Ini adalah kisah Si pemeran antagonis di dalam sebuah novel. Wanita dengan sifat keras hati, kejam, dan tidak pernah peduli pada apapun selama itu bukan tentang dirinya sendiri.
Seperti pemeran antagonis dalam sebuah cerita pada umumnya, dia ada hanya untuk mengganggu Si protagonis.
Tujuan hidupnya hanya untuk mengambil semua yang dimiliki Si protagonis wanita, harta, karir, kasih sayang keluarganya, bahkan cinta dari protagonis pria pun, ingin ia rebut demi misi balas dendamnya.
"Aku akan mengambil semua yang Karina dan Ibunya miliki. Aku akan membuat mereka menanggung karma atas dosa yang meraka perbuat pada Ibuku!" ~ Roselina ~
"Apa yang kau lakukan itu, justru membuat mu mengulang kisah Ibu mu sendiri!" ~ Arsen ~
"Ternyata, laki-laki yang katanya pintar akan menjadi bodoh kalau sudah berpikir menggunakan perasaannya, bukan otaknya!" ~ Roselina ~
Akankah Roselina Si wanita yang tak percaya dengan yang namanya cinta itu akan berhasil membalaskan dendamnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tolong jaga dia untukku
"Apa kau sudah mengambil keputusan?" Baru juga Arsen turun untuk sarapan, tapi Ibunya sudah menodong jawaban.
Semalam Arsen bahkan tidak bisa tidur karena ancaman dari Rose. Wanita itu benar-benar bisa membuatnya gila. Rose tau kelemahan Arsen adalah Karin. Dia pinter mencari celah hingga membuat Arsen tak bisa berkutik.
"Pikirkan baik-baik Arsen. Apa yang akan terjadi jika orang lain tau kalau..."
"Terserah Ibu!" Potong Arsen dengan cepat.
Arsen merasa curiga kalau Ibunya dan juga Rose bekerja sama karena Ibunya seakan mengancam Arsen dengan cara yang sama.
"Kau memilih pilihan yang tepat sayang!" Celine tersenyum hangat menatap putranya.
"Kalau begitu, besok malam kita akan langsung datang ke rumah keluarga Martinez untuk melamar Rose!" Julia begitu antusias karena perjodohan yang selama ini belum terlaksana akan terjadi juga.
"Apa harus secepat itu Nek?"
"Tentu saja, lebih cepat lebih baik. Kalau perlu, sebelum aku meninggal, aku sudah bisa melihat cicitku lahir ke dunia ini!" Julia begitu senang membayangkan menggendong cicit diusia senjanya.
"Itu mustahil!" Gumam Arsen sembari berbalik meninggalkan ruang makan.
"Arsen, kau tidak sarapan dulu?" Seru Celine karena putranya sudah menjauh.
Bagaimana mungkin Arsen bisa makan dikondisi saat ini. Punya selesa makan pun tidak sama sekali.
Arsen meminta asistennya untuk mengarahkan mobilnya menuju ke perusahaan Martinez. Yang harus ia lakukan saat ini adalah bertemu dengan Karin. Meski dia tidak tau bagaimana caranya dia mengatakan semuanya pada kekasihnya itu. Tapi saat ini dia ingin sekali melihat wajahnya kekasihnya itu.
Saat Arsen tiba di perusahaan keluarga Martinez itu, tanpa sengaja bersamaan dengan kedatangan Rose dan Boy, asisten lemah gemulai yang selalu menemani Rose kemana saja.
Mereka berdua sempat beradu pandang penuh kebencian sebelum Rose memutusnya lebih dulu memasuki lift. Wanita itu masih seperti biasa, angkuh, dingin dan acuh tak acuh. Meski begitu, Rose justru telihat misterius dan membuat siapapun semakin penasaran. Ditambah wajah cantiknya yang menawan ditambah rambut panjang sebatas pinggang yang membuat Rose semakin terlihat cantik, sekarang menjadi daya tarik tersendiri.
"Sayang!" Kedatangan Arsen tampak mengejutkan Karin yang sudah duduk damai di dalam ruangannya.
"Kenapa kamu ke sini?" Yang Arsen sukai, walau dalam keadaan semarah apapun, atau dalam keadaan yang begitu melukai hatinya pun, Karin tetap bersikap begitu lembut.
"Sayang, untuk keadaan kita saat ini, sepertinya wajar sekali aku ke sini!" Arsen langsung mendekat pada Karin.
"Kamu benar, ada hal yang ingin aku sampaikan juga!" Karin beranjak dari kurusnya, dan mengajak Arsen untuk duduk di sofa.
"Apa yang ingin kamu sampaikan?" Tanya Arsen lebih dulu.
Karin sempat menatap Arsen begitu dalam untuk beberapa detik.
"Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubungan kita!"
