menceritakan tentang seorang murid pindahan yang bernama Kim hyun yang pindah ke sekolah barunya yang bernama sekolah SMA CSB (CENTRAL SPORT BUSAN), awalnya kehidupannya lancar namun tampaknya dia tidak terlalu mengetahui tentang sisi gelap sekolah ini beserta kota ini maka dari itu kim Hyun mau tak mau harus mencari tahu tentang sisi gelap sekolah ini dan kota ini agar dirinya bisa menjalani kehidupan yang normal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ilwa nuryansyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 22
Flashback: Siang Hari, Ruang UKS Sekolah CSB.
Ruang UKS yang seharusnya tenang kini diselimuti ketegangan. Sebuah ranjang besi terbalik, menunjukkan kekacauan yang baru saja terjadi.
Jin-seop—Petarung Nomor Tiga Kelas 2-C—terkulai di lantai, tubuhnya sudah diperban di beberapa tempat karena luka dari perkelahiannya melawan Kim Hyun di kamar mandi. Namun, rasa sakit terbarunya datang dari orang yang sama yang memberinya pekerjaan: Song Dae-ho, Bendahara Kelas 2-C.
Dae-ho berdiri di atas Jin-seop, napasnya memburu.
Dae-ho: (Meludah ke lantai di samping Jin-seop) "Sialan! Kau ini benar-benar tidak berguna, Jin-seop! Mengurus satu murid baru saja tidak becus! Aku menyuruhmu memberinya pelajaran, bukan malah kau yang masuk UKS!"
Dae-ho mengangkat kakinya dan menendang perut Jin-seop berkali-kali dengan kuat.
Dae-ho: "Dasar sampah! Pecundang! Kenapa kau hidup?!"
Jin-seop meringis kesakitan, tubuhnya yang sudah rapuh kini semakin hancur. Ia hanya bisa pasrah, tidak ada energi yang tersisa untuk melawan temannya sendiri. Akhirnya, pandangannya mengabur, dan ia pingsan.
Dae-ho hanya menatap tubuh Jin-seop dengan jijik, lalu berbalik. Di sekitar ranjang UKS, beberapa anggota Geng Kelas 2-C berdiri menyaksikan, diam. Dae-ho menyalakan sebatang rokok, mengembuskan asap tebal.
Saat asap mengepul, pintu UKS terbuka, dan suasana menjadi lebih tegang.
Masuklah Kim Jin-hyuk, Petarung Nomor Dua Kelas 2-B, dengan senyum ramah yang aneh, diikuti oleh beberapa anak buahnya. Mereka mengenakan pakaian olahraga yang menandakan status mereka di Geng Sekolah.
Kelas 2-C seketika berdiri, menatap tajam Tae-hyun.
Dae-ho: (Menatap datar) "Ada perlu apa kau di sini, Tae-hyun? Jangan bilang kau datang untuk ikut-ikutan menjenguk pecundang ini."
Kim Jin-hyuk: (Tersenyum santai) "Jangan sinis begitu, Dae-ho. Kita punya musuh yang sama, kan?"
Tae-hyun berjalan mendekat, menepuk pundak Dae-ho.
Dae-ho menggerutu dan menyingkirkan tangan Tae-hyun dengan kasar. "Apa maksudmu?"
Kim Jin-hyuk: "Maksudku Kim Hyun. Aku tahu dia masih jadi duri di pantat kalian. Kami juga punya dendam, dia menjatuhkan salah satu anggota kami. Dan jika kalian tidak bisa mengendalikannya, aku khawatir dia akan membuat masalah bagi seluruh Kelas Dua."
Dae-ho terdiam, menatap Tae-hyun dengan curiga.
Dae-ho: "Lalu? Kau datang ke sini untuk membalaskan dendam receh? Atau kau mau menertawakan Jin-seop yang gagal?"
Kim Jin-hyuk: (Menggeleng) "Bukan keduanya. Tujuan utamaku adalah... kerja sama. Aku ingin kita bekerja sama untuk mengalahkan Kim Hyun. Bagaimana, Dae-ho-ssi? Kau mau?"
