Penampilan Yanuar yang bersahaja membuat Amanda senang menatap Yanuar. Tanpa sengaja Amanda sering bertemu dengan Yanuar.
Sinta ibu kandung Amanda tidak tahu kalau putri bungsunya sedang jatuh cinta pada seorang duda. Ia mengatur kencan buta Amanda dengan Radit. Sebagai anak yang baik, Amanda menyetujui kencan buta dengan Radit. Namun, alangkah terkejutnya Amanda ternyata kencan buta itu bertempat di restoran hotel tempat Yanuar bekerja.
Akhirnya Sinta mengetahui Amanda sedang dekat dengan seorang duda. Ia tidak setuju putrinya menjalin kasih dengan Yanuar. Sinta berusaha menjauhkan Amanda dari Yanuar dengan cara memperkenalkan orang yang satu tipe dengan Yanuar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deche, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22.
“Saya menjaga perasaan Mbak Amanda,” kata Yanuar dengan tenang. Ia memilih untuk mengalah dan bersabar menghadapi serangan Sinta.
“Bagaimana dengan putrimu? Siapa namanya?” tanya Sinta. Ia lupa nama anak Yanuar.
“Yulia,” jawab Yanuar.
“Bagaimana dengan Yulia? Apa dia mau menerima Amanda sebagai ibu sambung?” tanya Sinta sekali lagi sambil menatap wajah Yanuar.
“Saya belum tahu, Bu. Saya tidak mau berandai-andai karena semuanya belum jelas. Jadi saya belum mengatakan kepada Yulia,” jawab Yanuar dengan tenang.
“Saya tidak mau Amanda selalu ribut dengan anak sambungnya. Saya ingin pernikahan Amanda membuat Amanda selalu tersenyum, bukan selalu menangis!” ujar Sinta dengan tegas. Yanuar hanya diam mendengar perkataan Sinta.
Yanuar hanya bisa pasrah jika Sinta melarang Amanda menjalin kasih dengannya. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anak-anaknya. Ia juga akan melakukan hal yang sama kepada putrinya.
Dua orang pelayan restaurant datang membawa pesanan makanan mereka. Makanan itu di letakan di atas meja. “Kita makan dulu. Nanti kita lanjutkan lagi perbincangan kita,” ujar Sinta.
Sinta memegang sendok dan garpu lalu menyantap makanannya. Yanuar memandangi makanan di depannya yang nampak menggugah selera. Perutnya sudah sangat lapar. Hanya saja setelah mendengar perkataan Sinta, Yanuar menjadi tidak selera makan.
Yanuar ingin pergi dari hadapan Sinta, tetapi ia tidak bisa melakukkan hal itu. Karena Sinta adalah ibu kandung Amanda. Walaupun perkataan Sinta sudah menyinggung perasaannya, tetapi ia harus tetap bersikap santun dan hormat kepada Sinta.
Yanuar pun memaksakan diri untuk makan. Jangan sampai sudah tidak mendapat restu dari Sinta, ia juga jatuh sakit karena tidak makan malam. Rasa sakitnya jadi berkali lipat. Sinta mengunyah makanannya sambil memperhatikan Yanuar yang sedang makan. Yanuar nampak makan dengan tidak berselera.
Akhirnya Yanuar menghabiskan makanannya. Sinta menawarkan dessert kepada Yanuar. Namun, Yanuar menolak dengan alasan sudah kenyang. Ia lebih memilih untuk memesan kopi untuk menenangkan pikirannya. Sinta juga memesan kopi.
“Kapan kamu akan melamar Amanda?” tanya Sinta.
Yanuar terkejut mendengar pertanyaan Sinta. Ia berusaha mencerna pertanyaan Sinta. Ia takut salah memahami pertanyaan Sinta.
“Maksud Ibu apa?” Yanuar malah balik bertanya.
“Saya tanya, kapan kamu akan melamar Amanda kepada saya dan Bobby?” Sinta mengulang pertanyaannya dengan tegas.
Yanuar menelan ludah mendengar perkataan Sinta. Perasaannya campur aduk antara terkejut, senang dan takut. Terkejut karena ia tidak menyangka Sinta akan memberi restu. Padahal Yanuar sudah menyangka Sinta tidak akan merestuinya menjadi menantu Sinta.
Ia senang karena ia bisa menjadi calon suami Amanda. Amanda adalah tipe gadis yang diidamkan oleh semua pria. Cantik, pintar, rendah hati dan berasal dari keluarga kaya raya.
Namun, Yanuar takut kalau ia tidak bisa membahagiakan Amanda. Bobby dan Sinta pasti tidak akan tinggal diam jika melihat Amanda sedih dan menangis setelah menjadi istrinya.
Sinta memandangi Yanuar. Yanuar belum mengatakan apapun. “Apa kamu memang tidak serius dengan putri saya? Kamu pasti cuma mau mempermainkan perasaan putri saya,” ujar Sinta dengan nada curiga.
Mendengar perkataan Sinta, Yanuar pun tersadar. “Tidak, Bu Sinta. Saya sangat serius dengan putri Ibu. Hanya saja saya minta waktu untuk membicarakan hal ini dengan putri saya. Seperti yang Ibu ketahui Yulia tidak tahu kalau Amanda sedang mendekati saya,” jawab Yanuar.
