NovelToon NovelToon
Lihatlah Aku Dari Nirwana

Lihatlah Aku Dari Nirwana

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Duda / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Beda Dunia / Cinta Murni / Slice of Life
Popularitas:719
Nilai: 5
Nama Author: indrakoi

Nael, seorang notaris kondang, tenggelam dalam kesedihan mendalam setelah kepergian istrinya, Felicia. Bermodalkan pesan terakhir yang berisi harapan Felicia untuknya, Nael berusaha bangkit dan menjadi pribadi yang lebih baik. Meski kehidupannya terasa berat, ia tidak pernah menyerah untuk membenahi diri seperti yang diinginkan oleh mendiang istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indrakoi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 21: Pelanggan Dikala Sepi

“Pak Nael…! Pak Nael…! Bangun, Pak Nael!” Tahsya membangunkanku yang nggak sengaja terlelap saat sedang menunggu client.

“Hoahemm…. Udah ada pelanggan. Ya?” Tanyaku sambil menguap lebar.

“Belum ada, sih. Tapi, kalau anda tetap tidur di sana pas client kita datang, itu bakalan bikin kesan yang buruk terhadap kantor notaris kita.” Balas Michelle yang muncul dari arah belakang, sembari membawa beberapa kertas bekas untuk dibuang di tong sampah dekat pintu.

Karena belum ada satupun pelanggan yang datang hingga siang hari ini, aku sampai tertidur pulas di sofa ruang tunggu sebab tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Asal kalian tahu, minggu ini adalah minggu yang paling sepi sejak aku membuka kembali kantor ENF Public Notary beberapa bulan yang lalu.

Jika dihitung secara kasar, rata-rata pelanggan yang datang per-harinya sepanjang minggu ini cuma sekitar 3 orang saja. Padahal, ketiga anak magangku nggak pernah menunjukkan penurunan performa selama mereka bekerja. Baik Michelle, Tahsya, maupun Meilani, semuanya menunjukkan performa terbaiknya selama melayani pelanggan.

“Ahh… Bosen banget! Kenapa, ya, belakangan ini kok nggak ada banyak client yang dateng? Aku jadi bingung, nih, mau ngapain sekarang.” Keluh Tahsya, sambil mondar-mandir mengelilingi ruangan.

“Mending kau live streaming di TikTok aja biar ada kerjaan. Setidaknya itu bakal ngilangin rasa bosenmu karena kita masih belum dapat pelanggan sampai siang hari ini.” Usulku dengan nada malas pada Tahsya, sambil menghidupkan TV untuk menonton berita harian.

“Tapi aku kan udah live streaming kemarin… Masa hari ini juga live streaming juga, sih…” Balasnya dengan nada yang terdengar seperti bocah bandel.

“Kalau gitu, mending kau baca buku sama Meilani di ruang arsip biar ada kerjaan.” Ucapku menawarkan solusi yang jelas nggak akan dipilih oleh Tahsya.

“Hehehe, kayaknya aku mau live aja, deh!” Balasnya menolak, sambil berlari ke front office untuk mengambil handphonenya.

Hah… Anak-anak zaman sekarang emang udah dikit banget yang punya minat buat baca buku. Bahkan, orang jenius seperti Michelle—yang notabene lebih unggul dari Meilani dalam berbagai aspek—benar-benar jarang banget kelihatan baca buku.

Namun, yang paling mengherankan adalah orang-orang dengan intelektual rendah seperti Tahsya justru lebih digemari oleh publik. Sebagai informasi, Tahsya punya banyak sekali pengikut di berbagai akun sosial medianya hanya karena kelakuan bodohnya itu terkesan lucu bagi netizen. Sementara, Meilani yang sudah merilis berbagai karya tulis, malah tidak mendapatkan perhatian sebanyak itu dari orang-orang. Makin ke sini, rasanya dunia kita semakin mendekati kehancuran saja, ya.

