NovelToon NovelToon
TERJERAT BERONDONG LIAR

TERJERAT BERONDONG LIAR

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Konflik etika / Cinta Terlarang / Beda Usia / Identitas Tersembunyi / Saling selingkuh
Popularitas:21.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Lima belas tahun menikah, Ghea memergoki suaminya berselingkuh dengan sekretarisnya. Lebih menyakitkan lagi, di belakangnya sang suami menyebutnya sebagai wanita mandul dan tak becus melayani suami. Hatinya hancur tak bersisa.

Dalam badai emosi, Ghea pergi ke klub malam dan bertemu Leon—pria muda, tampan, dan penuh pesona. Dalam keputusasaan, ia membuat kesepakatan gila: satu miliar rupiah jika Leon bisa menghamilinya. Tapi saat mereka sampai di hotel, Ghea tersadar—ia hampir melakukan hal yang sama bejatnya dengan suaminya.

Ia ingin membatalkan semuanya. Namun Leon menolak. Baginya, kesepakatan tetaplah kesepakatan.

Sejak saat itu, Leon terus mengejar Ghea, menyeretnya ke dalam hubungan yang rumit dan penuh gejolak.

Antara dendam, godaan, dan rasa bersalah, Ghea terjebak. Dan yang paling menakutkan bukanlah skandal yang mengintainya, melainkan perasaannya sendiri pada sang berondong liar.

Mampukah Ghea lepas dari berondong liar yang tak hanya mengusik tubuhnya, tapi juga hatinya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

23. Satu Ranjang

Ghea akhirnya merebahkan tubuhnya di ranjang. Namun matanya tak kunjung terpejam. Ia menatap langit-langit dengan kosong.

Ia merindukan pelukan itu.

Pelukan hangat yang terasa nyata, membungkus tubuhnya seolah ia adalah satu-satunya yang berarti.

Pelukan Leon.

“Arghh!” Ghea duduk mendadak dan mengacak rambutnya sendiri dengan kesal. “Ini sudah keterlaluan. Apa aku harus ke psikiater?!”

Ia menjatuhkan tubuhnya kembali ke ranjang, wajahnya membenam dalam bantal. Napasnya memburu. Tidak tenang. Tidak damai.

Lalu—

Kreeekk.

Derit pintu kamarnya membuat tubuhnya sedikit menegang. Jantungnya memukul keras dadanya.

"Apa itu... Leon?" tanyanya dalam hati, tanpa sadar berharap.

Namun langkah kaki yang masuk, dan suara pintu yang ditutup pelan—bukan seperti biasanya.

Hatinya mengenali.

"Itu bukan Leon."

Dan entah kenapa, yang muncul justru rasa kecewa. Muak. Tidak nyaman.

“Ghea, kau sudah tidur?”

David.

Suara yang dulu mungkin pernah ia tunggu, pernah ia rindukan, tapi sekarang hanya membuat perutnya mual.

Ghea tidak menjawab. Ia tetap dalam posisi miring, membelakangi pintu, matanya terpejam pura-pura.

"Kenapa tiba-tiba dia pulang? Aku lebih suka tidur sendiri daripada tidur dengan seorang pengkhianat." Ia hanya bisa menggerutu dalam hati.

David berdiri di ambang, mengamati tubuh istrinya yang tak bergerak—seolah ia hanya bagian dari furnitur kamar yang dingin. Lalu ia menghela napas berat—lebih karena lelah bersandiwara daripada perasaan bersalah.

David pulang bukan karena rindu.

Ia hanya ingin memastikan.

Memastikan bahwa tidak ada pria lain yang masuk ke rumah ini. Memastikan istrinya belum berpaling... sebelum ia menguras semua hartanya dan menceraikannya di saat yang tepat.

Ia berjalan pelan menuju sisi ranjang. Duduk. Mengamati wajah istrinya dari belakang.

“Sudah tidur, ya?” gumamnya, tapi seperti berharap tak dijawab.

"Simpan kepedulian palsumu," kalimat yang rasanya ingin Ghea lontarkan.

David berbaring pelan di ranjang, mengatur napasnya agar tidak terdengar berat. Matanya sempat melirik punggung Ghea yang sejak tadi diam membatu, seolah benar-benar telah tertidur. Tubuhnya tenang. Napasnya teratur. Terlalu teratur—seperti keheningan yang dibuat-buat.

