Romansa Pasangan Halalku

"Jadi pernikahan ini bukan kerena perjodohan orang tua?" Mendongak menatap mata Arkan.

Arkan hanya mengangguk pelan, lalu merapikan anak rambut Gegei yang melewati batas jilbab. Sentuhan dan tatapan yang diberikan begitu lembut hingga Gegei dapat terhanyut dalam rasa bersalah bersamaan dengan bahagia akan perhatian itu.

"Kenapa kakak enggak ngomong?" Lirihnya mencari jawaban.

"Kamu selalu menolak kakak."

"Hiks. Hiks. Hiks." Gegei malah sesegukan mendengar jawaban itu, memang benar dirinyalah yang bersih keras menolak sampai sengaja bertingkah konyol.

Arkan kembali memeluk Gegei, mengelus kecil bahu sang isteri. "Jangan nangis lagi malu tau udah gede masih nangis!" Bujuknya melonggarkan pelukan lalu menyeka sisa air mata Gegei.

Arkan mendekatkan wajahnya ke wajah Gegei, hingga dapat merasakan sentuhan satu sama lain, memejamkan mata masing - masing merasakan kehangatan itu. Bertahun-tahun akhirnya bisa mendapatkan hati Gegei dalam status halal.

**

Pagi itu, Arkan Kemabli menghirup udara segar kampung halamannya. Setelah bertahun-tahun akhirnya memiliki kesempatan untuk kembali menikmati suasana sejuk dan hangat itu. Ia menghabiskan setengah masa mudanya ditempat itu, namun sayang sang kakek sudah tidak ada saat dirinya baru saja lulus SMA.

Arkan menggandeng tangan Gegei sambil berjalan kecil, langkah yang selaras sesekali saling melirik lalu tersenyum tersipu. Bahagia? Tentu saja, hati keduanya sudah seperti dipenuhi tanaman bunga bermekaran, semerbak mewangi pokoknya semuanya-lah.

Langkah Arkan terhenti diikuti oleh Gegei saat berada didepan ruko. Gegei tidak berkomentar saat Arkan melepaskan gandengan lalu memasuki toko itu.

"Assalamualaikum ibu Tin?!"

"Waalaikumsalam..." Ibu Tin melongo menatap wajah didepannya, tidak asing dan lagi mengingatkannya pada seseorang yang selalu datang berbelanja ditoko.

Gegei memandangi punggung yang terlihat sedang berbicara dengan pemilik toko. Siapa sangka setelah 10 tahun mereka kembali bertemu dalam ikatan pernikahan.

"Ibu apa kabar?" Arkan tersenyum namun ibu Tin masih berusaha memastikan semakin terkejut saat Gegei ikut menghampiri.

"Arkan yah?"

"Iya Bu." Tersenyum.

"Ya Allah apa kabar? Sudah bertahun-tahun kamu makin genteng pantes Gegei nempel terus." Sengaja menggoda.

"Ibu..." Tersipu.

"Ibu boleh pinjam sepedanya?" Arkan melirik sepeda berwarna hitam milik cucu ibu Tin.

"Boleh!"

**

Arkan membuka bungkusan permen sebelum diberikan kepada Gegei, lalu mulai menaiki sepeda. Gegei memeluk pinggang Arkan sambil menikmati permen. Mereka bersepeda berboncengan mengelilingi tempat itu mengingat kembali kenangan dimasa lalu.

Pemandangan hari itu seperti kejadian beberapa tahun lalu, dimana siswa berseragam SMA yang setiap hari berboncengan dengan siswi SMP ke sekolah. Karena mereka sudah bersama sejak kecil, saling menyayangi hingga membawa perasaan nyaman itu pada rasa cinta.

Beruntung cinta yang tulus itu tumbuh pada orang yang tepat, hingga tidak ada lagi hati yang patah melainkan kebahagiaan semata. Meski sempat terjadi kesalahpahaman, namun murninya cinta yang dimiliki menuntun mereka pada titik pertemuan dalam ikatan suci.

Sejak saat itu hubungan mereka terjalin dengan baik, meski Arkan dipenuhi jadwal penerbangan luar negeri, sementara Gegei harus tinggal dikampung menyelesaikan pendidikan hingga tidak banyak waktu yang dimiliki untuk bertemu. Tapi tidak mengikis sedikitpun perasaan masing-masing.

***

_RS Bersalin_

Waktu terus berjalan begitu cepat hingga tidak terasa kehamilan Nada sudah 9 bulan. Hari itu ia sedang berjuang didalam kamar bersalin didampingi Hanan dalam proses persalinan normal.

Lengkap sudah keutuhan keluarga kecil itu saat putri pertama mereka terlahir. Hanan menggendong bayi mungil itu dengan raut binar didampingi pak Ilham, saat berada diruang nifas. Sementara Nada masih bermanja kepada mamanya, makan dengan lahap saat sang mama menyuapi.

Gegei tersenyum melihat keluarganya, mereka semua begitu bahagia. Sayang, Arkan masih mengudara jadi belum bisa berbagi momen bahagia itu.

