NovelToon NovelToon
Hate Is Love

Hate Is Love

Status: tamat
Genre:Romansa / Tamat
Popularitas:6.2M
Nilai: 5
Nama Author: Ichageul

Kolaborasi kisah generasi Hikmat dan Ramadhan.

Arsy, cucu dari Abimanyu Hikmat memilih dokter sebagai profesinya. Anak Kenzie itu kini tengah menjalani masa coasnya di sebuah rumah sakit milik keluarga Ramadhan.

Pertemuan tidak sengaja antara Arsy dan Irzal, anak bungsu dari Elang Ramadhan memicu pertengkaran dan menumbuhkan bibit-bibit kebencian.

"Aduh.. maaf-maaf," ujar Arsy seraya mengambilkan barang milik Irzal yang tidak sengaja ditabraknya.

"Punya mata ngga?!," bentak Irzal.

"Dasar tukang ngomel!"

"Apa kamu bilang?"

"Tukang ngomel! Budeg ya!! Itu kuping atau cantelan wajan?"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menunggu

Ketika kendaraan milik Irzal memasuki pelataran rumah sakit Ibnu Sina, nampak Daffa dan dua orang suster sudah menunggu di depan pintu IGD. Pria itu menghentikan kendaraannya tepat di depan pintu darurat unit tersebut. Dia segera turun dari dalamnya. Daffa bergegas membuka pintu belakang mobil.

Daffa segera naik ke atas mobil untuk bantu menurunkan Stella. Di depan pintu, dua orang perawat pria sudah menunggu. Perlahan mereka mengeluarkan tubuh gadis itu lalu menaruhnya ke blankar. Irzal memberikan kunci mobil pada satpam yang berjaga untuk diparkirkan, sedang dirinya ikut masuk ke dalam IGD.

Arsy yang baru akan memulai tugasnya hari ini melihat blankar yang tengah didorong dua orang perawat menuju ruang tindakan. Matanya membelalak melihat sepupunya yang terbaring di atasnya. Kepala Stella mengeluarkan darah yang cukup banyak.

“Stella!”

Refleks Arsy segera bergerak menuju ruang tindakan. Daffa bersama dengan dokter Fabian masuk ke dalamnya. Dua orang suster segera menyiapkan alat bantu pernafasan untuk gadis itu. Salah seorang lagi membersihkan darah dari kepala sang pasein. Arsy terpaku di tempatnya melihat keadaan sepupunya yang tak sadarkan diri.

Dokter Fabian menyalakan senternya kemudian membuka kedua mata Stella yang masih terpejam bergantian seraya menyorotkan sinar lampu padanya. Kemudian dia memeriksa luka di kepala gadis itu.

“Siapkan ruang operasi. Hubungi dokter Reyhan. Daffa, hentikan pendarahannya.”

“Siap dok.”

Daffa bergerak cepat untuk menghentikan pendarahan di kepala Stella. Fabian melihat pada Arsy yang masih terpaku di tempatnya. Dokter senior itu segera menghampiri anak coas tersebut.

“Apa yang kamu lakukan di sini? Segera tangani pasien lain!”

“Sss.. Stella, bagaimana keadaannya, dok?”

“Stella?”

“I.. iya. Itu, sepupu saya, Stella.”

“Kepalanya mengalami cedera cukup parah. Dia akan segera dikirim ke ruang operasi. Kalau kamu keluarganya, segera hubungi orang tuanya dan urus administrasinya.”

“I.. iya, dok.”

Arsy segera menyadarkan dirinya. Dia keluar dari ruang tindakan, kemudian segera mengurus administarsi sang sepupu. Irzal yang masih berada di IGD segera menghampiri Arsy untuk mengetahui keadaan gadis yang dibawanya tadi.

“Ar.. bagaimana keadaan pasien yang baru masuk tadi?”

“Dia harus segera dioperasi.”

“Apa cederanya parah?”

“Ngga tau..”

Arsy menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. Dia kemudian meraih ponsel dari saku baju OK-nya. Tangannya nampak bergetar ketika hendak menghubungi keluarganya untuk memberitahu keadaan Stella. Irzal yang berada di sampingnya terus memperhatikan gadis itu.

“Halo..”

“Halo.. papa..”

“Kenapa sayang?”

“Papa.. Stella.. Stella..” Arsy berusaha menahan tangisnya yang hendak meledak.

