon NovelToon
Who Am I?

Who Am I?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Sistem
Popularitas:784
Nilai: 5
Nama Author: @Sanaill

Seorang mahasiswa cupu yang hidupnya terkurung oleh penyakit langka, menghembuskan napas terakhirnya di ranjang rumah sakit. Tanpa dia duga, kematian hanyalah awal dari petualangan yang tak terbayangkan. Dia terbangun kembali di sebuah dunia fantasi yang penuh sihir dan makhluk-makhluk aneh, namun dalam wujud seorang anak laki-laki berusia lima tahun bernama Ahlana. Ironisnya, dia terlahir sebagai budak.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah Sistem misterius muncul dalam benaknya. Sistem ini bukan hanya memberinya kesempatan untuk bertahan hidup, melainkan juga kekuatan luar biasa: kemampuan untuk meng-copy ras makhluk lain beserta semua kekuatan dan kemampuan unik mereka. Namun, ada satu syarat yang mengubah segalanya: setiap kali Ahlana mengaktifkan kemampuan copy ras, kepribadiannya akan berubah drastis, menyesuaikan dengan sifat alami ras yang dia tiru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Sanaill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23: Darah di Kabut dan Harga Sebuah Portal

Kehadiran pesawat para Arsitek di atas hutan mengirimkan gelombang kejut melalui diriku. Ini bukan lagi sekadar perburuan, melainkan konflik terbuka. Mereka tidak lagi menyembunyikan kekuatan mereka. Ini adalah pertarungan di mana hidup atau mati adalah taruhannya.

"Elias," kataku, suaraku rendah dan tajam. "Mereka akan turun. Kita harus mencapai portal itu sebelum mereka bisa mengamankannya."

Elias mengangguk, matanya menatap tajam ke arah pesawat yang mulai turun perlahan. "Kita akan naik dari sisi tebing ini. Mereka tidak akan menduga kita mendaki."

Kami segera bergerak. Aku mendeteksi ras terdekat yang memiliki kemampuan mendaki. [Ras Terdeteksi: 'Kambing Tebing Gunung' - Level 13.]

Aku tidak ragu. "Ya!"

Transformasi itu terasa cepat dan efisien. Tubuhku menguat, kakiku berubah menjadi kokoh dengan kuku yang mencengkeram. Rambut kasar tumbuh di tubuhku, dan sepasang tanduk kecil muncul di kepalaku. Pakaianku robek lagi, menyisakan Ahlana yang telanjang namun kini berbulu dan tangguh. Aku bisa merasakan insting untuk melompat dan mendaki.

"Sialan, lagi-lagi!" gerutuku, refleks menutupi diri, meskipun Elias sudah terbiasa dan hanya membuang pandangan.

[Efek Ras 'Kambing Tebing Gunung' Aktif Penuh. Durasi Tersisa: 29 Menit.]

[Kecenderungan Kepribadian: Teguh, Lincah di Medan Curam, Sedikit Pemberani.]

Dengan kelincahan Kambing Tebing, aku mulai memanjat tebing yang curam. Kakiku mencengkeram celah-celah batu yang mustahil bagi manusia biasa. Aku bergerak cepat, kadang melompat dari satu pijakan ke pijakan lain. Elias mengikutiku, menggunakan sihir angin untuk membantunya melayang dan mencengkeram dahan-dahan yang tersembunyi.

Pesawat itu sudah mendarat di puncak tebing. Aku bisa mendengar suara langkah kaki berat mereka, disusul suara tembakan energi yang memecah kabut. Mereka pasti sudah menghadapi makhluk hutan lainnya. Itu memberi kami waktu.

Saat kami mencapai puncak, pemandangan yang menyambut kami adalah medan perang kecil. Beberapa Prajurit Arsitek berzirah tengah bertarung melawan sekelompok Beruang Gua Purba dan Serigala Hutan Pemangsa yang liar. Darah hitam makhluk hutan mengotori bebatuan, bercampur dengan percikan energi biru dari senjata Arsitek. Beberapa mayat makhluk hutan tergeletak tak bernyawa.

"Mereka sudah berhadapan dengan fauna lokal," bisik Elias. "Itu bagus."

Aku melirik ke arah portal. Itu adalah lengkungan batu kuno yang memancarkan cahaya ungu samar, dikelilingi oleh pilar-pilar kristal yang memancarkan denyutan energi. Pemimpin Arsitek berdiri di dekat portal, mengamati pertempuran dengan mata dinginnya. Dua Ahli Sihir Arsitek fokus menciptakan perisai untuk melindungi Pemimpin.

Aku tahu apa yang harus kulakukan. Aku harus memotong jalur mereka menuju portal, dan menyingkirkan para Ahli Sihir agar Pemimpin Arsitek tidak terlindungi.

[Efek Ras 'Kambing Tebing Gunung' Berkurang. Durasi Tersisa: 5 Menit.]

Waktuku menipis. Aku butuh kekuatan yang lebih besar.

[Cooldown Ras 'Troll Gunung Muda' tersisa: 0 menit. Siap digunakan.]

Sempurna! Ini adalah kesempatan yang kutunggu-tunggu. Aku harus menyerang mereka saat mereka sibuk dengan makhluk hutan.

"Elias," bisikku. "Aku akan memecah formasi mereka. Kau manfaatkan kekacauan ini untuk mencapai portal. Lindungi dari segala serangan yang masuk."

Elias mengangguk serius. "Hati-hati, Ahlana."

Aku melangkah maju, melepaskan wujud Kambing Tebing. Pakaianku kembali robek. Aku segera mengaktifkan Sistem.

"Ya!"

Sensasi kekuatan mentah membanjiriku. Otot-ototku membesar, kulitku mengeras, dan taringku mencuat. Aku berubah menjadi Troll Gunung Muda yang raksasa.