“Oke. Saya beri kamu waktu, tapi jangan terlalu lama!” ujar Sinta dengan tegas.
“Baik, Bu,” jawab Yanuar.
Kopi yang mereka pesan pun datang. Mereka meminum kopi sambil berbincang-bincang. Banyak yang ingin Sinta ketahui dari calon menantunya. Sebenarnya, ia sudah mengetahui tentang Yanuar dari detektif yang ia sewa. Namun, ia ingin mengetahui apakah Yanuar berkata jujur atau tidak.
Setelah kopi mereka habis mereka pun memutuskan untuk pulang. Sinta dan Yanuar berpisah di depan pintu lift. Sinta naik lift menuju ke lantai atas sedangkan Yanuar naik lift yang menuju ke basement. Lift Yanuar lebih dulu datang.
“Saya duluan, Bu. Assalamualaikum,” ucap Yanuar. Yanuar melangkah masuk ke dalam lift.
“Waalaikumsalam,” jawab Sinta sambil memandangi Yanuar yang masuk ke dalam lift. Pintu lift pun tertutup dan lift bergerak turun ke lantai basement.
***
Amanda sedang menggendong Alvina sambil mencium-cium wajah Alvina. Bayi itu tertawa terkekeh-kekeh karena geli. Bermain dengan adik sambungnya adalah salah satu hiburan Amanda setelah lelah belajar. Sungguh suatu kebahagiaan untuknya, di usianya yang sudah dewasa ia memiliki adik bayi. Selama ini dia anak bungsu, ia sering merasa kesepian karena tidak punya adik.
Tiba-tiba telepon seluler milik Amanda yang berada di atas meja berdering. Amanda berhenti menciumi wajah Alvina lalu mengambil telepon seluler yang berada di atas meja. Di layar telepon tertulis ‘Mama calling.’
“Ada apa lagi, sih?” tanya Amanda dengan kesal.
Claudia yang sedang duduk di sebelah Amanda langsung menoleh ke telepon seluler Amanda. Ia tidak bisa membaca tulisan di layar telepon karena tulisannya tidak terlihat dengan jelas. “Siapa yang nelepon?” tanya Claudia.
“Mama Sinta,” jawab Amanda dengan kesal.
Claudia menoleh ke anak sambungnya, wajah Amanda terlihat kesal. Ia tidak suka Sinta meneleponnya. “Nggak boleh begitu sama Mama Sinta! Jawab teleponnya!” ujar Claudia. Claudia tahu Amanda kesal sama Sinta karena beberapa hari yang lalu dipaksa kencan buta lagi.
“Bagaimana kalau Mama Sinta menyuruh kencan buta lagi?” tanya Amanda dengan kesal.
“Ikuti saja kemauan Mama Sinta. Mama Sinta menyuruh kencan buta dengan anak temannya karena ingin anak mendapatkan jodoh yang terbaik,” jawab Claudia sambil mengupas buah pir.
“Kok Mama jadi membela Mama Sinta, sih?” tanya Amanda dengan nada kecewa.
Claudia menghela napas. Ia harus bersikap tenang menghadapi Amanda. Jangan sampai Amanda sudah kecewa dengan ibu kandungnya, kecewa juga dengannya. “Mama ingin Amanda bersikap santun kepada Mama Sinta. Kalau kamu tidak suka dengan kencan buta, tinggal kamu katakan kepada teman kencanmu bahwa kamu sudah punya kekasih. Sudah beres, tidak akan ada kencan buta lagi,” jawab Claudia.
Amanda langsung tersenyum mendengar jawaban Claudia. lalu ia mencium pipi Claudia. “Terima kasih, Ma,” ucap Amanda.
“Ade sama Papa dulu, ya. Mbak mau jawab telepon Mama Sinta.” Amanda menggendong Alvina, ia membawa Alvina mendekati Bobby yang duduk di sebelah Claudia.
“Pa, gendong Ade dulu. Amanda mau jawab telepon Mama.” Amanda memberikan Alvina kepada Bobby. Alvina tertawa ketika berada di gendong Bobby. Bobby pun mengajak Alvina bermain.
Telepon Amanda masih terus berdering, Amanda pun menjawab telepon dari Sinta. “Assalamualaikum, Ma,” ucap Amanda.
“Wa’alaikumsalam. Kamu dari mana? Kok, lama sekali menjawab telepon Mama?” Suara Sinta terdengar kesal karena harus menunggu lama.
“Tadi Amanda lagi ajak main Alvina jadi tidak mendengar suara telepon,” jawab Amanda singkat. Ia tidak mau menjelaskan dengan panjang.
“Ada apa Mama nelepon Amanda?” tanya Amanda langsung.
“Begini, Amanda. Kamu masih ingatkan dengan anak teman Mama yang bernama Reza yang kemarin Mama suruh kamu kencan buta sama dia?” tanya Sinta.
.
.
Hai pembaca, terima kasih mengikuti cerita Amanda dan Yanuar. Semoga saja mau membaca hingga novel ini tamat.
Hari ini Deche cuma update 1 bab saja. Terima kasih atas pengertiannya.
lha wong sampeyan aja "samen leven" laki² yg bukan mahrom gitu lho /Sweat/