“Stella kenapa sayang?”

“Stella kecelakaan. Sekarang ada di rumah sakit bersamaku. Tolong kabari mami Anya, aku.. aku ngga sanggup, pa.”

“Papa akan kabari mami Anya. Kamu coba hubungi daddy. Jangan beritahu ini pada eyang atau kakekmu.”

“I.. iya, pa.”

Panggilan Arsy pada Kenzie berakhir. Gadis itu mencoba menghubungi Kenan kali ini. Namun perhatiannya teralihkan ketika dari ruang tindakan, dua orang suster keluar mendorong blankar Stella. Bersamaan Arsy dan Irzal menghampiri Daffa yang hendak menyusul.

“Daf..” panggil Irzal.

“Bang..”

“Gimana?”

“Sekarang pasien mau dioperasi. Gue cabut dulu.”

Daffa segera berlari mengikuti blankar yang sudah hampir mencapai lift. Irzal kemudian melihat pada Arsy yang kembali terdiam. Dia segera menyadarkan gadis tersebut.

“Ar.. Ar!”

“Dad.. daddy.. aku ha.. harus menghubungi daddy.”

Arsy kembali pada ponselnya. Melihat tangan Arsy yang bergetar, Irzal segera memegang tangan gadis itu, membuat sang empu melihat padanya.

“Biar aku yang hubungi. Apa dia sepupumu?”

“Iya.”

“Siapa namanya?”

“Stella.”

Tangan Irzal merogoh saku celananya kemudian mengambil ponselnya. Setelah mencari nomor Kenan, pria itu segera menghubungi paman dari Arsy. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya panggilannya terjawab.

“Assalamu’alaikum.”

“Waalaikumsalam. Om.. apa om bisa ke rumah sakit Ibnu Sina?”

“Ada apa?”

“Stella kecelakaan.”

“Innalilahi.. bagaimana keadaannya?”

“Sekarang sudah masuk ruang operasi.”

“Arsy.. apa dia ada?”

“Ada om. Tapi dia sepertinya masih shock.”

“Tolong temani Arsy. Om ke sana sekarang.”

Panggilan pun berakhir. Melihat suasana IGD yang masih sepi, Irzal menarik tangan Arsy kemudian membawanya ke kantin. Gadis itu hanya diam saja saat Irzal mendudukkan dirinya di salah satu kursi. Pria itu kemudian memesan minuman hangat untuk gadis itu.

“Minum dulu.”

Irzal menyodorkan cangkir berisi coklat panas ke depan Arsy. Mendengar ucapan Irzal, gadis itu tersadar dari lamunannya. Namun dia masih belum menyentuh minuman di depannya. Pikirannya masih tertuju pada Stella. Anak dari Anya itu memang sangat dekat dengannya, melihat kondisi Stella seperti itu membuatnya takut.

“Ar..”

“Apa Stella akan baik-baik aja?” gumam gadis itu pelan namun masih bisa terdengar oleh Irzal.

Arsy menyatukan kedua tangannya yang masih bergetar. Pandangan mata gadis itu masih kosong. Irzal menaruh sebelah tangannya di kedua tangan Arsy. Kepala Arsy terangkat, matanya menatap netra hazel Irzal.

“Kamu harus kuat. Stella akan baik-baik aja.”

“A.. aku mau ke ruang tunggu operasi.”

“Ayo kuantar. Tapi diminum dulu coklatnya.”

Arsy meraih cangkir di tangannya. Rasa panas di cangkir sudah berkurang, gadis itu segera menyeruput minumnya sampai habis. Setelahnya dia bangun diikuti oleh Irzal. Keduanya berjalan menuju lift yang akan membawa mereka ke lantai lima.

🍁🍁🍁

“Hai.. udah lama?” tanya Zar seraya mendudukkan diri di samping Renata. Dia tak menyangka Renata akan menghubunginya secepat ini.

“Maaf ya, kalau aku ganggu waktumu.”

“Ngga kok.”

“Jadi.. soal teori bagusnya yang mana?”

Zar membuka buku yang ada di depan Renata. Pria itu segera mencari halaman yang menunjukkan teori yang akan dipakainya. Dengan sabar Zar menerangkan teori tersebut pada Renata. Gadis itu mengangguk-anggukkan kepalanya tanda mengerti. Keduanya saat ini tengah berdiskusi tentang skripsi Renata di kantin.