Arsen benar-benar terkejut. Meski tujuannya datang menemui Karin adalah untuk memberi tahu tentang keputusannya, namun mendengar hal itu lebih dulu dari Karin tentu saja membuatnya terkejut. Rasanya benar-benar tak rela, namun harus merelakan.
"Sayang, aku..."
"Ikuti apa kata keluargamu. Aku yakin itu yang terbaik!" Karin menunduk menyembunyikan air matanya.
"Aku sudah lelah Arsen. Aku lelah dengan semua ini. Hinaan dari orang di luaran sana, bahkan dari Kakakku sendiri yang aku terima setiap hari. Aku lelah harus terus-terusan mengalah karena rasa bersalah. Aku ingin terbesar, aku ingin mendapatkan apa yang aku inginkan tanpa harus menyerahkan semuanya pada Kakakku. Aku ingin seperti dirinya yang bebas melakukan apa saja!" Karin menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Punggungnya mulai bergetar seiring dengan suara tangisannya yang mulai terdengar.
Arsen meraih bahu Karin dan membawanya bersandar pada dadanya. Dia tak tahan lagi melihat kekasihnya seperti itu.
"Aku lelah Arsen, aku lelah!"
"Maafkan aku karena aku tidak bisa berbuat apa-apa!" Arsen merasa menjadi pria pengecut kali ini. Dia tidak bisa berbuat apa-apa karena mendapat ancaman dariberbagai sisi.
Karin langsung menjauh ketika mendengar kata maaf dari Arsen.
"Tidak, aku tau kamu berada dalam pilihan yang sulit. Aku paham keadaan mu, jadi jangan salahkan dirimu!"
Arsen mencakup wajah Karin dan menghapus air mata yang membasahi wajah lembut itu. Siapa yang tidak ingin mempersunting wanita baik hati seperti Karin. Kalau wanita lain, pasti sudah marah dan memaki. Bahkan tidak akan rela jika kekasihnya menikah dengan orang lain bahkan Kakaknya sendiri.
"Apa yang harus aku lakukan saat ini, aku bingung. Aku ingin bersamamu, tapi aku tidak ingin membuatmu terluka jika terus bersamaku!" Arsen sangat frustasi memikirkan hal ini.
"Lakukan hal yang seharusnya kamu lakukan, sesuai dengan keinginan keluargamu. Tapi aku mohon padamu, setelah kita benar-benar selesai, tolong jaga dia untuk ku dan Ibuku!"
Arsen menatap mata Karin dengan dalam, dia tidak mengerti apa maksud Karin.
"Apa maksud mu?"
"Aku sudah lelah menghadapi semua ini. Aku tidak mampu menghadapinya sendiri. Jadi tolong, setelah kalian menikah, jaga dia. Jangan biarkan dia melukai Ibuku lagi. Jangan biarkan dia berbuat sesukanya lagi. Aku dan Ibu sudah benar-benar lelah. Rasanya sudah cukup kami bersabar selama ini. Sudah cukup bagiku untuk mengalah karena rasa bersalah. Jadi tolong aku, Arsen. Aku mohon!" Karin mengusap tangan Arsen yang masih mencakup wajahnya.
Arsen sendiri melihat keputusasaan dimata Karin saat ini.
"Baiklah, aku berjanji padamu. Aku akan menjaganya dengan baik agar dia tidak mengganggumu lagi. Aku juga ingin melihat mu dan Ibumu bahagia!"
Lagi-lagi Arsen harus menekan egonya. Ancaman dari Rose dan Ibunya, dan sekarang permintaan dari Karin yang tak bisa ia tolak karena itu demi kebahagiaannya.
Mungkin memang dengan cara menikahi Rose, dia bisa melihat Karin hidup bebas dan mendapatkan apapun yang Karin inginkan.
Meski nanti Arsen tidak bahagia dalam pernikahannya bersama Rose, namun setidaknya Arsen bisa melihat Karin bahagia. Mungkin, kali ini Arsen harus memiliki kisah percintaan tragis yaitu, cinta tak harus memiliki.
Brak...
Arsen membuka pintu ruangan milik Rose dengan cukup keras hingga membuat pemilik ruangan itu langsung menatap ke arahnya. Anehnya, wanita Rose tidak menunjukkan raut wajah terkejut sama sekali.
"Siapa yang mengijinkan mu masuk?!" Rose menatap tajam Arsen yang tiba-tiba saja masuk ke dalam ruangannya tanpa mengetuk pintu, bahkan cenderung tidak sopan karena membuka pintunya dengan cukup keras.
Arsen membalas tatapan mata penuh dengan kebencian itu dengan tajam.
"Ayo kita menikah!"
Senyum miring langsung tercetak jelas dari bibir merah semerah kelopak mawar milik Rose. Dia seolah sedang bersorak saat ini karena rencananya benar-benar berhasil.
"Baiklah, sesuai dengan keinginan mu Tuan!"
blm sadarkahhh????!!