**

"Ceklek!"

Pintu kamar rawat inap terbuka, Gegei terkejut saat Arkan yang masih mengenakan seragam pilot menghampiri. Padahal setau Gegei Arkan akan tiba di Indonesia malam hari.

"Kakak." Ucapannya membenamkan wajahnya dalam pelukan Arkan, tentu Arkan tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Ia memeluk erat tubuh Gegei yang sudah dua minggu dirindukan.

"Kakak kenapa pulangnya lebih awal?." Mendongak tanpa melepaskan pelukan, Arkan tersenyum lebar lalu mencubit kecil pipi Gegei.

"Kakak lansung mengambil penerbangan pagi jadi pulang lebih cepat."

"E'hem!" Deheman Hanan akhirnya melonggarkan pelukan mereka, sontak membuat yang lain tersenyum.

**

Diwaktu yang sama, ada Haidar yang berjalan membawa beberapa paper bag. Sebenarnya itu hadiah yang dibeli Arkan untuk menyambut kelahiran putri Nada. Tapi entah karena sudah rindu berat dengan Gegei, hingga tega meninggalkan Haidar diparkiran sendiri saat masih menurunkan barang bawaan.

Haidar berjalan celingukan, mencari nomer kamar tempat Nada dirawat hingga tidak memperhatikan dengan jelas orang sekitar.

"Bug!" Beberapa paper bag terjatuh saat dua orang bertabrakan secara tidak sengaja.

"Eh maaf!" Ucap Haidar memungut paper bag.

"Enggak pa..pa kok." Jawab Yona melambat saat tatapan keduanya bertemu.

Yona terkejut bukan main, setelah melewati beberapa bulan ia kembali dipertemukan dengan Haidar. Bahagia? tentu saja melihat cinta pertama didepan mata sangat mendebarkan. Namun, ia juga merasa menyedihkan. Sepertinya tidak sanggup jika harus patah hati lagi.

Haidar meneliti dengan jelas wajah didepannya, meski beberapa bulan sudah berlalu tapi masih belum hilang sepenuhnya diingatan Haidar. Yona apa lagi, wajah tampan Haidar sudah tergambar permanen dihatinya.

"Kamu..." Menunjuk.

"Yona, Kak Haidar apa kabar?" Tanyanya dengan pelan juga lembut.

"Baik." Haidar tersenyum, dadanya tiba-tiba berdebar dan merasa senang sendiri.

"Mau jenguk ka Nada?" Haidar mengangguk.

**

Kini keduanya bergabung dengan keluarga Gegei. Arkan memberikan bingkisan kecil yang berisi coklat untuk Gegei.

"Enak?" Tanya Arkan langsung dibalas anggukan, senyuman lebar menghiasi wajah mungil itu kala mendapat elusan lembut dari sang suami dibagian kepala.

"Idih anak kecil makan coklat, awas loh giginya berulat!" Goda Haidar merasa panas melihat kemesraan mereka, diruangan itu hanya dia yang tidak memiliki pasangan.

"Ih sirik aja jomblo." Gegei tidak ingin mengalah, keduanya selalu saja berdebat kecil tiap kali bertemu.

"Makanya nikah!" Celetuk Hanan, sontak membuat Yona terkejut dan berdebar.

"On proses kak." Balasnya membuat yang lain tertawa.

Dulu Yona salah paham mengira Haidar sudah menikah, namun setelah pulang ke kampung hubungan Gegei dan Arkan membaik barulah mereka dapat info jika Haidar belum menikah sama sekali. Itupun diketahui Yona sekitar 3 bulan lalu.

Namun, karena jarak keduanya cukup jauh hingga mereka tidak memiliki kesempatan untuk berinteraksi. Hal itu semakin membuat jarak di keduanya melebar, sementara Haidar pun tidak tau jelas seperti apa status Yona saat itu.

**

"Jadi ini rumah kamu?" Tanya Haidar saat mengantar Yona kembali, sebenarnya rumah Yona dan Gegei cukup dekat hingga tidak perlu naik mobil. Haidar memilih duduk di gazebo halaman rumah sambil berbincang kecil.

Hening beberapa saat, Yona yang lebih pemalu hanya mampu menunduk mengatur napas agar dadanya tidak meledak. Berada disamping Haidar membuat Yona gugup dan berkeringat dingin.

Haidar yang biasanya cerewet tiba-tiba canggung berada diposisi saat itu. Ingin membuka suara tapi tidak tau harus memulai dari mana. Sebagai laki-laki dia tetap harus mendominasi bukan?.

Diam-diam Haidar melirik Yona yang belum mengubah posisinya. Tatapannya lekat, wajah bulat dibalik jilbab itu terlihat tenang mampu menghanyutkan hingga dada Haidar berdebar namun terasa nyaman.

"Emm,, Yona punya pacar?" Tanya Haidar secara dadakan dan Yona hanya menggeleng kecil menatap malu-malu.

Bersambung...