Dari arah pintu masuk, muncul Richie, Abbas dan Priyo. Terdengar desisan kesal Richie ketika melihat Zar tengah berduaan dengan Renata. Lagi-lagi pria itu selangkah lebih maju dari dirinya. Selalu Zar bisa mendapatkan wanita yang tengah didekatinya. Apalagi Renata yang menolaknya mentah-mentah, justru kini nampak nyaman berdua dengan Zar.

“Brengsek,” gumam Richie pelan.

“Si bispak dapet mangsa baru nih,” celetuk Abbas.

“Masa lo kalah dari si Zar,” Priyo malah memanas-manasi.

“Lihat aja. Tuh dua orang bakal gue jatohin sekaligus.”

Richie menyunggingkan senyum liciknya. Di kepalanya sudah tersusun rencana untuk kedua orang di depannya. Kemudian pria itu bergegas meninggalkan kantin. Melihat Zar dan Renata membuat selera makannya hilang. Abbas dan Priyo mengekor di belakangnya.

Sementara itu Zar masih terus mengarahkan Renata, bagian mana dari skripsinya yang membutuhkan perbaikan. Saat bimbingan dulu, Darto juga menjadi pembimbingnya, jadi pemuda itu hafal bagaimana gaya Darto. Di tengah keseriusan mereka, terdengar ponsel Zar berdering. Keningnya mengernyit melihat Kenzie yang menghubungi.

“Halo, pa..”

“Kamu di mana?”

“Di kampus.”

“Bisa kamu ke rumah sakit dulu. temani Arsy.”

“Arsy kenapa?”

“Bukan Arsy, tapi Stella kecelakaan. Sekarang dia lagi di ruang operasi. Arsy pasti shock. Kamu ke sana dulu, papa mau jemput mamimu dulu.”

“I.. iya, pa.”

Panggilan dari Kenzie berakhir. Pria itu melihat pada Renata sebentar. Baru saja dia mendapat kesempatan berduaan dengan gadis itu, kini sudah harus pergi meninggalkannya. Melihat wajah panik Zar, Renata jadi penasaran.

“Kenapa?”

“Sepupuku kecelakaan. Aku harus ke rumah sakit sekarang.”

“Innalillahi.. aku boleh ikut?”

“Boleh. Ayo..”

Dengan cepat Renata membereskan buku-buku dan lembaran skripsinya. Zar bantu membereskan kemudian bergegas menuju tempat di mana mobilnya terparkir. Richie yang berada tak jauh dari parkiran, terus memperhatikan Zar dan Renata dengan tangan terkepal.

Zar melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Pria itu terus menginjak pedal gas dalam-dalam. Renata sampai memegang erat sabuk pengamannya, dia sedikit takut melihat cara Zar mengendarai mobilnya. Tak kurang dari sepuluh menit, pria itu sudah memarkirkan kendaraannya di pelataran parkir rumah sakit.

Tanpa sadar Zar menarik tangan Renata saat masuk ke dalam rumah sakit. Pria itu terus menggenggam tangan Renata saat menunggu lift sampai ke lantai dasar. Renata terus memandangi tangannya yang digenggam oleh Zar. Lamunannya terhenti ketika Zar menariknya masuk ke dalam kotak besi tersebut.

Renata berusaha menarik tangannya dari Zar, dan itu membuat Zar tersadar kalau sedari tadi dia terus menggenggam tangan gadis itu. Dia melihat pada Renata yang berdiri di sampingnya.

“Maaf..”

“Ngga apa-apa.”

Pintu lift langsung terbuka begitu sampai di lantai 5. Zar segera keluar kemudian menuju ruang tunggu operasi. Di sana dia melihat Arsy dan Irzal tengah duduk menunggu. Bergegas dia menghampiri saudara kembarnya itu.

“Sy..”

Kepala Arsy yang tengah menunduk terangkat begitu mendengar suara memanggilnya. Melihat Zar yang datang, gadis itu segera berdiri kemudian menghambur dalam pelukan Zar. Renata yang tidak tahu kalau itu adalah adik kembar Zar hanya terpaku melihat Arsy yang tengah menangis dalam pelukan Zar.

“Stella… Stella kecelakaan, Zar..” ujar Arsy di tengah-tengah tangisnya.