Tapi David memilih percaya. Atau berpura-pura percaya.

Perlahan, tangannya bergerak menyentuh pinggang wanita itu—sentuhan yang hati-hati, seperti ujung jari yang menguji suhu air. Namun belum sempat jemarinya benar-benar menggenggam, tubuh Ghea bergerak cepat. Ia bergeser menjauh, tanpa kata, tanpa suara.

Seperti seseorang yang tersentak oleh mimpi buruk.

Atau seperti seseorang yang sebenarnya tidak tidur sama sekali.

"Jangan sentuh aku dengan tangan kotormu!" batin Ghea berteriak.

David terdiam. Tangannya menggantung di udara beberapa detik sebelum ia menariknya kembali.

Di balik punggungnya, Ghea tetap memejamkan mata. Napasnya tetap seperti semula—tenang, teratur. Tapi kini, matanya terasa panas.

Karena menjadi orang yang harus pura-pura tidur… agar tak disentuh oleh suami sendiri, adalah bentuk paling sepi dari pernikahan.

David mengerang kecil, kecewa, tapi sudah terbiasa.

"Aku tak benar-benar berniat menyentuhmu," gumamnya lirih.

Ghea bukan lagi wanita yang membangkitkan gairahnya. Hasratnya kini lebih tertuju pada Tessa—lebih muda, lebih menggoda, lebih patuh, dan, menurutnya, lebih mudah dikendalikan.

Ghea mendengarnya.

“Syukurlah. Aku pun tak sudi. Tangan yang telah menyentuh wanita lain… menjijikkan. Bahkan membayangkannya saja membuatku ingin muntah,” batin Ghea dingin.

Bukan karena ia tak berani mengucapkannya langsung—tapi karena waktunya belum tiba

Dan malam itu…

Mereka tidur di ranjang yang sama, tapi seperti dua dunia yang tak akan pernah bersinggungan.

Ghea menggigit bibirnya, menahan air mata. Napasnya ditahan agar terdengar teratur.

Tapi dalam hatinya, ia menangis.

Bukan karena David. Tapi karena ia merindukan seseorang yang tidak pernah benar-benar tinggal.

Leon…

Hatinya ingin berteriak.

"Aku benci ini. Kenapa aku merindukannya?"

Dan yang lebih menyakitkan dari semua ini adalah:

Ia bahkan tak tahu… siapa pria itu sebenarnya.

 

Hening menggantung pekat.

Udara malam menyusup lewat celah-celah angin dari balkon yang menghadap taman samping. Tirai putih bergerak lembut, seperti disentuh sesuatu yang tak kasat mata.

Klik.

Kreeeek.

Pintu balkon yang semula tertutup rapat perlahan terbuka.

Seseorang masuk.

Bayangan tinggi dan tegap menyelinap ke dalam kamar. Gerakannya tenang, terlatih. Seperti seseorang yang sudah terbiasa datang tanpa diketahui.

Leon.

Ia berdiri sejenak di ambang pintu, tubuhnya bagai bayangan hitam yang menyatu dengan gelap. Lalu matanya tertuju pada satu sosok di sisi ranjang.

David.

Tidur di sisi ranjang Ghea, mendengkur pelan. Tangannya menjulur ke arah wanita yang tengah memunggunginya.

Mata Leon menyipit. Napasnya naik turun pelan.

“Kau pulang, ya? Untuk memastikan tak ada pria lain menyentuh istrimu? Brengsek.”

Tak ada kemarahan di suara hatinya, tapi justru kedinginan yang membunuh pelan-pelan.

“Bajingan macam kau hanya takut kehilangan harta sebelum sempat menguras semuanya.”

Leon menatap David seperti menatap bangkai yang hanya menunggu dibuang ke luar jendela.

Namun alih-alih bereaksi, ia justru membuka satu per satu kancing kemejanya dengan ketenangan yang mencekam—perlahan, nyaris seperti ritual.

Kemudian celana panjangnya menyusul.

Yang tersisa hanyalah boxer hitam dan sikap tak kenal takut.

Leon naik ke ranjang.

Gerakannya sunyi, seolah ranjang itu adalah wilayah yang sudah lama menjadi miliknya. Ia berbaring perlahan. Tepat di hadapan Ghea—yang masih memunggungi David.