*Jeglek!* “Permisi…”

Di saat pikiranku yang sedang terhanyut dalam lamunan, tiba-tiba ada dua orang pria berbadan gemuk yang membuka pintu depan secara perlahan-lahan. Sontak, aku langsung berdiri dan memperbaiki penampilanku yang baru saja bangun tidur.

“Selamat siang, ada yang bisa saya bantu?” Sapaku kepada mereka berdua, sambil memperbaiki dasi yang masih belum rapi.

“Ah, iya. Kami berdua ingin mengesahkan dokumen perjanjian bisnis ini.”

...***...

Akhirnya, setelah menunggu dari pagi hingga siang hari, kami kedatangan client yang ingin melakukan pengesahan perjanjian bisnis. Dua orang gemuk yang menjadi pelanggan itu pun langsung kuajak ke ruang kerja untuk melakukan pengesahan dokumen mereka.

Sebenarnya, pekerjaan kali ini sangatlah mudah untuk dikerjakan. Aku cuma perlu memberikan cap dan tanda tangan pengesahannya, lalu mereka berdua bisa pulang ke rumah masing-masing. Tapi, untuk menghindari kesalahan-kesalahan merepotkan seperti sebelumnya, aku harus mengecek isi dari setiap dokumen yang diserahkan oleh mereka berdua.

Setelah membaca setiap kata yang tertulis pada dokumen perjanjiannya, ada sebuah kejanggalan kecil yang membuatku merasa sedikit curiga. Perjanjian ini sama sekali tidak menjelaskan secara spesifik mengenai bisnis yang akan mereka jalankan. Tapi, apalah daya aku tidak bisa menanyakan mengenai hal tersebut, sebab kode etik notaris melarang untuk mencampuri urusan pribadi client.

Karena tidak punya pilihan lain, aku kemudian memberikan cap pengesahan pada dokumen tersebut, serta menuliskan tanda tanganku sebagai notaris yang telah menyaksikan sahnya perjanjian bisnis mereka berdua.

“Bapak Daniel Cahyadi?” Ucapku memanggil, sambil melirik mereka berdua secara bergantian.

“Saya sendiri, Pak.” Jawab pria gemuk dengan kemeja flanel warna merah yang duduk di sebelah kanan.

“Silahkan tanda tangan di sini, Pak.” Setelah Daniel Cahyadi telah menandatangani bagiannya, tanganku kemudian menyeret lembaran dokumen itu dengan lembut untuk diberikan pada rekannya yang mengenakan kaos polo berwarna putih.

“Bapak Martin Setiadi, silahkan tanda tangan di sini.” Ucapku sambil menunjukkan bagian yang harus ditandatanganinya.

“Baiklah!” Martin Setiadi pun langsung menuliskan tanda tangannya pada bagian yang aku tunjukkan tadi.

Setelah semuanya selesai, aku kemudian memasukkan dokumen tersebut ke dalam sebuah stopmap, lalu menyerahkannya pada Michelle untuk dibuatkan salinannya.

“Tolong buatkan rangkap 3 aja, Chel.” Ucapku pada Michelle, sambil menyerahkan dokumen itu kepadanya.

“Baiklah, mohon ditunggu sebentar, ya.” Balas Michelle dengan senyuman yang ramah, sambil pergi meninggalkan ruangan untuk membuat salinan dokumen tersebut.

Tepat setelah Michelle pergi, Daniel Cahyadi perlahan-lahan mengeluarkan sebuah amplop tebal dari dalam tas selempangnya. Well, kita semua tahu kalau di dalamnya itu berisi uang yang sangat banyak.

“Berapa biaya untuk pengesahan tadi, ya, Pak Nael?” Tanya Daniel dengan nada lembut yang terkesan sangat ramah.

“Sebentar, ya, Pak.” Jawabku sambil merogoh kertas yang ada di dalam laci, untuk menulis perhitungan biayanya berdasarkan perjanjian yang telah disahkan tadi. “Berikut biayanya, Pak.” Ucapku sambil menyerahkan perhitungan tersebut.