“Tenang, Sy. In Syaa Allah, Stella baik-baik aja. Dia anak yang kuat.”

Zar mempererat pelukannya di tubuh Arsy. Sejatinya hatinya juga resah mendengar kecelakaan yang menimpa adik sepupunya. Jika Stella sampai masuk ruang operasi, berarti cedera yang dialaminya cukup serius. Zar mengurai pelukannya, kemudian membawa Arsy duduk kembali.

“Zal..” tegur Zar.

Irzal menolehkan kepalanya pada Zar. Kini giliran Renata yang terkejut. Tak menyangka kalau pria yang dicintainya ternyata ada di sini. Seketika dia menjadi gugup dan tak berani bersitatap dengan Irzal saat pria itu melihat ke arahnya.

“Lo kok ada di sini?” tanya Zar seraya mendudukkan diri di samping Arsy.

“Tadi gue yang bawa Stella ke sini.”

“Kok bisa?”

“Mobil gue ada di belakang mobilnya. Jadi pas dia kecelakaan, gue lihat langsung.”

Mata Arsy langsung melihat pada Irzal. Saking terkejut dan paniknya, dia sampai lupa menanyakan pada Irzal tentang kecelakaan Stella.

“Bagaimana kejadiannya?” tanya Arsy.

“Ngga tau pasti juga. Dia tiba-tiba banting stir ke kanan kaya menghindari sesuatu. Dari arah berlawanan muncul mobil dan nabrak mobil Stella. Terakhir mobil Stella nabrak tiang lampu jalan.”

“Ya Allah, Stella.”

Arsy kembali menangis mendengar cerita Irzal. Zar menarik gadis itu ke dalam pelukannya. Renata yang sedari tadi hanya berdiri, memberanikan diri duduk di samping Irzal.

“Mas Irzal,” panggil Renata.

“Rena.. kamu ngapain di sini?”

“Gue yang ajak. Tadi kita lagi di kampus, diskusi soal skripsinya,” terang Zar.

“Kalian satu kampus?”

“Iya. Lo kenal dia di mana?” tanya Zar.

“Rena suka bantu-bantu kalau ada kegiatan di yayasan.”

Zar hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja. Renata duduk diam di samping Irzal. Sesekali gadis itu mencuri lihat lelaki di sampingnya. Jantungnya berdegup tak karuan berada sedekat ini dengan Irzal.

🍁🍁🍁

Mendengar sang anak kecelakaan, Anya segera berangkat ke rumah sakit bersama dengan Kenzie. Sementara itu Irvin bergegas menuju rumah sakit dari kantor setelah mendapat kabar dari Kenan. Kini Kenzie, Kenan, Anya dan Irvin sudah berada di rumah sakit. Bersama yang lainnya, mereka menunggu di ruang tunggu operasi. Arsy harus kembali ke IGD karena masih bertugas.

Irzal kembali menerangkan kejadian yang menimpa Stella pada Anya dan Irvin. Pria itu tidak tahu pasti apa yang menyebabkan Stella tiba-tiba membanting stir. Dia sendiri tidak melihat hal ganjil di sana. Kenzie sudah memerintahkan salah satu staf keamanan untuk mengambil kamera di dashboard mobil Stella.

Lima belas menit kemudian, salah satu anak buah Duta datang. Di tangannya terdapat tab berisikan rekaman cctv di lokasi kejadian dan juga rekaman dari kamera di mobil Stella. Kenzie, Anya, Irvin dan Kenan menyaksikan bersama rekaman tersebut. Keempatnya tidak mendapati hal aneh sampai Stella harus membanting stir ke jalur sebelahnya.

“Sebenarnya apa yang terjadi?” gumam Anya pelan.

“Begini, pak.. bu.. teman saya kebetulan indigo. Dia bilang ada yang melompat ke mobil mba Stella. Itu yang membuatnya sampai membanting stir.”

“Memang apa yang dilihatnya?”

Anak buah Duta yang bernama Imron itu melihat pada pemuda berusia 20 tahun yang duduk sedikit jauh dari mereka kemudian melambaikan tangannya. Pemuda tersebut bangun kemudian menghampiri Imron.

“Kenalkan pak, bu. Ini Rasyid, teman saya.”