Dae-ho terkejut. Aliansi antara Geng Kelas 2-C (yang dipimpin Min-gyu) dan Geng Kelas 2-B (yang dipimpin Gyu-sik) adalah hal yang mustahil. Kedua pemimpin itu saling menjaga jarak dan membenci campur tangan.
Dae-ho: "Kerja sama? Apa maumu? Aku curiga kau punya maksud lain."
Kim Jin-hyuk: "Aku tidak punya maksud lain, ini murni dariku. Aku berani bertaruh, Min-gyu sunbae belum bergerak karena ini hanya masalah 100.000 Won. Begitu juga pemimpin kami, Han Gyu-sik. Mereka hanya bergerak jika ada keuntungan besar."
Kim Jin-hyuk membungkuk sedikit, suaranya lebih rendah. "Aku bertindak karena Kim Hyun meremehkan kita semua. Jika kita biarkan dia bertingkah lagi, besok dia akan menantang pemimpin kita. Kita bereskan dia sebelum itu terjadi."
Dae-ho berpikir keras. Tae-hyun benar. Min-gyu adalah pemalas. Jika Kim Hyun lolos, uang keamanan 2-C akan runtuh.
Dae-ho: (Mengulurkan tangan) "Baik. Kita kerja sama. Tapi ini hanya berlaku sampai Kim Hyun dibereskan. Setelah itu, kita kembali menjadi musuh. Setuju?"
Kim Jin-hyuk: (Tersenyum lebar) "Setuju."
Mereka berjabat tangan.
Dae-ho: "Apa rencanamu?"
Kim Jin-hyuk: "Sederhana. Dia lemah di luar sekolah. Kita tunggu dia keluar, kita buat dia terpojok. Kita kerahkan semua anggota kelas kita yang bersedia, Kelas 2-B dan 2-C. Serang dia secara massal. Dia mungkin kuat satu lawan satu, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan lima puluh orang."
Dae-ho menyeringai. Rencana itu brutal, tetapi efektif.
Flashback: Malam Hari, Aula Belakang Sekolah CSB.
Malam telah larut. Dae-ho dan Tae-hyun duduk berhadapan di bangku beton, lampu remang-remang menyelimuti mereka. Mereka menunggu kabar dari anggota gabungan yang dikirim untuk mengepung Kim Hyun di Jalan Nampodong.
Kim Jin-hyuk mengeluarkan ponselnya dan menelepon salah satu anak buahnya di lapangan.
Setelah beberapa saat, wajah Tae-hyun berubah menjadi merah padam.
Kim Jin-hyuk: (Berteriak marah ke telepon) "APA?! Kalian lebih dari lima puluh orang! Dan dia lolos hanya dengan naik taksi?! Kalian ini bodoh atau bagaimana?! Tidak becus! Sampah!"
KLAK! Kim Jin-hyuk membanting teleponnya.
Dae-ho: (Menatapnya) "Rencanamu gagal?"
Kim Jin-hyuk: (Kesal) "Gagal! Kim Hyun berhasil lolos. Dia melarikan diri ke dalam taksi. Mereka tidak berhasil menyentuhnya."
Dae-ho berdecak kesal. "Sialan. Dia licik. Aku tidak menyangka dia bisa lolos dari pengepungan seperti itu. Dia pasti punya naluri yang kuat."
Kim Jin-hyuk mengusap wajahnya, lalu menarik napas panjang. Ekspresi marahnya perlahan digantikan oleh senyum dingin yang menakutkan.
Kim Jin-hyuk: "Tenang, Dae-ho. Jangan khawatir. Rencana pertama memang hanya untuk mengujinya. Besok, kita akan melakukan Rencana Kedua."
Dae-ho: (Penasaran) "Rencana Kedua? Apa itu?"
Kim Jin-hyuk: "Kita tidak akan memberinya kesempatan untuk lari di luar. Kita serang dia di tempat yang paling tidak terduga. Kita buat dia tidak punya pilihan selain bertarung dan kalah. Aku akan pastikan besok pagi dia tidak melihat matahari terbit di sekolah ini."
Dae-ho menatap Kim Jin-hyuk. Aliansi ini, meskipun berbahaya, mungkin adalah satu-satunya cara untuk mengontrol Kim Hyun.
Bersambung...