ROOOOAAARGH! Raunganku mengguncang tebing, menarik perhatian semua orang.

Para prajurit Arsitek yang sibuk bertarung dengan beruang dan serigala menoleh. Mata mereka membelalak melihat Troll gunung setinggi dua setengah meter muncul entah dari mana.

"Apa lagi ini?!" teriak salah satu prajurit.

"Wadah!" Pemimpin Arsitek meraung, matanya menyipit. "Dia mengubah wujud lagi! Hentikan dia!"

Aku tidak peduli dengan teriakan mereka. Dengan langkah berat yang mengguncang tanah, aku berlari menuju para Ahli Sihir yang melindungi Pemimpin Arsitek. Insting Troll untuk menghancurkan dan melindungi wilayah sangat kuat. Mereka adalah ancaman bagiku dan "wilayah" ini—portal.

Prajurit Arsitek mencoba menghalangi jalanku, menembakkan senjata energi mereka. Energi biru menghantam kulit batuku, menyebabkan percikan api, tapi tidak menembus. Kekuatan fisikku, hasil dari latihan intensif, jauh lebih besar dari yang mereka duga. Aku mengayunkan tinjuku, menghantam prajurit pertama yang mencoba mendekat. BUGH! Dia terlempar seperti boneka, menabrak bebatuan, zirah canggihnya remuk.

Darah hitam pekat menyembur dari mulutnya.

"Satu lagi!" seruku, suaraku berat dan menggelegar, dipenuhi kegembiraan Troll.

Prajurit lain menembakkan senjatanya terus-menerus ke arahku, mencoba mencari celah. Tapi aku terus maju, mengabaikan serangan mereka. Aku menendang batu besar, membuat puing-puingnya menghantam prajurit lain. Pertarungan ini jauh lebih brutal dari sebelumnya.

Para Ahli Sihir mulai menembakkan mantra energi ke arahku, bola-bola api biru dan petir menggelegar. Aku menggeram, mengangkat lengan batuku untuk menangkis. Kulitku retak, tapi dengan cepat beregenerasi.

"Regenerasinya terlalu cepat!" teriak salah satu Ahli Sihir.

Aku mencapai mereka. Dengan cengkeraman tanganku yang besar, aku meraih salah satu Ahli Sihir. Dia berteriak, mencoba meluncurkan mantra terakhir. Tapi aku mengayunkan tanganku, membantingnya ke tanah berbatu. BRAK! Perisainya pecah, dan tubuhnya terguncang hebat. Dia terdiam, tak bergerak.

Darah merah segar mulai membasahi batu di bawahnya.

"Dua!" gumamku, merasakan adrenalin memompa. Ini adalah Ahlana yang brutal.

Ahli Sihir yang lain panik, mencoba melarikan diri, tapi Elias muncul dari balik bebatuan. Dia melayangkan tongkatnya, dan akar-akar tajam muncul dari tanah, menusuk kaki Ahli Sihir itu, menjebaknya di tempat.

"Sekarang!" teriak Elias padaku.

Aku berbalik ke arah Pemimpin Arsitek, yang kini tidak terlindungi. Wajahnya menunjukkan kemarahan yang membara. Dia mengarahkan tangannya padaku, dan energi telekinesisnya mengalir deras, mencoba meremuk tubuhku. Aku merasakan tekanan luar biasa, seolah gunung menimpaku.

"Kau berani melawan penciptamu, Wadah?!" raung Pemimpin Arsitek.

"Aku bukan alat kalian!" geramku. "Aku Ahlana!"

Aku berusaha bergerak maju melawan tekanan telekinesisnya, setiap langkah terasa seperti perjuangan berat. Kulitku mulai retak di banyak tempat karena tekanan, dan regenerasiku bekerja keras. Aku harus bertahan.

Elias sudah berada di dekat portal. Dia mengangkat tangannya, mengucapkan mantra rumit dalam bahasa Elf kuno. Kristal-kristal di sekitar portal mulai bersinar lebih terang, dan lengkungan batu itu bergetar.

"Aku mengaktifkannya, Ahlana!" teriak Elias. "Cepat!"

Aku melihat celah. Kekuatan telekinesis Pemimpin Arsitek memang dahsyat, tapi dia hanya satu orang. Aku mengumpulkan seluruh kekuatanku, berteriak, dan melangkah maju satu demi satu, memaksa diriku bergerak. Darah mulai menetes dari retakan di kulitku. Ini adalah pertarungan yang benar-benar berdarah.

Aku tahu aku tidak bisa mengalahkan Pemimpin Arsitek secara langsung dalam wujud ini. Tujuanku adalah mencapai portal.

Aku menerjang, berlari melewati rentetan tembakan energi dari sisa prajurit Arsitek yang terkejut. Mereka terlalu fokus pada Pemimpin mereka. Aku bisa melihat portal itu. Hanya beberapa langkah lagi.

Pemimpin Arsitek melihat tekad di mataku. Dia menggeram, meningkatkan kekuatan telekinesisnya. Aku merasakan tubuhku terangkat, tulang-tulangku berderak.

"Tidak!" teriakku, mengerahkan seluruh sisa kekuatanku. Aku mengangkat tangan batuku dan melempar diriku sendiri ke arah portal dengan sisa dorongan terakhir.

[Efek Ras 'Troll Gunung Muda' Berkurang. Durasi Tersisa: 30 Detik.]

Aku menghantam batas portal yang berdenyut ungu, dan seluruh duniaku berputar. Ada kilatan cahaya, disusul rasa seperti ditarik ke dalam kehampaan.

Duniaku lenyap dalam sekejap.

To be continue......

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!