"Mereka mengira pertemuan itu adalah akhir, padahal baru saja takdir membuka lembar pertamanya.”
Ameena Nayara Atmaja—seorang dokter muda, cantik, pintar, dan penuh dedikasi. Tapi di balik wajah tenangnya, ada luka tersendiri dengan keluarganya. Yara memilih hidup mandiri, Ia tinggal sendiri di apartemen pribadinya.
Hidupnya berubah ketika ia bertemu Abiyasa Devandra Alaric, seorang CEO muda karismatik. Yasa berusia 33 tahun, bukan seperti CEO pada umumnya yang cuek, datar dan hanya fokus pekerjaannya, hidup Yasa justru sangat santai, terkadang dia bercanda dan bermain dengan kedua temannya, Yasa adalah anak yang tengil dan ramah.
Mereka adalah dua orang asing yang bertemu di sebuah desa karena pekerjaan masing-masing . Awalnya mereka mengira itu hanya pertemuan biasa, pertama dan terakhir. Tapi itu hanya awal dari pertemuan mereka. satu insiden besar, mencoreng nama baik, menciptakan gosip dan tekanan sosial membuat mereka terjebak dalam ikatan suci tanpa cinta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nōirsyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
nonton
Yasa masuk ke ruangannya dengan langkah mantap dan wajah dingin. Ia langsung duduk di kursi kerjanya tanpa berkata sepatah kata pun.
Tanpa menunggu aba-aba, Keysha segera menghampiri, memegang bahu Yasa dan tersenyum genit walau wajahnya tampak panik.
“Yasa… maafin aku ya,” ucapnya dengan nada genit walau khawatir terlihat jelas di wajahnya.
Namun sebelum Yasa merespons, Kyra yang berdiri di sisi ruangan bersuara lantang, “Ehem. Nona, siapa yang menyuruhmu mendekati Tuan Yasa? Bersimpuh di depannya.”
“A-apa?! Siapa kau berani menyuruhku begitu?!” bentak Keysha, menatap tajam Kyra. Pandangannya segera beralih ke Yasa, berharap perlindungan. Sayangnya, pria itu hanya memberi isyarat tegas dengan matanya bersimpuh.
Dengan ragu dan wajah memerah, Keysha perlahan bersimpuh di lantai.
“Kau tahu apa yang telah kau lakukan, Keysha Jovanka?” tanya Yasa, suaranya berat penuh tekanan.
Keysha menelan ludah. “Yasa, aku tahu aku salah… Tapi aku melakukan semua ini karena aku mencintaimu, Sayang…”
“Jangan bawa-bawa cinta. Perbuatanmu sudah keterlaluan. Kau memasang kamera di kamar hotel dan menyebarkan fotoku! Itu masuk ke ranah pidana, tahu? Pasal 27 ayat 1 UU ITE—penyebaran konten pribadi tanpa izin. Ancaman hukuman bisa sampai 6 tahun penjara dan denda 1 miliar rupiah.”
“A-aku nggak melakukan itu, Yasa!” jawab Keysha gelagapan.
“Jangan bohong!!” bentak Yasa sambil menatap tajam.
"Aku beneran tidak melakukan itu yasa, aku mencintaimu dan ingin menikah denganmu! Tidak mungkin aku menyebarkan foto itu, sama saja aku memberi jalan untuk kau menikah dengannya, aku juga tidak menaruh kamera apapun di kamar mu yasa, aku hanya berencana mengambil gambar kita berdua dan menyebarkannya" Ucap Keysha gemeteran
"Jadi kau memang berencana menjebak ku kan?!!" Tegas Yasa
"Iya tapi itu gagal dan bukan aku pelakunya"
"Pak bukannya tuan Vero sudah menukarkan kamar bapak agar bapak tidak masuk ke dalam jebakan wanita ular ini. Berarti ada orang lain yang bekerja sama dengan petinggi hotel dan menaruh kamera sebelum bapak masuk ke kamar tersebut" Ucap kyra
"A-apa? Jadi dia yang sudah menggagalkan rencanaku?" kata keysha syok
Tapi Yasa menatapnya tajam sehingga membuat keysha terdiam ketakutan
"Kenapa memangnya? Temanku hanya ingin melindungi ku dari jebakan licik mu itu"
Keysha menggerutu dalam hati "Sialan jadi anak manja itu yang menggagalkan rencanaku dan menyuruh seorang ob untuk bermalam denganku, awas saja kau sialan"
"Siapa orangnya?" ucap Yasa tiba-tiba
"Apa maksudmu Yasa?" tanya keysha pura-pura tak tahu
"Tidak usah berpura-pura. Kau tidak bekerja sendiri kan, aku tau ada orang di belakangmu, sekarang kau sudah ketahuan tidak perlu melindunginya!" Tegas Yasa
"Yasa aku tidak tahu orangnya"
"Aku bilang jangan bertele-tele padaku!!" Ucap Yasa sambil menggebrak meja membuat keysha terkejut
