Kata siapa skripsi membuat mahasiswa stres? Bagi Aluna justru skripsi membawa banyak pelajaran berharga dalam hidup sebelum menjalani kehidupan yang sesungguhnya. Mengambil tema tentang trend childfree membuat Aluna sadar pentingnya financial sebelum menjalankan sebuah pernikahan, dan pada akhirnya hasil penelitian skripsi Aluna mempengaruhi pola pikirnya dalam menentukan siapa calon suaminya nanti. Ikuti kisah Aluna dalam mengerjakan tugas akhir kuliahnya. Semoga suka 🤩🤩🤩.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BIMBANG
Penghuni basecamp tak bisa tidur, mereka menemani Mbak Kamila mengurus si bayi yang tak bisa tidur. Malam ini hujan, koordinasi KKN sampai maghrib. Beberapa anak nekad pulang, karena tak mungkin basecamp cukup menampung mereka. Mbak Kamila terpaksa menginap karena ia tak mungkin pulang membawa si kecil menerobos hujan. Sang suami ke luar kota, sedangkan ibu dan mertuanya repot dengan urusan masing-masing, alhasil si kecil dibawa.
Mungkin di tempat baru, jadi si dedek nangis terus. Sudah disusui Mbak Kamila, tetap saja menangis. Video call bersama sang suami juga tidak memberikan solusi terbaik, apalagi sang suami akan berada di sana hampir seminggu. Maklum, ikut sang paman kerja setelah di PHK membuat suami Mbak Kamila mau kerja apa saja asalkan ada uang untuk keluarganya.
"Sumpah gue gak sanggup kayak Mbak Kamila," ujar Ulin sembari berkacak pinggang. Bagaimana tidak si dedek menangis terus, ditambah kabar suami yang gak bisa menemani, uang pas-pas an, ditambah sedang KKN lagi.
"Kayaknya Jihan benar deh, childfree saja," lanjut Ulin yang sekarang menyenderkan kepala ke pundak Aluna, sembari mengipasi anak Mbak Kamila yang baru saja anteng. Sedangkan Mbak Kamila makan, karena merasa sangat lapar, mana makan mie lagi, yang jelas hanya karbo saja. Tak apa dari pada ia kelaparan kalau si dedek minta nenen terus.
Mbak Kamila tertawa melihat mereka yang ikut rempong dengan bayinya. "Yang benar tuh jangan nikah muda, kalau belum mapan. Percayalah sama aku," ujar Mbak Kamila sembari meniup mi yang masih panas.
"Mana makan kudu cepat, mandi cepat, bahkan berak saja kudu cepat," ucap Mbak Kamila bila mengingat kegiatannya sehari-hari. Mbak Kamila dan suami sebenarnya dijodohkan, usia Mbak Kamila dan suami terpaut 8 tahun. Awalnya hidup mereka enak, karena suami Mbak Kamila ini kerja di pabrik rokok. Mereka bahkan sudah bisa membangun rumah meski sederhana saat pernikahan baru satu bulan berjalan. Mbak Kamila dan suami sepakat menunda momongan, karena Mbak Kamila juga masih kuliah. Begitu rumah sudah jadi, uang sudah menipis bahkan untuk mengisi perabotan lengkap saja belum bisa. Hanya kasur, lemari, kompor dan juga kulkas yang ada di rumah baru mereka. Tiba-tiba Mbak Kamila hamil. Kata orang memang seperti itu, rumah baru biasanya tambah anggota baru.
Awal kehamilan kondisi rumah tangga mereka lancar, hingga sang suami berani mengcover biaya kuliah Mbak Kamila. Namun ujian datang seminggu sebelum lahiran, suami Mbak Kamila kena PHK massal, dan uang pesangon diberikan secara bergilir, dan seikhlasnya pabrik. Maklum pabrik diambang kebangkrutan.
Mbak Kamila sabar, menguatkan sang suami, bahwa ada rezeki lain setelah lahiran nanti, mereka pun fokus ke lahiran saja. Beruntung Mbak Kamila bisa lahiran normal, jadi tidak perlu mengeluarkan biaya yang besar. Cukup lahiran di bidan saja. Mereka hidup dengan sisa tabungan yang ada, plus klaim asuransi ketenaga kerjaan. Mbak Kamila dan suami sepakat, apapun permasalahannya jangan sampai keluarga masing-masing tahu, terutama soal ekonomi. Lambat laun, masing-masing keluarga tahu. Orang tua Mbak Kamila tak terima kalau suami Mbak Kamila di PHK, mereka memikirkan putri dan cucunya, mau makan apa. Apalagi setelah lahiran butuh makanan yang seimbang, namun suami Mbak Kamila meyakinkan keluarga bahwa dirinya masih sanggup membiayai keluarga kecil ini. Sejak itu hubungan suami dan keluarga Mbak Kamila renggang. Sedangkan keluarga suami Mbak Kamila tak rela anaknya yang sedang tertimpa masalah malah dijelekkan begitu, Mbak Kamila kena imbas dan dijauhi oleh keluarga suami.
