NovelToon NovelToon
Suara Dari Bayangan

Suara Dari Bayangan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Sistem / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Keluarga / Romansa / Pembantu
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: MOM MESS

“Aku dibesarkan oleh seorang wanita yang tubuh dan jiwanya hancur oleh dunia yang tak memberinya tempat. Dan kini, aku berdiri, tak hanya untuk ibuku… tapi untuk setiap wanita yang suaranya dibungkam oleh bayangan kekuasaan.”

Mumbai, tengah malam. Di ruang pengadilan yang remang. Varsha memandangi tumpukan berkas-berkas perdagangan manusia yang melibatkan nama-nama besar. Ia tahu, ini bukan hanya soal hukum. Ini adalah medan perang.

Di sisi lain kota, Inspektur Viraj Thakur baru saja menghajar tiga penjahat yang menculik anak-anak perempuan dari desa. Di tangannya, peluru, darah, dan dendam bercampur menjadi satu.

Mereka tidak tahu… bahwa takdir mereka sedang ditulis oleh luka yang sama–dan cinta yang lahir dari pertempuran panjang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MOM MESS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanah Baru, Luka Baru.

Gurun pasir Rajasthan menyambut kedatangan Varsha dan Mahi dengan angin kering yang menggores kulit dan matahari yang membakar ubun-ubun. Aroma panas dan debu bercampur dengan suara-suara samar dari desa yang mereka tuju. Di balik senyap nya, ada sesuatu yang terasa asing—dingin, walau di bawah langit yang membara. Mahi berjalan di samping Varsha dengan mata yang penuh rasa ingin tahu. Tangan mungilnya menggenggam ujung dupatta Varsha erat-erat.

“Apakah tempat ini akan seperti desa Bihar, Kak Varsha?” tanya Mahi dengan polos. Varsha menatap hamparan rumah-rumah dari batu dan tanah liat di kejauhan. “Mungkin. Tapi kita ke sini bukan untuk menilai. Kita kesini untuk mencari gadis-gadis yang hilang."

Tak jauh dari tempat mereka berdiri, suara gaduh pecah. Teriakan wanita dan bentakan pria menggema dari sebuah lapangan terbuka. Sekumpulan warga mengerubungi seorang gadis muda yang terlihat ketakutan dan kurus kering, dengan saree yang sudah robek di bagian ujung. Di tengah kerumunan, seorang pria tua dengan kumis lebat, yang tampak seperti suaminya, menunjuk-nunjuk gadis itu dengan marah.

“Perempuan hina! Tak tahu diri! Tak patuh suami! Kembali saja ke rumah pelacur ibumu!” teriak pria itu.

Warga desa mengikutinya, mencaci, dan sebagian bahkan melempar pasir ke tubuh gadis itu. Mahi menciut di balik dupatta Varsha.

Tanpa ragu, Varsha maju menerobos kerumunan.

“Berhenti!” seru Varsha lantang. Suaranya menghentak udara, menghentikan tangan-tangan yang hendak memukul gadis itu. Warga desa menoleh, terkejut melihat perempuan asing dengan pakaian kota yang berbicara tanpa rasa takut. “Siapa kamu?” tanya seorang lelaki berkain putih, melipat tangannya di dada. “Ini bukan urusanmu. Gadis ini tidak tahu adat!”

Varsha berdiri di depan gadis itu, melindunginya. “Adat seperti apa yang membolehkan kalian memukuli perempuan? Apakah adat kalian lebih tinggi dari hukum negara ini?”

Tiba-tiba, seorang ibu menyahut, “Dia tak hormat pada suaminya! Dia perempuan tak tahu malu. Kami mendidiknya dengan cara kami!”

“Suami macam apa yang mendidik dengan kekerasan?” bentak Varsha.

“Suami bukan tuan, bukan pemilik. Tugas seorang suami wajib melindungi, bukan memperbudak!”

Teriakan Varsha membuat suasana menjadi panas. Seorang pria mendorongnya, diikuti dengan makian lain. “Kau pembawa ajaran kota! Perempuan sepertimu racun untuk anak-anak kami!” Warga mulai menarik rambut Varsha dan menendang kakinya. Mahi berteriak dari kejauhan, “JANGAN SAKITI KAK VARSHA!”