"A-aku aku beneran tidak tahu siapa dia Yasa, dia seorang pria paruh baya, dia sendiri yang menelpon dan mengajakku bekerja sama untuk menjebak mu. Dia mengatakan adalah pesaing bisnis ayahmu dulu. Aku tidak pernah melihat wajahnya, saat kami bertemu dia selalu memakai masker dan kacamata hitam"
"Kau berencana menjebakku dengan mencoreng nama baikku? Lalu apa untungnya kau menikah denganku jika terkena skandal?" Tanya Yasa dengan tajam
"Aku tidak ingin mengikuti seluruh rencananya, aku berpura-pura membencimu dan ingin membuatmu hancur, lalu setelah itu memperbaiki namamu Yasa"
"Tapi ternyata kau yang dikhianati dia?" ucap Yasa sambil tersenyum mengejek
Keysha terdiam malu
"Aku tidak ingin berlama-lama, aku akan memasukkan mu kedalam penjara"
"Apa?? Yasa aku mohon, aku tidak mau masuk kedalam penjara, dan karirku bisa hancur nanti"
"Aku tidak peduli" yasa bangkit dari duduknya
"Kenapa kau lebih memilih wanita murahan itu daripada aku hah?" ucap keysha marah
"Jaga bicaramu, kau tahu wanita yang akan ku nikahi adalah seorang dokter bedah dan sudah terkenal menangani banyak pasien! Dia bukan sekedar gadis biasa!" Sahut Yasa geram
"Lalu kenapa memangnya, dia pasti menggunakan cara licik untuk bisa menjadi dokter. Lihat aku Yasa, lihat aku. Aku lebih cantik dan lebih segalanya dari dia! Aku juga seorang artis terkenal, namamu bisa naik jika kau menikah denganku sayang" Ucap Keysha yang seperti orang kesetanan
Kyra bergeridik ngeri melihat Keysha yang terlalu obsesi dengan Yasa
"Aku tidak butuh kau untuk membuat namaku terkenal! Dan kau jaga bicaramu, jangan beraninya kau memfitnah orang." Yasa terdiam sejenak
Keysha.... bukannya kau yang rela tidur dengan para produser demi bisa memerankan tokoh utama di film terkenal? Yasa tersenyum menyeringai
"D-dari mana kau tau Yasa?" Keysha gemeteran
"Hal kecil bagiku untuk sekedar mendapatkan informasi"
"Tapi tetap saja aku lebih hebat dari wanita sialan itu" Keysha sungguh tak mau kalah
"Diam kau! Dia berjuang dan berdiri di kakinya sendiri, dari kecil dia belajar mati-matian dan mencari beasiswa untuk mengejar mimpinya!. Bukan seperti kau yang menggunakan cara yang mulus"
Tak lama Yasa tersadar "Sialan, kenapa aku malah jadi adu mulut dengan wanita ini" batinnya.
Dia menatap kearah kyra, asisten pribadinya itu tampak mengalihkan pandangannya dari Yasa dan terlihat canggung
"Bisa hilang image ku sebagai pria yang tegas dan tak banyak bicara kepada musuh" Batin Yasa lagi
Yasa tidak pernah basa basi dengan musuh dan orang yang selalu mencari gara-gara dengannya, jika sekali dia bilang hukum, maka tak ada ampun baginya, Yasa bukan orang yang gampang diajak negosiasi
"Ekhm.... Pokoknya aku tidak mau mendengar apapun. Kyra, kau urus dia!" Ucap Yasa dan berjalan pergi
"Baik pak"
"Lepaskan aku, lepaskan aku sialan" ucap Keysha marah ketika Kyra memegang tangannya
Keysha memberontak sangat keras, akhirnya Kyra kesal dan memukul tengkuknya agar dia pingsan.
----
Setelah mengeksekusi Keysha, Yasa sempat mampir ke toko eksklusif untuk membeli sparkling wine termahal, satu set cheeseboard mini, dan kotak bento premium. Tanpa banyak pikir, ia langsung menuju apartemen Yara.
Di sisi lain, Yara baru saja selesai mandi. Ia hanya mengenakan tank top hitam dan celana pendek, dengan handuk yang masih melilit di kepalanya. Suara bel apartemen membuatnya menoleh ke monitor. Wajah di balik kamera jelas—Yasa.
Yara mengernyit, bergumam pelan,
“Ternyata dia beneran datang.”
Ia membuka pintu dan menyindir tanpa basa-basi,
“Tumben banget punya sopan santun, biasanya langsung masuk.”
Yasa tertawa pelan, matanya menyapu tubuh Yara sekilas.
“Wow... kau terlihat sangat seksi.”
Yara refleks menunduk, baru sadar dengan pakaiannya yang terlalu terbuka. Wajahnya memerah dan buru-buru masuk ke kamar.
“Kok bisa aku sebodoh ini... malu banget!” gumamnya, mengganti pakaian secepat kilat.
