dikisahkan ada seorang gadis desa bernama Kirana, ia adalah gadis yang pintar dalam ilmu bela diri suatu hari, ayahnya yaitu ustadz Mustofa menyuruh Kirana untuk merantau ke kota karena pikirnya sudah saatnya ia untuk membiarkan putrinya itu mempelajari dunia di luar desa
Kirana memenuhi permintaan sang ayah dan pergi ke kota yang jaraknya tak terlalu jauh dari kampung halamannya. dan di sinilah Kirana mulai di hadapkan dengan situasi yang menguji keberanian serta kesabarannya, pertemanan, Cinta segitiga sampai akhirnya ia bertemu dengan takdir yang memang telah di putuskan untuk dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riris Sri Wahyuni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
gagal menjalankan tugasnya
jam pelajaran pun dimulai mahasiswa Semuanya berbondong-bondong masuk ke ruangan mereka masing-masing tidak ada yang terjadi pada hari itu tetapi sesuatu yang lebih berbahaya telah bergerak sesuatu yang mengancam keselamatan Reyhan hari ini.
saat pulang dari kampus, Reyhan tiba-tiba di hadang oleh sekelompok pria di jalan. mereka tak lain adalah anak buah suruhan mama tirinya intan untuk memberikan Reyhan pelajaran.
Sore itu, matahari mulai condong ke barat ketika Reyhan melaju dengan motornya di jalan yang agak sepi, melewati deretan pepohonan dan lahan kosong. Angin sore berhembus lembut, membuatnya sedikit tenang setelah seharian di kampus.
Namun ketenangan itu tak berlangsung lama. Di tikungan jalan, tiba-tiba sebuah mobil van berhenti menutup jalannya. Dari dalam keluar beberapa pria berperawakan kasar, berjumlah empat orang. Mereka langsung berdiri menghadang, menatap tajam ke arah Reyhan.
Reyhan mengerem mendadak, lalu mematikan mesin motornya. Ia melepas helm perlahan, matanya menatap mereka dengan tenang meski penuh kewaspadaan.
"hei, kamu yang namanya Reyhan kan? " tanya salah satu pria tersebut.
"iya, tapi maaf kalian siapa ya? " balas Reyhan tenang
Reyhan memandangi keempat pria itu dengan tatapan datar. Ia hanya menatap tajam seolah ingin memastikan maksud kedatangan mereka.
Pria yang bertanya tadi melangkah maju, suaranya kasar.
“Katanya kamu yang sok jago di kampus, ya? Suka ngelawan orang seenaknya.”
Reyhan menghela napas pelan, menaruh helm di atas jok motornya.
“maaf bang, tapi saya nggak pernah cari masalah sama siapapun.”
Pria itu tertawa mengejek.
“Wah, gaya bicaranya santai banget. Tapi sayang, kami disini mau kasih kamu pelajaran, ngerti?”
Alis Reyhan sedikit berkerut.ia tau bahwa ketiga pria itu sama sekali tak memiliki niat baik
“rasain nih” bentak salah satu pria lain sambil mendorong bahu Reyhan dengan kasar.
Tubuh Reyhan sedikit bergeser, tapi tatapannya tetap dingin.
“Astagfirullahaladzim, bang maaf tapi saya sama sekali nggak ada urusan sama kalian jadi saya mohon hentikan semua ini”
Namun mereka malah tertawa serempak, lalu salah satunya langsung melayangkan pukulan. Reyhan dengan sigap menangkis dan membalas satu serangan cepat ke arah dada pria itu hingga ia mundur terhuyung.
“Kurang ajar! Serang dia!” teriak pemimpinnya.
Tiga orang lainnya langsung maju bersamaan. Reyhan menghindar, menangkis, dan membalas dengan gerakan terlatih tidak berlebihan, tapi efisien dan terarah.
Namun jumlah mereka cukup banyak. Satu dari mereka berhasil menyeretnya ke belakang dan mencoba menjatuhkannya. Reyhan bertahan dengan keras, namun nyaris kehilangan keseimbangan.
Di saat yang sama, dari kejauhan terdengar langkah cepat.
“Hentikan! !” suara perempuan lantang terdengar.
Kirana dengan tas masih di pundak dan nafas sedikit terengah berdiri beberapa meter dari mereka. Matanya membulat melihat Reyhan dikeroyok. Tanpa pikir panjang, ia berlari dan menendang salah satu pria dari samping.
Pria itu terhuyung jatuh. Reyhan sempat terkejut melihatnya.
“Kirana! "
“Nanti aja bicaranya!” potong Kirana cepat sambil menangkis pukulan berikutnya. Gerakannya gesit dan tegas.
Kini Reyhan dan Kirana berdiri berdampingan, menghadapi sisa tiga pria. Angin sore berhembus kencang, debu beterbangan di antara langkah mereka.
Reyhan menatap Kirana singkat. “Hati-hati, mereka nggak main-main.”
Kirana hanya mengangguk kecil, matanya tetap fokus.
Pertarungan pun kembali terjadi kali ini jauh lebih seimbang. Reyhan dengan ketenangannya menangkis setiap serangan dengan presisi, sementara Kirana bergerak cepat, memanfaatkan kelincahan tubuhnya.
Beberapa menit kemudian, satu per satu pria itu tumbang, mengerang kesakitan di tanah.
Reyhan menatap mereka tanpa berkata apa-apa, lalu menarik napas panjang.
Kirana berdiri di sampingnya, mengusap sedikit keringat di dahinya.
“Untung saja aku datang tepat waktu,” katanya sambil tersenyum tipis.
Reyhan menatapnya, nada suaranya lembut tapi tegas.
"kamu nggak papa?"
Kirana mengangguk, "tapi apa yang terjadi? mereka kelihatannya mengincarmu? " Reyhan menggeleng pelan, "aku juga nggak tau, mereka tiba-tiba aja datang dan langsung nyerang aku gitu aja. "
Kirana menatap balik, ekspresinya tenang tapi matanya di penuhi dengan rasa ingin tau.
“apakah mungkin, adikmu dalang dari semua ini? " Reyhan menatap balik Kirana dan ia menjawab dengan tenang. "lebih baik, kita jangan berprasangka buruk terlebih dahulu, tanpa tau kebenarannya. "
Kirana seketika mengucap kalimat istighfar.karena ia sadar telah suudzon pada sesuatu yang belum tentu benar adanya.
"astaghfirullahalazim, kau benar maafkan aku!"Reyhan tersenyum samar, lalu menunduk sedikit.
Sementara itu, dari kejauhan, seseorang memperhatikan mereka dari dalam mobil hitam yang terparkir diam seseorang yang akan memastikan malam itu bukan akhir dari rencana besar untuk menyingkirkan Reyhan.