Bagaimana jika di hari pernikahan setelah sah menjadi suami istri, kamu ditinggal oleh suamimu ke luar negeri. Dan suamimu berjanji akan kembali hanya untukmu. Tapi ternyata, setelah pulang dari luar negeri, suamimu malah pulang membawa wanita lain.
Hancur sudah pasti, itulah yang dirasakan oleh Luna saat mendapati ternyata suaminya menikah lagi dengan wanita lain di luar negeri.
Apakah Luna akan bertahan dengan pernikahannya? Atau dia akan melepaskan pernikahan yang tidak sehat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Angin Malam
Malam itu, setelah kembali dari restoran, Luna merasa gelisah, dia tidak bisa tidur entah kenapa. Pikiran-pikiran tentang Rafi dan Saras kembali datang, meskipun ia sudah berusaha keras mengusirnya, Apakah dia merasa cemburu? Tidak mungkin. Tapi kenapa dia tidak bisa tidur. Akhirnya, Luna memutuskan untuk berjalan-jalan ke pantai yang berada tepat di seberang hotel.
Ia mengenakan jaket tipis, mengambil sebotol soda dingin dari kulkas mini, dan sebungkus kacang. Saat keluar dari pintu lift, ia berpapasan dengan Arya.
"Mau ke mana, Lun?" tanya Arya, melihat pakaian santai Luna.
"Ke pantai," jawab Luna. "Tidak bisa tidur, jadi aku putuskan untuk mencari angin malam."
Arya mengangguk. "Boleh Aku ikut? sepertinya aku juga tidak bisa tidur." ucapnya sambil menunjukkan sebuah paperback berisi cemilan yang baru dia beli.
Luna tersenyum. "Tentu. Ayo."
Mereka berjalan beriringan. Hening sejenak tanpa percakapan. Angin malam yang dingin menerpa wajah mereka, membawa aroma laut yang asin. Luna duduk di tepi pantai di atas pasir, dan Arya duduk di sampingnya.
Luna lalu membuka botol soda dan menawarkannya kepada Arya, tapi Arya menolak karena dia juga membawa minuman sendiri.
"Kamu terlihat gelisah," ujar Arya, suaranya pelan. "Apakah karena Rafi dan Saras?"
Luna menggeleng. "Entahlah. Aku kira setelah perceraian kami, aku bisa melupakan mereka. Tapi ternyata tidak semudah itu."
"Apa kamu masih mencintainya?" tanya Arya, langsung pada intinya.
Luna tertawa hambar. "Tidak. Perasaan itu sudah lama mati. Tapi ada rasa sakit dan kesal yang masih tersisa. Aku merasa bodoh, Pak Arya. Aku sudah membuang tiga bulan hidupku untuk orang yang tidak pantas. Dan mengabdi kepada keluarga yang tidak tau terima kasih. "
"Jangan bilang begitu, Luna. Kamu tidak bodoh. Kamu hanya terlalu baik," hibur Arya. "Dan kamu pantas mendapatkan yang jauh lebih baik."
"Benarkah, apa aku bisa? Semua ini terasa sulit. " kata Luna dengan kepala tertunduk.
"Memangnya kenapa? Apakah pernikahan kalian terlalu indah, sampai kamu merasa sulit? " tanya Arya penasaran.
Lagi-lagi Luna menggeleng sambil tersenyum miris. "Bagaimana mungkin pernikahan kami dibilang indah. Kami menikah terburu-buru karena amanat dari ayahku. Setelah menikah dia pergi ke luar negeri selama tiga bulan dan saat pulang dia membawa wanita lain. Apa itu yang disebut pernikahan bahagia? "
Arya tercengang mendengar pernyataan dari Luna. Ternyata ada pernikahan seperti itu, ini sangat cepat. Tapi apakah dalam pernikahan cepat dan jarak jauh itu Luna dan Rafi pernah melakukan "itu".
"Itu sebuah pernikahan singkat ya? Lalu apa julukanmu sekarang? Janda kembang? " tanya Arya sambil terkekeh tapi ada maksud di balik pertanyaan itu. "Maaf Luna aku hanya bercanda–, "
"Janda perawan. " jawab Luna sambil tersenyum memotong ucapan Arya, dia tau atasannya itu hanya bercanda.
Mendengar jawaban cepat dari Luna seketika Arya langsung menatapnya tak percaya. Benarkah itu?
"Kalau begitu kamu sangat beruntung Luna. Status janda hanyalah status, karena sebuah kesalahan menikahi pria bodoh yang tidak mengetahui kualitas dirimu. Kamu masih memiliki sesuatu yang berharga dan kamu pantas mendapatkan yang terbaik.
