Fracture Luigi von Rosario, atau yang lebih dikenal dengan nama Frac, merupakan seorang pemuda yang dibesarkan dalam sebuah keluarga bangsawan pihak ibunya yang keras dan dingin, keluarga Rosario. Di sepanjang hidupnya, Frac merasa ada sesuatu yang salah di dalam dirinya—kekuatan aneh yang muncul saat emosinya sedang tidak stabil, mimpi-mimpi aneh yang terus berulang seperti sebuah memori yang menghantui. Frac akhirnya mengetahui sebuah kebenaran saat dirinya berulang tahun yang ke-21. Karena muak dengan segala konflik di dalam keluarga Rosario dan kebenaran akan dirinya sendiri, Frac melarikan diri dari dunia bangsawan. Dalam pelariannya, dia bertemu dengan seorang wanita Elf, pewaris Hutan Suci Priestess Elsie, Araya Khavira Lizie. Penasaran dengan kisah lengkapnya? Ikuti terus cerita novel Hidden.
Novel ini menciptakan nuansa hangat, konflik dingin antara politik dan keluarga, romansa fantasi menyentuh sekaligus gelap, serta beberapa hal yang tidak cocok untuk anak di bawah umur.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon иⱥиⱥツ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(9) - Rencana Aliansi Pernikahan
"Sebentar, penglihatan itu tidak akan bertahan lama. Akan lebih baik kalau aku melakukan hal ini," kata Spirus. Dia tampak melakukan sesuatu, seperti membaca sebuah mantra.
Marigold hanya menunggu kejutan apa yang akan diberikan oleh Spirus. Benar kata pria berkulit pucat itu, tak lama setelah mengetahui bahwa night vision-nya tak akan bertahan lama, dia kembali hanya melihat kegelapan. Namun, dia bisa melihat banyak kunang-kunang berwarna hijau cerah muncul entah dari mana.
Marigold mengulurkan tangannya untuk menyentuh kunang-kunang yang berterbangan. Ketika disentuh, kunang-kunang itu menembus jarinya. Dia sedikit kaget.
"Itu bukan kunang-kunang asli, Nona," Spirus menyenderkan tubuhnya dengan santai di dinding batu ruangan yang dingin. "Itu hanya manifestasi dari esensi jiwaku dan sihir api yang kemudian membentuk kunang-kunang."
🍒 🍎 🍒 🍎 🍒 🍎 🍒 🍎 🍒 🍎
"Aku tidak akan mengatakannya kepadamu," kata Raya dengan suara lirih.
"Kenapa tidak?" Frac menyandarkan satu tangannya di dinding, membuat posisinya dan Raya semakin dekat. "Kau bilang kau punya standar untuk pernikahanmu. Barangkali, aku mungkin termasuk salah satu di antaranya… atau tidak."
"Karena itu rahasiaku!" seru Raya. Dia menundukkan kepalanya, berusaha menahan diri agar tidak terpancing dengan omongan Frac.
"Rahasia ya?" Frac tampak tidak kecewa. Dia malah tertawa kecil. "Kalau begitu bagaimana kalau aku menemukan hal itu sendiri?"
Raya mencubit lengan Frac. Dia sangat kesal. "Ini bukan lelucon!" sergahnya. "Kontrak yang kamu inginkan lebih dari sekadar ikatan emosional. Kau juga tahu, itu adalah sumpah sehidup semati, seperti pernikahan di dunia manusia."
Frac yang tadinya tersenyum, kembali menjadi dingin. "Tentu saja aku tahu," katanya sembari mencengkram dagu Raya dan memaksa gadis Elf itu untuk menatapnya. "Justru karena aku tidak ingin bermain-main, maka dari itu aku menyarankan kontrak yang paling berbahaya." Dia menggesek ibu jarinya di bibir Raya. "Aku percaya kepadamu, sama seperti ayahku yang percaya kepadamu dan menitipkan aku untukmu."
Raya berusaha melepaskan diri, tapi Frac bisa menahannya.
"Jangan berpura-pura tidak tahu, Araya," Frac menyamai wajahnya di depan wajah Raya. "Perkataan ayahku tadi kau sangat memahaminya. Kau mengetahui sesuatu yang mungkin aku tidak tahu. Tapi, saat mendengar ayah mengatakannya, aku bisa menebak pembicaraan kalian dulunya. Jika aku memiliki seorang putra, kau akan menjadi menantuku. Jika aku memiliki seorang putri, kau akan menjadi anakku."
Raya tidak bisa tidak menatap Frac. Matanya berkaca-kaca. Hal yang dikatakan oleh Frac memang benar adanya, akan tetapi dia hanya menganggapnya sebagai sebuah lelucon kuno dari calon orang tua.
"Tuan Imperial memang mengatakan itu kepadaku," kata Raya mengaku. "Tapi, aku sama sekali tidak menganggapnya serius. Aku mengira itu hanyalah lelucon kuno yang disampaikan oleh orang tua. Aku sama sekali tidak memiliki pemikiran yang mengarah ke sana."