Tapi tak ada yang peduli. Mereka menyeret Varsha, menghantamnya ke tanah. Pasir gurun menempel di wajahnya yang berdarah. Gadis muda yang tadi dilindungi juga ikut pingsan di bawah terik matahari.

Tiba-tiba…

Dor!

Sebuah tembakan memekakkan telinga. Seorang pria yang hendak menendang perut Varsha jatuh dengan teriakan kesakitan. Kakinya tertembus peluru. “CUKUP!" suara berat dan dingin menggema di antara angin dan pasir. Viraj berdiri dengan pistol yang masih mengepul di tangannya, wajahnya hitam karena amarah. "Jika kalian berani menyentuhnya lagi, akan ku tembak orang itu tanpa ampun!"

Kerumunan bubar. Para pria melarikan diri, membawa gadis pingsan yang semula dikeroyok. Hanya suara angin dan tubuh Varsha yang lemas tersisa di tanah. Viraj berlari, mengangkat tubuh Varsha yang penuh luka. Tangan dan wajahnya berdarah. Nafasnya tersengal.

“Varsha... Varsha... buka matamu...” bisiknya panik. Tidak ada jawaban. Viraj lalu menggendongnya menuju mobil. Mahi menyusul sambil terisak-isak. “Ayah... ayah... Mahi mohon selamatkan kak Varsha…”

Viraj terdiam menatap putrinya lembut yang nampak tak ingin kehilangan Varsha. "Tidak akan terjadi apa-apa pada Varsha. Percaya pada ayah."

...----------------...

Mobil berhenti di pinggir padang pasir, di bawah naungan sebatang pohon neem yang sekarat. Viraj tidak sempat mencari tempat tinggal dan terpaksa merawat Varsha di mobil sementara waktu. Debu menempel di setiap sisi kaca, dan panas matahari seperti mengepung dari segala penjuru. Di kursi belakang, tubuh Varsha masih tergeletak tak sadarkan diri. Wajahnya memar. Tangan dan kakinya terluka. Darah mengering di pelipisnya. Viraj duduk di sampingnya, menggenggam kapas yang dibasahi air mineral dan perlahan mengusap luka di wajah Varsha.

“Kenapa kamu segila ini…” gumamnya. “Demi satu gadis, kamu nyaris mati.”

Saat tangan Viraj menyentuh luka di dahi Varsha, kelopak mata perempuan itu bergerak. Ia menggeliat lemah. Nafasnya berat. Perlahan, matanya terbuka, dan yang pertama ia lihat adalah wajah Viraj yang sedang mengobatinya. “Jangan bergerak,” kata Viraj tanpa menatap matanya. “Lukamu cukup parah.”

Varsha menepis tangan Viraj dengan pelan namun keras kepala. “Aku bisa sendiri,” desisnya, menahan rasa sakit. Viraj mengabaikan keras kepala Varsha. “Diam dan duduk. Kamu sudah cukup menyusahkan.”

“Terserah mu,” jawab Varsha, menunduk.

Namun tiba-tiba, nada Viraj meninggi. “Apa yang kau pikirkan, Varsha?! Kau datang ke sini bukan untuk jadi pahlawan. Kau hampir mati!” Varsha mendongak dengan tatapan terluka. “Kau tahu apa akibat dari ulahmu tadi? Kita baru saja tiba, belum sempat menelusuri apa-apa. Apa kau ingin mengorbankan penyelidikan hanya demi seorang gadis yang bahkan tak kau kenal!”

“Dia butuh bantuan,” ucap Varsha tegas. “Dan aku tak akan tinggal diam saat seorang perempuan diseret dan dipukul oleh orang-orang yang seharusnya melindunginya, " sambung Varsha.

“Dan karena itu kau rela mati?!” bentak Viraj. “Apa kau pikir Mahi akan baik-baik saja melihatmu sekarat?!” Mahi yang duduk di luar mobil mendengar suara tinggi itu. Ia membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam.

“Hentikan ayah!” serunya dengan suara kecil namun jelas. “Kak Varsha tidak salah! Dia cuma mau menyelamatkan perempuan itu!”