"Sebisa mungkin untuk menikah pikirkan baik-baik, setidaknya soal finansial. Mau dijauhin keluarga asal kamu punya uang, aman!" lanjut Mbak Kamila masih menyeruput mi nya.
Aluna tiba-tiba merenung, papa dan mamanya dulu bisa nikah muda karena sang papa yang kerja keras sejak remaja bahkan merelakan cinta demi mengejar cuan. Aluna tahu prinsip sang papa mau melamar anak orang harus punya modal, jangan hanya cinta. Papa tidak akan mau mengajak mama susah. Biar papa saja yang merasakan jungkir balik cari uang, tapi tidak dengan mama. Sabda selalu memberikan wejangan begitu kepada Bintang, memberi pemahaman bahwasannya harga diri laki-laki terletak pada kemampuannya dia merawat anak istri, terutama soal sandang pangan dan papan.
Ditambah dengan cerita Mbak Kamila ini semakin yakin bahwa kekuatan rumah tangga terletak pada komitmen suami istri dan juga finansial. "Dan kalau bisa perempuan harus punya pegangan, jangan sampai mengandalkan suami saja. Percayalah keluarga bakal menganggap kamu ada, bila uangmu berbicara!"
"Mbak. I feel you," ucap Jihan sembari memeluk Mbak Kamila.
"Setelah mengalami sendiri begini, aku paham mengapa beberapa pasangan memilih childfree!" ucap Kamila yang terlihat mulai capek dengan keadaan yang ada.
"Mbak Kamila dan Jihan fix jadi sample penelitianku," ujar Aluna merusak suasana melankolis malam itu. Bisa-bisanya kepikiran skripsi coba.
Pemikiran Ulin, Eriska, dan anak KKN lain termasuk Aluna mulai condong ke prinsip Jihan. Tadi malam Mbak Kamila benar-benar tidur tak nyenyak, si dedek beberapa kali bangun, dan pagi ini mereka terlihat nyata kerepotan seorang ibu. Mbak Kamila bangun, si dedek ikut bangun, bahkan sholat shubuh saja harus sangat cepat karena si dedek menangis, dicoba gendong Aluna tetap saja tak bisa diam. Ya wajar mereka belum berpengalaman menenangkan bayi.
Setelah itu memandikan si dedek, bahkan Mbak Kamila menggendong sambil menuang air panas di ember, dia tak meminta bantuan, sampai Ulin masuk dapur melihat pemandangan itu, Ulin langsung mengambil teko dan menuangkan air panas itu ke ember. "Terimakasih, Lin!" ucap Mbak Kamila, kemudian Ulin masih di situ siapa tahu Mbak Kamila butuh bantuan. Ternyata Mbak Kamila membuka diapers si dedek, ternyata bayi itu eok. Ulin melihat penuhnya diapers dengan eok, mendadak ia langsung muntah dan keluar dapur, Mbak Kamila tertawa ngakak.
"Kenapa lo?" tanya Aluna kaget tiba-tiba saja Ulin muntah dan wajahnya merah.
"Sumpah, gue turut jejak Jihan, childfree aja. Gak sanggup gue cebokin anak," ucapnya dan tak lama mual lagi. Mereka tertawa ngakak.
"Mending cari uang banyak, jalan-jalan, sekalian gak usah nikah saja!" lanjut Eriska malah ekstrim pemikirannya.
"Jangan gitu doang, masa' cuma pacaran doang!" ujar Citra melankolis. Ia dan sang pacar sudah punya rencana untuk menikah setelah lulus kuliah, melihat contohnya nyata dirinya juga sedikit bimbang.
"Udah yang mau nikah silahkan, gak juga gak pa-pa, yang penting kerja keras agar punya penghasilan banyak, biar gak sedih-sedih amat kalau dikatain perawan tua," ucap Aluna menengahi pemikiran. Mahasiswa tingkat akhir ini.
"Melasnya cap perawan tua!" ujar Eriska, membayangkan saja kok ngenes juga. Ah, urusan nikah kok ya bikin bimbang sekali sih.
dipertemukan disaat yg tepat...
balas, "calon suami kamu"...😂
kebanyakan yg diliat orang itu, pas enaknya aja...
mereka ngga tau aja pas lagi nyari2 Customer itu kaya apa.
kadang nawarin saudara atau teman, tapi mintanya harga "saudara" 🤭🤦🏻♀️
bener2 labil 🤦🏻♀️😂🤣🤣...