Tek ketek tek ketek tek ketek ketek ketek
'Lagi-lagi suara itu! Ingin ku buang mainan berbentuk dua onde-onde yang saling digantung pake tali dengan bunyi yang merusak panca indera ku itu. Bisa-bisanya orang seumurannya menyukai hal absurd begitu!!
"Shanuuuuuum maiiin yuuuuuk" Teriak pemuda itu terdengar tanpa dosa sudah mengganggu hari minggu indahku!
"Minggat sana! Shanum lagi ke Dubai jualan karpet terbang bareng Aladin!!!"
Bukannya pergi laki-laki itu malah duduk menunggu di depan kostku! Sumpah ya, entah kesalahan dan dosa apa yang aku lakukan di kehidupan yang lalu sampai dipertemukan dengan orang gaje super nyebelin kayak Abyan itu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
23. Inilah Aku
Aku beri cewek yang sekarang ku ketahui namanya adalah Chika dengan tatapan mata mengintimidasi. Aku ahli dalam hal itu!
Abyan tentu menenangkan ku. Tapi, aku nggak suka direndahkan seperti tadi. Siapa dia nilai aku kayak gitu?! Mungkin sebagian orang akan bersikap masa bodoh saat ada di posisi ku. Yang penting pacar belain kita dan semua berlalu gitu aja, woow sorry.. Aku nggak termasuk orang-orang yang masa bodoh untuk sebuah penghinaan di depan umum.
"Bilang sekali lagi coba! Kamu ngatain aku apa tadi?" Suaraku sudah mengudara. Abyan menepuk keningnya karena tak berhasil membujukku meninggalkan tempat itu.
"Udik! Kampungan! Kuman! Kamu nggak pantes sama-" Aku cengkeraman keras tangannya sebelum dia menyelesaikan kalimat penyulut emosi.
"Aww.. Lepasin! Aby.. Sayaaang! Tolongin aku, cewek liar ini nyakitin aku!!" Chika berontak. Aku dorong dia menjauh dariku.
Aku bisa sekesal itu, seriusan. Aku paling nggak suka sama manusia bentukannya gitu, modelan netijen +62 yang suka nyinyirin orang tanpa tahu aku siapa. Kalau orang lain nggak pernah berani lawan dia, aku bakal jadi orang pertama yang siap nambal mulutnya pake semen cap lima roda!
"Num udah, kamu jangan kepancing emosi hanya karena mulut lemeznya itu. Aku milikmu! Aku ada di sini untuk kamu, nggak ada yang bisa merubah itu. Biarin aja dia ngomong seenaknya, dia nggak tahu kalau aku lah yang tergila-gila sama kamu. Dia nggak tahu kalau aku lah yang nunggu lama buat dapetin kamu, dan dia nggak tahu.. Semua kata ejekan yang dia tujukan ke kamu sebenarnya mencerminkan dirinya sendiri.. Num, biarin aja orang mikir apa.. Aku hanya mau kamu. Aku sayang kamu."
Aku diam. Entah ucapan gombal atau bukan, setidaknya ucapan Abyan bisa membuatku sedikit calm down.
"Aku tandai kamu! Aku saranin jangan muncul lagi di depanku dengan bawa kenyinyiran mu kalau nggak mau mulutmu lepas dari tempatnya! Aku serius."
Mendengar ancaman ku itu nyali Chika menciut. Dia bahkan nampak mundur beberapa langkah dari tempatnya tadi berdiri. Aku nggak peduli. Aku hanya nggak suka cara dia merendahkan orang lain.
Hei.. come on, kita hidup di negara merdeka. Punya mulut gunain lah buat hal penting, misal berdoa, bertutur kata layaknya manusia pada umumnya, jangan mancing emosi orang. Jangan memancing orang lain jadi jahat karena keadaan.
Aku bukan lebay.. Tapi aku ngomong gini karena seringnya kena bully. Entah aku ini udah bikin kesalahan apa nyampe bikin orang-orang di sekitar ku dulu selalu menjauhiku. Aku coba jadi boneka seperti yang mereka mau tapi hal itu nggak membuat mereka menyukaiku. Bahkan aku sempat frustasi karena hal ini.
Aku punya keluarga yang sempurna, tapi di balik itu.. Aku dijauhi teman-teman sebayaku. Untung saja keluargaku selalu mensupport ku. Hingga aku nggak nyampe gila karena perundungan.
Itu masa lalu ku. Sekarang aku nggak mau lagu jadi boneka dan berdiri di belakang punggung orang lain dengan menundukkan kepala. No! Aku Shanum Azalea yang bisa melindungi diri sendiri. Nggak mau tergantung dengan orang lain, meski tak bisa dipungkiri.. Aku butuh sandaran!
"Num.." Abyan masih memegang tanganku.
"Apa?" Emosi sedikit banyak masih menguasai ku.
"Kamu nggak mau nikah aja gitu sama aku? Biarin aku yang melindungi kamu. Biarin aku aja yang kerja buat kamu, aku nggak tega lihat kamu capek-capekan tiap hari." Dia berkata sambil mengeratkan genggamannya.
"Oke kita nikah," Dia tersenyum senang. "Tapi nggak sekarang. Mungkin satu atau dua tahun lagi. Itu juga belum pasti, kamu bisa nunggu aku selama itu?"
Senyum itu terlihat sedikit memudar. "Asal endingnya sama kamu, kamu suruh nunggu di seumur hidup ku.. Aku mau." Tukasnya.
Asyem.. Aku senyum. Dia ini tipe orang yang bisa bikin mood ku naik ke awang-awang dengan cepat. Asli emejing.
"By.. Maaf ya, aku suka meledak kalau tentang harga diri. Masa kecilku nggak seindah anak-anak lain. Aku sering dijauhin temen-temenku. Aku pernah hampir mati di kerjai temenku, dan mereka nggak ada yang minta maaf atau menyesal udah lakuin hal konyol yang nyaris bikin nyawa orang ilang." Aku mencoba jujur dan percaya sama dia.
"Sekarang ada aku Num, aku nggak bakal biarin orang lain bertindak buruk ke kamu. Maaf.. Dulu kita belum ketemu, aku nggak bisa jadi pelindung mu.. Memberikan pelangi untuk masa kecilmu.. Tapi sekarang, ada aku.. Aku nggak janji untuk bisa terus bersama,, bareng-bareng sama kamu, tapi aku mencoba sebisa dan semampuku untuk selalu ada saat kamu butuh aku."
Aaah.. Bambaaaaang.. kamu sekolah ngegombal di mana sich! Ajooor.. Aku melting gila!
"Udah bikin aku bucin ke kamu, awas aja kalo sampe pergi pas lagi sayang-sayange. Ku do'ain seumur idupmu itu ** mu ga bisa berdiri meski yang di depanmu adalah bidadari lagi mandi!" Ku kutuk dia dengan kutukan paling menyeramkan.
Dia malah ngakak barbar, sambil mengusap rambutku. Dieh.. Apaan dah!