Luna menatap Arya. "Terima kasih, Pak Arya. Lalu, bagaimana denganmu? Apa kamu punya kekasih? Atau, apa kamu pernah merasakan patah hati?"
Arya tersenyum. "Aku pernah punya kekasih, tapi kami putus karena dia tidak bisa menerima kesibukanku. Aku sibuk dengan belajar dan terkadang aku melupakan kalau memiliki kekasih. Aku juga pernah merasakan patah hati. Itu adalah bagian dari hidup. Tapi aku belajar dari pengalaman itu."
Mereka melanjutkan obrolan santai, berbagi cerita tentang kehidupan pribadi mereka masing-masing. Di bawah sinar rembulan, diiringi suara deburan ombak, mereka merasa sangat nyaman. Mereka menemukan kedamaian dalam kebersamaan, tanpa ada tuntutan, tanpa ada drama.
Setelah puas menikmati malam, Luna dan Arya memutuskan untuk kembali ke hotel. Namun, saat di lobi, mereka bertemu dengan Rafi.
"Luna, tunggu! Aku ingin bicara denganmu," ujar Rafi, suaranya terdengar putus asa.
Luna hanya menatap Rafi sekilas, "Tidak ada yang perlu dibicarakan selain masalah pekerjaan." Lalu mengabaikannya.
Dia terus berjalan, memasuki lift bersama Arya. Rafi yang melihat mantan istrinya sedang dekat dengan atasannya, hanya bisa terdiam, hatinya semakin dipenuhi rasa cemburu dan penyesalan. Luna tidak memberikan kesempatan sedikitpun padanya untuk bicara.
*********
Keesokan harinya, Luna dan Arya memulai penyelidikan tentang laporan keuangan yang terdapat kejanggalan. Mereka meminta semua berkas dan laporan keuangan selama enam bulan terakhir.
Di ruangannya, Luna memeriksa setiap data dengan cermat, dibantu oleh Arya juga Saras yang kemarin dipanggil memang untuk hal ini. Mereka menemukan beberapa transaksi mencurigakan, pengeluaran yang tidak sesuai dengan anggaran, dan proyek fiktif dan biaya pembelian barang yang tidak sesuai harga
"Pak Arya, lihat ini, ada yang memanipulasi harga. Meskipun saya tidak pernah ke toko bangunan, tapi harga yang tertera disini sangat jauh dari harga pasaran." kata Luna, menunjukkan sebuah data di layar laptop. "Ada pengeluaran sebesar dua miliar rupiah untuk proyek X, tapi proyek ini tidak pernah ada di daftar proyek yang kita miliki."
"Ya, aku juga melihatnya. Tapi anehnya, laporan ini sudah ditandatangani oleh manajer keuangan sebelumnya. Aku tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi, Apa kakak terlalu ceroboh tidak membaca laporan ini terlebih dulu dengan teliti." jawab Arya, wajahnya terlihat serius membaca berkas yang ada di tangannya..
"Pasti ada yang tidak beres. Kita harus selidiki lebih dalam," kata Luna sambil melirik kearah Saras.
Saras, yang juga ikut memeriksa semua data itu, merasa sangat khawatir debgan keringat dingin yang keluar di keningnya. Sebenarnya, proyek fiktif dan pengeluaran tidak wajar itu adalah ulahnya bersama manajer keuangan yang lama. Dia menggunakan uang itu untuk keperluan pribadinya,
Saras menghampiri Rafi. "Rafi, kamu harus menghentikan Luna. Dia sedang menyelidiki laporan keuangan. Aku khawatir dia akan menemukan sesuatu yang bisa merugikan kita."
"Apa yang kamu sembunyikan, Saras?" tanya Rafi, curiga.
"Tidak ada! Aku hanya tidak ingin Luna membuat masalah di sini," jawab Saras, mencoba menyembunyikan kekhawatirannya. "Kamu harus bicara dengannya, Rafi. Katakan padanya untuk berhenti."
Rafi menolak. "Tidak, Saras. Luna sedang bekerja. Aku tidak bisa menghentikannya. Jika kamu tidak salah, kamu tidak perlu takut."
Saras merasa kesal. Dia tahu, dia tidak bisa mengandalkan Rafi lagi, karena jika sampai Rafi tau dia sudah menyelewengkan dana perusahaan entah apa yang akan terjadi. Dia harus mencari cara lain untuk menghentikan Luna. Tapi bagaimana? Luna begitu fokus, begitu profesional, dan didukung penuh oleh Arya. Saras tahu, dia berada di ujung tanduk.
"Saras, apa kamu tau sesuatu? Kenapa kamu terlihat gugup sekali? "