Cerita ini tidak melibatkan sejarah manapun karena ini hanya cerita fiktif belaka.
Di sebuah kerajaan Tiongkok kuno yang megah namun diliputi tirani, hidup seorang gadis berusia enam belas tahun bernama Hua Mulan, putri dari Jenderal Besar Hua Ren, pangeran ketiga yang memilih pedang daripada mahkota. Mulan tumbuh dengan darah campuran bangsawan dan suku nomaden, membuatnya cerdas, kuat, sekaligus liar.
Saat sang kaisar pamannya sendiri menindas rakyat dan berusaha menghancurkan pengaruh ayahnya, Mulan tak lagi bisa diam. Ia memutuskan melawan kekuasaan kejam itu dengan membentuk pasukan rahasia peninggalan ayahnya. Bersama para sahabat barunya — Zhuge sang ahli strategi, Zhao sang pendekar pedang, Luan sang tabib, dan Ling sang pencuri licik — Mulan menyalakan api pemberontakan.
Namun takdir membawanya bertemu Kaisar Han Xin dari negeri tetangga, yang awalnya adalah musuhnya. Bersama, mereka melawan tirani dan menemukan cinta di tengah peperangan.
Dari seorang gadis terbuang menja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 — Kembalinya Kaisar dari Dalam Pedang
Malam itu, bulan bulat sempurna menggantung di atas Gunung Jade.
Mulan duduk di depan makam Han Xin, ditemani Han Xian yang diam-diam memperhatikan dari kejauhan.
Suara serangga malam mengalun lembut, namun di hati Mulan, ada sesuatu yang bergetar sebuah bisikan lembut dari masa lalu.
Ia menatap pedang tua yang tertancap di tanah, bilahnya memantulkan cahaya merah dan perak di bawah sinar bulan.
Tiba-tiba, udara di sekitar mereka bergetar. Daun-daun pinus berguguran, angin berputar seperti pusaran kecil. Han Xian yang berdiri di belakangnya menatap takjub.
“Pedang itu… menyala!” serunya.
Mulan berdiri perlahan, matanya tak lepas dari bilah pedang.
Cahaya merah dan perak makin terang, lalu terdengar suara lembut — suara yang dulu pernah ia dengar di tengah perang, suara yang dulu ia rindukan setiap malam.
“Mulan…”
Suara itu jelas. Dalam. Dan penuh kasih.
Air mata langsung jatuh dari mata Mulan.
“Han Xin…” bisiknya, suaranya nyaris patah.
Cahaya pedang itu pecah menjadi ribuan serpihan. Dari dalamnya muncul sosok pria berbalut jubah putih dan merah, rambut panjang berkibar, mata berwarna perak dengan semburat merah di tengahnya.
Han Xin berdiri di hadapannya, nyata bukan bayangan, bukan roh. Tubuhnya hidup, darah mengalir di nadinya.
“Mulan…” Ia melangkah pelan, suaranya bergetar. “Aku menunggumu terlalu lama.”
Mulan menatapnya tak percaya, kemudian melangkah cepat dan langsung memeluknya erat.
Pelukan itu begitu nyata hangat seperti matahari pagi, lembut seperti embun yang jatuh di dedaunan.
“Han Xin… kau hidup,” katanya terisak.
Han Xin tersenyum lembut, tangannya membelai rambut Mulan.
“Aku tidak pernah mati. Jiwaku terikat pada pedang itu, menjaga dunia dari dalam kegelapan, menunggu sampai kau kembali. Dan kini… langit memberi izin agar aku hidup lagi, hanya untuk menepati janjiku padamu.”
Mulan menangis tanpa suara. “Aku pun kembali… karena hatiku tak pernah berhenti mencarimu.”
Mereka saling menatap, lalu Han Xin menyentuh wajah Mulan dengan lembut. “Kau tidak berubah, Mulan. Masih seperti dulu berani, hangat, dan penuh cahaya.”
“Dan kau masih keras kepala,” jawab Mulan sambil tersenyum di antara air matanya.
Mereka berdua tertawa pelan, lalu diam menikmati keheningan malam.
Han Xian yang berdiri di kejauhan hanya bisa menatap terpesona. Ia tak tahu siapa sebenarnya pria itu, tapi melihat cara mereka saling memandang, ia tahu cinta yang sedang ia saksikan bukan cinta biasa.
Han Xin menatap ke arahnya dan berkata, “Terima kasih, Han Xian. Kau menjaga darah keluarga Han dengan baik. Sekarang tugasku telah selesai. Mulai hari ini, dunia akan dijaga oleh kalian, manusia yang hidup dengan damai.”
Han Xian menunduk hormat, matanya basah. “Kaisar Han Xin… legenda itu nyata.”
Han Xin menatap Mulan. “Dunia sudah damai, Mulan. Tidak ada lagi perang untuk kita lawan. Kini… hanya ada waktu untuk hidup, untuk mencintai.”
Mulan menggenggam tangannya erat. “Itu satu-satunya perang yang ingin kuterima — perang melawan waktu, agar kita tak pernah terpisah lagi.”
Han Xin tersenyum. “Maka kita akan menaklukkan waktu, seperti dulu kita menaklukkan medan perang.”
Langit memancarkan cahaya lembut. Dua naga merah dan perak muncul di angkasa, terbang mengelilingi puncak Gunung Jade.
Seluruh desa di bawahnya menyaksikan keajaiban itu, tak tahu bahwa itu adalah tanda: dua jiwa pahlawan besar telah bersatu kembali.
Di puncak gunung, Mulan dan Han Xin berdiri berdampingan, tangan mereka saling menggenggam.
Tak ada lagi perpisahan, tak ada lagi legenda yang belum selesai.
Kini hanya ada dua manusia yang akhirnya menemukan rumah di hati satu sama lain.
Bersambung