Rasyid menyalami satu per satu orang di depannya. Kemudian dia mengambil ponsel dari tangan Imron. Dia menunjukkan posisi di mana kucing hitam yang dilihatnya dalam rekaman tersebut pada semua orang. Zar dan Irzal yang penasaran ikut melihat rekaman tersebut.

“Ini.. kucing hitam ini melompat dari sini. mengagetkan mba Stella hingga banting stir ke arah kanan karena khawatir menabraknya.”

Kenzie dan yang lainnya saling berpandangan karena mereka sama sekali tidak melihat kucing hitam tersebut. Bahkan Zar sampai memutar rekaman berkali-kali, namun kucing hitam yang dikatakan Rasyid tak terlihat olehnya.

“Bapak, ibu dan yang lain mungkin tidak bisa melihat kucing tersebut. Sebenarnya wujud kucing itu memang kasat mata,” jelas Rasyid.

Anya langsung terduduk lemas mendengarkan penjelasann Rasyid. Irvin yang tahu maksud dari Rasyid menyusul duduk di sisi istrinya kemudian merangkul bahu istrinya. Anya merebahkan kepalanya ke dada sang suami dan mulai menangis. Dia teringat, dulu saat indra ke enamnya terbuka, dia juga melihat kucing hitam meloncat ke arahnya.

“Aku pikir keturunanku tidak ada yang mengalaminya. Tapi kenapa justru Stella yang harus mengalaminya,” ujar Anya di sela-sela tangisnya.

“Sabar sayang. Kita tunggu keadaan Stella dulu.”

Zar dan Irzal yang masih bingung, hanya saling berpandangan saja. Kenzie dan Kenan juga mendudukkan diri kembali. Setelah 21 tahun berlalu, akhirnya salah satu keluarga Hikmat ada juga yang mewarisi indra ke enam Cakra dan Anya. Dan kini kemampuan itu kembali dimiliki oleh cucu perempuan Cakra.

“Aku rasa papi harus tahu soal ini,” ujar Kenan pelan.

“Tahu soal apa, dad?” tanya Zar penasaran. Sungguh tingkat kekepoannya sudah mencapai level maksimal.

“Sepertinya Stella mempunyai kemampuan seperti eyang dan mamimu,” jelas Kenan.

“Kemampuan apa?” tanya Zar bingung.

“Berinteraksi dengan makhluk astral.”

Baik Zar maupun Irzal terkejut mendengarnya. Irzal memang tahu ada orang yang mempunyai kemampuan khusus seperti itu atau yang biasa disebut indigo. Hanya tak menyangka saja kalau di keluarga Hikmat ada anggota keluarganya yang memiliki kemampuan tersebut.

“Tapi selama ini kayanya Stella ngga pernah bilang apa-apa,” ujar Zar.

“Karena kemampuannya baru terbuka hari ini. Kucing hitam itu pertandanya.”

“Jadi Stella kecelakaan karena ngehindari kucing hitam jadi-jadian gitu?” tanya Zar. Entah kepada siapa pria itu menanyakannya. Yang jelas di antara mereka tidak ada yang menjawab.

“Zal..”

Semua perhatian yang ada di sana teralihkan begitu sebuah suara memanggil Irzal. Tak jauh dari mereka, seorang pria tampan bertubuh tegap datang menghampiri Irzal. Pria itu terkejut melihat Tamar, temannya ada di rumah sakit ini.

“Tam.. ngapain di sini?”

“Biasa.. ada buronan. Dia ketabrak mobil waktu coba kabur. Sekarang lagi ditangani di IGD. Ada apa nih? Siapa yang lagi dioperasi?”

“Adik sepupunya Zar. Dia kecelakaan tadi pagi.”

“Ooh..”

Hanya itu saja yang keluar dari mulut pria itu. Irzal yang menyadari tatapan semua orang yang ada di sana, langsung memperkenalkan Tamar pada yang lain. Satu per satu anggota reserse kriminal yang sekarang ini menjabat sebagai kapten tim menjabat tangan orang yang ada di sana. Kemudian pandangannya tertuju pada Renata yang duduk di kursi seberang.

“Re..” panggil Tamar.

“Iya, bang.”

“Pa kabar? Udah lama ya kita ngga ketemu.”

“Alhamdulillah baik. Abang sehat juga?”

“Iya, Alhamdulillah.”