Manik amber milik Frac menatap ke dalam manik amethyst milik Raya, seolah sedang menggali semua kebenaran yang belum terucap. Jarinya yang mencengkram dagu Raya kini melonggar dan membelai pipi si Gadis Elf dengan sentuhan yang lembut, penuh dengan perasaan.
"Intinya, aku hanya ingin melakukan kontrak itu. Jika ada kontrak lain yang lebih tinggi, maka itu akan menjadi pilihanku," suara Frac begitu rendah, nyaris berbisik.
Raya tidak melihat adanya keraguan di dalam mata Frac. Malah dia melihat kekosongan. Dia merasa kalau Frac sangat mengerikan.
"Aku takut," kata Raya dengan suara lirih. "Aku sangat takut. Jika kita membuat kontrak ini dan salah satu dari kita mati… yang lain akan ikut hancur. Aku sudah kehilangan terlalu banyak, aku juga sudah memikul beban terlalu berat. Aku masih ingin hidup bebas."
"Kalau begitu, jangan lepaskan aku," Frac menggenggam tangan Raya dan menaruhnya di dadanya. "Rasakan ini, jantungku masih berdetak. Aku akan bertahan. Aku menginginkan kontrak ini untuk membuat kita saling menjaga satu sama lain. Aku bersumpah padamu, Araya, aku tidak akan menjadi beban."
Raya benar, beban itu terlalu berat untuk ditanggung. Namun, bagaimana jika dia melewatkan kesempatan penting dalam hidupnya? Bagaimana jika kalau memang Frac lah yang dipilih Semesta untuknya? Jika dia menolak sekarang, tanpa memberikan kesempatan untuk Frac, dia mungkin akan menyesal nantinya.
Raya memejamkan matanya. Dia merasa seperti menghadapi gelombang badai yang tidak tahu ke mana harus mereda. Semua hal menggema di dalam kepalanya, akan tetapi saat Frac menggenggam tangannya dan menaruhnya di dadanya, dia langsung paham kalau Frac tidak sedang bermain-main.
Raya sangat paham kalau detak jantung Frac adalah detak jantung seorang pemuda yang telah kehilangan segalanya, tapi dia masih bernapas dan masih berdiri; Frac telah dikhianati, tapi dia memilih untuk tetap percaya. Yang telah hancur, tapi memilih untuk tetap bangkit. Frac telah memilih dirinya sendiri.
Raya menatap Frac. Dia mencoba mengumpulkan segalanya, mencoba menjadi seseorang yang utuh. Mungkin, dia bisa membantu Frac menemukan hal-hal yang diinginkannya.
"Kita akan melakukannya," bisik Raya.
Manik amber milik Frac membulat, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. "Coba katakan se-"
"Aku hanya akan mengucapkannya satu kali!" Raya memotong dengan cepat.
Raya menggenggam tangan Frac. Dia menarik Frac keluar dari gua.
Cahaya dari matahari pagi menyinari mereka berdua, seakan-akan menjadi pertanda dari Semesta bahwa mereka akan memiliki ikatan jodoh yang kuat sepanjang masa. Hujan juga sudah berhenti. Langit begitu cerah berwarna biru yang membentang luas tidak bertepi.
Raya menaburkan Serbuk Verdigris Lead di sekitar mereka.
"Untuk apa?" tanya Frac.
"Sebagai penanda," jawab Raya. Tangannya yang masih menggenggam tangan Frac terangkat, kemudian dia menunjuk ada tali bercahaya yang terikat di antara mereka. "Kita akan pergi ke wilayah Ochre, di arah tenggara hutan. Karena tidak mungkin lagi kita kembali ke wilayah pamanmu yang gila."
"Kenapa harus ke Ochre?"
"Apakah kamu ingin menikah secara sembunyi-sembunyi?" Raya menatap tidak percaya ke arah Frac. "Jika kita ingin bermain catur, kita harus menjadi pemain, bukan menjadi bidak. Aku dan kamu selama ini hanya menjadi bidak, tapi kita bisa menjadi pemain. Kamu sudah bebas dari pamanmu, lakukanlah sesuatu yang dia tidak akan pernah terpikirkan olehnya."
Frac menatap tali bercahaya yang menghubungkan mereka berdua, tali yang hanya tampak bagi mereka. Dia tersenyum. "Kalau begitu, ayo jadi pemain," katanya. "Si Tua itu tidak akan pernah menyangka bahwa aku akan menikah. Mungkin kita harus mengundangnya?"
"Wilayah Ochre adalah wilayah kekuasaan dari Tuan Putri Nilakandi Sri Wahyu Bay, sahabatku, jadi pamanmu juga tidak akan berani berbuat hal gila karena Ochre masih menjadi wilayah dari Kekaisaran Royal Bay," balas Raya.
"Aku tidak menyangka bahwa kau memiliki sahabat seorang Tuan Putri dari Kekaisaran. Ternyata kau adalah orang yang cukup memikirkan koneksi."