Dada mereka nyaris bersentuhan. Napas mereka bertemu di antara ruang yang begitu sempit, seolah dunia hanya menyisakan tempat untuk mereka berdua.

Dan saat kehangatan Leon menyentuh kulitnya, meski hanya samar—

Ghea menggeliat pelan, nyaris seperti mimpi. Refleks tubuhnya mengenali kehadiran yang berbeda.

Bukan tubuh suaminya di belakang sana.

Tapi sosok yang sejak lama diam-diam ia rindukan.

Leon.

Suaranya keluar nyaris seperti bisikan mimpi:

“Leon…”

Sudut bibir Leon terangkat.

Perlahan, tangannya menyelinap ke pinggang Ghea—menggeser tubuh wanita itu sedikit ke arahnya, lalu menariknya erat ke dalam pelukan.

Tubuh Ghea bergeming sejenak… lalu, seperti mencari tempat yang telah lama dikenalnya, ia bergerak kecil.

Bahunya merapat ke dada Leon. Kepalanya menyandar di bawah dagu pria itu.

Dan napasnya pun mengalun tenang.

Seolah ia tahu… ia kembali ke rumahnya.

“Tubuhmu masih mengenal aku, Honey…”

Bisik Leon di telinga Ghea, suara seraknya dalam dan menenangkan.

“Tidurlah.”

Ia mengecup pelipis Ghea pelan, lalu memejamkan matanya—tak peduli lagi pada dunia yang berani memisahkan mereka.

Damai.

Tenang.

Seolah tak ada siapa-siapa lagi di kamar itu selain mereka berdua.

Tapi ranjang itu masih dihuni tiga orang.

Begitu David bergerak pelan, mata Leon langsung terbuka.

Tubuh David bergeser sedikit, menghela napas berat dalam tidurnya. Tangannya menyusuri seprai, perlahan, nyaris seperti kebiasaan lama yang tak sepenuhnya hilang.

Leon tak bergerak.

Tapi tubuhnya menegang sesaat, seperti harimau yang mulai menghitung jarak lompatan.

Aura di udara berubah. Berat, dingin, mematikan.

Tak perlu kata. Tak perlu gerakan. Energi Leon cukup untuk menekan dada siapa pun yang bernapas di ruangan itu.

Bahkan dalam tidurnya, David seperti merasakannya—sesuatu yang tidak terlihat, tapi menusuk ke tulang.

Gerak tangannya yang hampir menyentuh punggung Ghea… perlahan terhenti.

Ia menggeliat kecil, napasnya berubah sedikit berat, lalu tiba-tiba berbalik arah.

Punggungnya kini menghadap Ghea dan Leon.

Dan tanpa sadar, tubuh David merapat lebih ke sisi ranjangnya sendiri.

Mungkin karena udara terasa terlalu dingin di sisi Ghea.

Atau mungkin… karena naluri paling purba dalam dirinya tahu, kematian sedang membaringkan diri di ranjang yang sama.

Leon tetap diam.

Tapi senyumnya muncul perlahan—tipis, tajam, dan tanpa rasa.

“Bahkan dalam tidurmu, kau tahu aku di sini.

Dan kau tahu, menyentuhnya… bisa jadi sentuhan terakhirmu.”

Tangannya yang memeluk pinggang Ghea mengerat—pelan, posesif, melindungi.

Tubuh Ghea menggeliat kecil, nyaris tak sadar. Ia tak terbangun, tapi refleks tubuhnya seperti mengenali pelukan itu.

Ia bergerak sedikit, mencari posisi yang lebih nyaman—lebih dalam, lebih dekat pada dada Leon.

Seolah tanpa sadar… memilih sisi ranjang yang paling aman.

Satu sisi bibir Leon mengulas senyum—tipis, tajam, dan tak sepenuhnya tenang.

“Sentuhanmu ditolak, napasmu tak diinginkan, dan tempatmu di dunia ini… sedang kupertimbangkan.”