Pintu ruang operasi terbuka. Reyhan bersama dengan dokter Fikry keluar dari dalamnya. Anya langsung menghampiri Reyhan, ingin tahu keadaan anaknya.

“Bagaimana keadaan anak saya, dok?”

“Alhamdulillah operasinya berhasil. Benturan mengenai otak besarnya tapi lukanya tidak dalam dan tidak merusak jaringan otaknya. Tidak ada penggumpalan darah juga, sejauh ini keadaannya aman,” terang dokter Fikry yang seorang spesialis bedah saraf.

“Pasien akan dipindahkan ke ruang ICU sampai keadaannya membaik, baru dipindahkan ke ruang perawatan,” imbuh Reyhan.

“Alhamdulillah.. terima kasih, dok.”

“Saya permisi dulu.”

Reyhan melihat pada Kenzie dan Kenan seraya melemparkan senyuman. Dia menepuk pundak Irzal sebelum pergi menuju ruangannya. Tak lama pintu kembali terbuka, kali ini Daffa yang muncul. Dia juga ikut dalam operasi tersebut, selain membantu, dia juga belajar bagaimana menangani pasien yang mengalami cedera di kepala. Sebagai bekal dirinya yang mengambil spesialis bedah kegawatdaruratan.

“Masih di sini, bang?” tanya Daffa pada Irzal. Yang hanya dijawab dengan anggukan.

“Kondisi Stella In Syaa Allah baik-baik aja. Om dan tante ngga perlu khawatir,” Daffa melihat pada Anya dan yang lain.

“Terima kasih, Daf,” ujar Kenan.

“Sama-sama, om.”

Bersamaan itu, pintu ruang operasi kembali terbuka. Dua orang suster mendorong blankar yang di atasnya terdapat Stella. Kepala gadis itu terbungkus perban yang membungkus luka di bagian yang habis dioperasi. Tamar memandangi gadis yang ada di atas blankar. Ternyata usia gadis itu masih muda. Anya dan Irvin segera mengikuti sang suster yang akan membawa anaknya ke ruang ICU.

🍁🍁🍁

Cieee.. Bibie.. Pegang² tangan Arsy, ehek🤣

1
Hartini Donk
q sebenernya g suka cerita yg panjang2.tp klo ceritanya g belibet ya lanjut...💪💪👍
Debby
irzal anak nya elang..nama nya di sama in sama kyk alm irzal kakek nya...lahir nya irzal junior ga lama setelah kakek irzal meninggal cuma beda bbrp jam ..
Mimi Sanah
ya Allah hahahaha bales dendam terseruh 😃😃😃😃
Mimi Sanah
gaweannya pingsan Bae kamu diki hahahaha 😃😃😃
Mimi Sanah
kok jantung ku bertabuh yah 😀😀😀😀
Mimi Sanah
ini setan apa sule 😀😀😀😀
Mimi Sanah
tamar oh tamar aku yakin dia pawang mu stel 😀😀😀
Mimi Sanah
itulah titisan mu ke , masa muda mu mulut mu pedes level seribu kek 😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
hahahaha modus kek'bi mah biar rencananya mulus😁😁😁😁😁
Mimi Sanah
yg penting cerita nya bagus dan nyambung di otak ku Thor 😁😁😁🙏🙏🙏🙏
Mimi Sanah
titisan kakek Abi 😀😀😀😀
Sulisbilavano
gantengnya cantiknyaaa
Sulisbilavano
kok rakan kyk zain ya...bpk agen rahasia sebelah🤭🤭🤭
Sulisbilavano
cantik dan ganteng
Sulisbilavano
thor aku baca ini dah ke3 kalinya ngak bosen aku baca ini...novelnua baguuus bgt
Wiwie Aprapti
boleh lahhhhh idenya kakek abi
Wiwie Aprapti
saat ini juga ada pelatihan bultang yg di sponsornya Taufik hidayat kak, semacam akademi gitu, ada beberapa muridnya yg udah bertanding profesional namun blom ada yg di rangking teratas sihhh
Wiwie Aprapti
wehhhhhh...... paksu mana...... paksu.... pengen ngajakin bikin telor gulung sosis nihhhh🤣🤣🤣🤣🤭😛
Wiwie Aprapti
kannnnnnnn iya kannnnnnn hutang 🤭
Wiwie Aprapti
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣kalo yg ini mungkin ngutang 🤭🙃😁😛
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!