Sementara menunggu, Yasa menata wine, cheeseboard, dan bento di meja ruang tamu dengan tenang. Tak lama kemudian, Yara keluar mengenakan kaos putih longgar dan celana training. Namun, sorot mata Yasa langsung berubah tajam.
“Kenapa kau begitu ceroboh? Apa kau selalu membuka pintu begitu saja saat ada tamu? Bagaimana kalau yang datang orang jahat?” tanyanya tegas.
“Kau sendiri predatornya!” balas Yara cepat.
"Buat apa kau ke sini?" tanya Yara. Jujur, dia sedikit takut dan tidak nyaman berdua saja dengan seorang pria. Walau itu hal biasa di kota besar, tapi bagi Yara, itu adalah hal yang tabu.
"Aku akan menginap di sini," ucapnya santai sambil menuangkan wine ke dalam gelas.
"Apa? Kau jangan gila!" teriak Yara.
"Ayolah, Yara. Aku hanya ingin menginap dengan calon istriku, apa salah?"
"Sangat salah, dan aku tidak nyaman!" bentak Yara.
Yasa tertawa.
"Yara, apa kau benar-benar polos?"
"Aku tidak polos dan aku mengerti. Justru karena aku paham apa isi otak kotormu, makanya aku tidak ingin kau menginap di sini!"
"Wah, wah, wah... Memangnya apa yang kau pikirkan? Padahal aku hanya ingin makan malam sambil menonton film denganmu. Lalu setelah itu, ya, tidur seperti biasa. Apa kau punya rencana lain, Nona Yara?" goda Yasa sambil menaik-turunkan alisnya.
"Eh?" Muka Yara merah padam menahan malu.
Yasa tertawa keras melihat Yara yang sangat malu.
"Kau!" geram Yara.
"Pokoknya aku nggak mau kau menginap di sini!"
"Aku tetap akan tidur di sini. Terserah kau mau ingin mengoceh sepanjang malam."
"Kenapa kau sangat keras kepala, Yasa? Sebenarnya apa maumu? Bukannya kau juga tidak menyukaiku? Kita tidak saling kenal sebelumnya." Yara memberikan banyak pertanyaan, membuat Yasa terdiam.
"Aku... aku tidak tahu, aku hanya..."
"Apa kau hanya ingin bermain-main denganku? Kau mendekatiku karena penasaran?" Yara mulai emosi
"Memangnya kenapa kalau aku ingin mendekatimu, Yara? Apa tidak boleh?" ucap Yasa.
"Aku tidak suka dipermainkan. Pola pikirku berbeda denganmu, Yasa! Kau selalu hidup enak dan menjalani hidupmu dengan santai. Kau hanya tinggal menjalani apa yang sudah diwariskan, dan mendekati banyak wanita hanya karena kau penasaran. Terserah kau mau bilang aku terlalu kolot, tapi aku benar-benar tidak suka dijadikan mainanmu!" Dada Yara naik-turun. Dia sangat emosi sekarang. Dia tahu dirinya terlalu terbawa perasaan, tapi hidupnya tidak sesimpel Yasa dan anak-anak lain di luar sana. Hidupnya sudah terlalu menderita, dan dia hanya ingin ketenangan.
"Maka dari itu, ubah pola pikirmu, Yara! Memangnya kau pikir semua laki-laki itu buruk? Tentu saja tidak. Dan kau pikir gampang bagiku menjalankan perusahaan dari papaku? Justru jika aku tidak pintar mengelolanya, perusahaan itu akan jatuh dan bangkrut. Tapi kau lihat sekarang? Justru perusahaan Alaric semakin berkembang."
"Intinya, aku tidak mau kau tidur di sini!"
Yasa mengalah. Entah kenapa, dia sangat sabar dan menuruti semua perkataan wanita itu. Padahal selama ini, semua oranglah yang tunduk kepadanya.
Yasa bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Yara, menarik tangan Yara dan menyuruhnya duduk.
"Oke, baiklah. Aku akan pulang, tapi setelah kita makan malam dan nonton. Bolehkah?" bujuk Yasa.
Hati Yara sedikit luluh. Dia mengangguk.
"Oke baiklah. Sekarang kita akan menonton apa?" tanya Yasa sambil menghidupkan TV.
"Aku tidak tahu." Entah berapa lama dia tidak menonton.
"Bagaimana kalau horor?" tawar Yasa.
"Jangan! Aku takut," tolak Yara.
"Oke, baiklah. Kita nonton horor
“Hei!” Yara melotot kesal.
Yasa tertawa dan berdiri.
“Kau mau ke mana?”
“Matikan lampu.”
“Jangan! Aku takut!”
“Tenang, ada aku.” jawabnya singkat, senyum di wajahnya tak hilang.
“Ck, nyebelin banget sih...” Yara berdecak kesal
Mereka akhirnya duduk di sofa, menonton film horor sambil makan. Karena masih bagian awal, Yara belum merasa takut dan masih bisa menikmati makan malam mereka.
*
*
*
To be continued