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
Yuni Setyawan
karena di restoran jd mencari jawabannya di antara meja,kursi,coba kalo pas ditengah jalan pasti bertanya pada rumput yg bergoyang 😂😂😂😂
Yuni Setyawan
oh....ternyata vika🤦🏻‍♀️😂
naifa Al Adlin
sepertinya leon ini anak yg hilang itu, kemudian di tolong ghea. nah dia ingin balas budi kayaknya,, iya g thor🤭lanjut deh thor daripada penisirin🤣🤣
Anonim
Ternyata Vika yang di depan Ghea.
Vika ini terlalu curiga sama Leon yang akan menghancurkan Ghea lebih dalam daripada David - sepertinya kok tidak.
Ghea bersama Leon merasa hidup - merasa utuh dan sepertinya Leon benar mencintai Ghea dan pingin membantu Ghea mengembalikan haknya sebagai pewaris perusahaan tinggalan orang tuanya yang sekarang dikuasai si pecundang David.
Tapi baik juga kalau Vika mau menyelidiki siapa Leon dan apa maksud Leon mendekati Ghea.
Anonim
suka dengan perlakuan Leon terhadap Ghea sayangnya Ghea walaupun dalam hati kecilnya suka kalau ketemu Leon tapi secara verbal marah - gemas kali terhadap Leon.
W a d uuuuuhhhh siapa dia yang menjadikan Ghea membeku - tangannya mencengkeram tali tas.
Leon senang ini terbukti malah tersenyum wkwkwk
nuraeinieni
setuju tuh usulan vika,kalian harus cari tau siapa leon,,tp di saat kalian tau,pasti kaget,tau kenyataannya leon seorang ceo dan kaya raya.
nuraeinieni
emang tuh si leon seperti jailangkung
nuraeinieni
jangan2 itu david yg datang?tdk apa apalah ghea,biar david tau kalau kau sangat berharga,bahkan bisa dapat yg lebih baik dari david
abimasta
saya sudah jantungan duluan kirain david yg tiba2 berdiri di deoan ghea
Siti Jumiati
sebagai sahabat yang baik vika gk rela sahabatnya hancur.

tapi tenang saja Vika, Leon orangnya baik dia yang akan menghancurkan David bersama selingkuhannya.
Anitha Ramto
nah betul Ghea..perkataan Vika harus mencari tahu siapa Leon sebenarnya dan apantujuannya,walawpun Leon kelihatannya tulus dan membuat kamu nyaman tetap saja kamu harus nyelidiki Leon lebih jauh sebelum badai datang
Siti Jumiati
so sweet banget Leon... siapa ya kira2 orang itu...
Dek Sri
apakah Ghea dan Vika akan tahu siapa Leon sebenarnya
Fadillah Ahmad
Lah Bukankah Leon iru Si Varndra Ya Kak Nana? Aduh Aku Bingung nih Kak...
Fadillah Ahmad
Mana Yang Lebih Kaya Kak Nana,antara Nugroho Group,Mahwndra Group dan Mahardika Group Kak Nana? Siapa yang Lebih Berkuasa kak Nana di Dunia Bianis kak? 😁😁😁
🌠Naπa Kiarra🍁: Masih Rayyan, Kak.
total 1 replies
Fadillah Ahmad
Mahardika Group,Hruf O nya Kurang Kak Nana... 🙏🙏🙏😁😁😁
Fadillah Ahmad
Kak Nana,aku suka sekali jika tokoh utamanya Wanita kak,maksudnya adapah aku lebih suka Ceritanya dari Sudut Pandang Si Wanita kak,misalnya Seperti Ghea ini. Kisah hidupnya,bagaimana ia menjalani hidup,jatuh bangunnya ia dari keterpurukkan,aku lebih suka tokoh utama Wanita Sih kak,atau misalnya nanti Kisah Adiknya Zayn,Si Zoeya,aku lebih Suka kakak,mengambil dari Sudut Pandangnya Zoeya kak. Begitu Maksud aku kak Nana,ketwrikatan Emosionalnya lebih tinggi kak Nana. 🙏🙏🙏
Fadillah Ahmad
Waw,baru Pertama Kali Aku Membaca Novel Kak Nana Menggunakan PROLOG,biasanya nggk pernah... 😁😁😁
Fadillah Ahmad
Akhirnya Novel Kak Nana Yang Baru Telah Di Kontrak,ini yang aku tunggu dari kemarin Kak... 😁😁😁
Yuni Setyawan
Tessa ka,atau David kah?
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!