Viraj menoleh tajam ke arah putrinya. "DIAM! Jangan ikut campur!”

Mahi terdiam seketika. Matanya berkaca-kaca. Ia menunduk dan keluar dari mobil dengan wajah menangis. “VIRAJ!” seru Varsha keras, memutar tubuhnya dengan rasa sakit di perutnya. Jagad dan Bose yang menunggu di luar menoleh ke arah Varsha dan Viraj dengan wajah cemas.

“Jagad, Bose,” ucap Varsha keras sambil menahan sakit, “Bawa Mahi menjauh. Sekarang.” Keduanya segera mengajak Mahi ke bawah pohon sambil mencoba menenangkannya.

“Kau berani membentak putrimu sendiri?!"

Varsha kembali menatap Viraj. “Kau lupa bahwa Mahi adalah anakmu, bukan tahanan mu! Jangan kau limpahkan amarahmu padanya!”

Viraj terdiam. Matanya mulai melembut, seakan sadar ia telah melewati batas. Varsha menatapnya tajam. “Aku tak hanya datang untuk mencari gadis-gadis yang hilang, Viraj. Aku datang untuk menyuarakan suara untuk mereka yang dibungkam. Mereka yang dipukul karena melawan. Mereka yang dipaksa diam. Mereka yang tak pernah mendapat kesempatan untuk memilih.”

Viraj tak bisa berkata apa-apa.

“Aku tidak minta kau mengerti. Tapi jangan pernah menghentikan ku,” ucap Varsha lirih. Ia berusaha berdiri, namun tubuhnya masih gemetar. Viraj refleks menangkap tubuhnya sebelum jatuh.

“Lepaskan aku!” bentak Varsha.

Viraj menahan pergelangan tangannya. “Maaf...”

Varsha menepis tangan Viraj dengan sisa tenaganya, lalu keluar dari mobil dan berjalan tertatih ke arah Mahi. Terlihat Mahi duduk memeluk lutut, wajahnya sembab. Jagad dan Bose berdiri di dekatnya dengan wajah canggung. Varsha menghampirinya, lalu berlutut dan memeluk Mahi erat.

“Maafkan ayahmu, Mahi,” bisik Varsha. “Dia sangat menyayangimu. Dia sedang marah padaku, dan tidak sengaja memarahi mu.” Mahi tidak menjawab apa-apa. Dalam diamnya, mendadak Mahi berbisik pelan, “Aku merindukan ibuku.” Kalimat itu menusuk Varsha. Ia mempererat pelukannya. Air matanya tak jatuh, tapi matanya berkaca-kaca. "Sudah. Jangan sedih ya. Ada kakak di sini." Dari kejauhan, Viraj berdiri mematung. Untuk pertama kalinya, ia melihat putrinya menangis bukan karena rasa takut... tapi karena rasa kehilangan yang belum pernah ia sembuhkan.

1
sknrts
heh??? daddy??😭🙏🏻
angradarma
Dek. lu masih ingat gua gak?
angradarma
KEJUTAN ANJAY
Yeonjun’s wife
HERNANDES IS BACK
Yeonjun’s wife
WHAT— ini serius atau borongan?!??
Yeonjun’s wife
Langsung ingat karakter Arjun Sarkar😭🙏
Yeonjun’s wife
Ceritanya seru, aku suka banget terutama untuk karakter Varsha😍👍keren abizzzzz, btw semangat buat author udh buat karya sekeren ini. Tetap jaga kesehatan tor, wi lop yu 😘🔥
angradarma
Sejauh ini ceritanya seru banget. Penulisan rapi, dan mudah di mengerti. Tinggal typonya aja yang di perbaiki lagi ya tor😁btw suka juga sama alur ceritanya yang menceritakan tentang wanita2 hebat♥️semangat terus tor.
angradarma
makin seru aja nih. lanjut dong tor🙏
angradarma
LANJUT PLEASE. MANA BOLEH LAGI SALTING GINI DI POTONG!🙄
satya
Good job👍🔥
Doni Nanang
keren lanjutkan..
jangan lupa mampir ya kak...
Yeonjun’s wife
LANJUT PLEASE
Yeonjun’s wife
KETEN BANGET🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!