Daniel pun langsung menghitung setiap lembar uangnya dengan cepat, lalu menyerahkannya kepadaku. “Ini bayaran anda, Pak. Terima kasih banyak udah mau membantu kami.” Ujarnya dengan nada yang penuh ketulusan. Asli, hatiku lumayan tersentuh karena ini adalah pertama kalinya ada pelanggan sebaik dia setelah sekian lama.

“Sama-sama, Pak. Makasih banyak udah mau mampir ke kantor saya.” Balasku sambil menerima uang tersebut.

Beberapa saat kemudian, Michelle akhirnya datang dengan membawakan salinan perjanjian tersebut untuk kami bertiga. “Maaf sudah membuat kalian menunggu!” Ucapnya sambil membagikan setiap salinan tersebut dengan cepat, dan tak lupa juga ia memberikan dokumen aslinya kepada Martin Setiadi dan juga Daniel Cahyadi.

Setelah semuanya beres, kami bertiga kemudian berdiri secara serentak, lalu menjabat tangan satu sama lain untuk mengakhiri pertemuan di siang ini.

“Terima kasih atas bantuan anda, Pak Nael. Kami merasa terbantu sekali berkat pertolongan yang anda berikan.” Ucap Daniel dengan menunjukkan senyum yang sumringah di wajahnya.

“Benar sekali! Kapan-kapan, mainlah ke tempat bisnis kami kalau anda sempat, ya!” Imbuh Martin dengan nada yang antusias, sambil menyerahkan kartu alamatnya kepadaku.

“Baiklah, aku akan ke sana kalau ada waktu senggang. Hati-hati di jalan, kalian berdua!”

...***...

Beberapa menit setelah Daniel dan Martin meninggalkan kantor ini, aku masih duduk termenung di ruang kerja untuk meredakan perasaan curiga terhadap mereka berdua. Pikiranku tiada henti-hentinya menebak mengapa kedua orang gemuk itu tidak menuliskan bisnis mereka secara spesifik dalam dokumen perjanjiannya. Apakah karena ada sesuatu yang disembunyikan di balik kata ‘bisnis’ tersebut?

“Permisi, Pak Nael.” Di tengah lamunanku, Michelle tiba-tiba masuk sambil membawa beberapa lembar kertas di tangannya. “Ini formulir penilaian performa kami untuk hari ini. Mohon untuk diisi, Pak.” Pintanya sambil menyerahkan kertas-kertas formulir itu.

“Oke, tunggu bentar, ya.” Aku kemudian menerima formulir tersebut, lalu mengisinya sesuai dengan performa ketiga anak magang itu hari ini. Saat sedang asik menulis, tiba-tiba mucul keinginan untuk menanyakan pendapat Michelle mengenai dokumen perjanjian milik Daniel dan juga Martin. Sepertinya, nggak ada salahnya jika aku meminta opini dari seorang mahasiswi hukum yang paling berbakat di Universitas Andawana.

“Michelle, ngomong-ngomong, kau nyadar ada yang mencurigakan nggak sama perjanjian tadi?” Tanyaku pada Michelle, sambil terus menulis.

“Yang mencurigakan? Apa, ya…” Gumamnya sambil terlihat mendongakkan kepala, seakan sedang mengingat-ingat isi dari perjanjian tersebut. “Oh, iya! Bisnis mereka nggak spesifik tertera di dalam perjanjian itu, kan, Pak?” Ucap Michelle dengan semangat begitu ia telah menemukan jawabannya.

“Betul sekali. Menurutmu apakah mereka sedang menyembunyikan sesuatu?” Tanyaku lagi untuk meminta pendapatnya.

“Hmm… Kayaknya aku masih belum bisa jawab karena belum ada bukti pasti yang bisa mendukungnya.” Jawab Michelle sambil menopang dagunya.

“Iya juga, ya.” Gumamku sambil merapikan formulir-formulir yang sudah diisi itu.

“Aku berencana ngajak kalian bertiga ke tempat bisnis milik Daniel dan juga Martin hari sabtu nanti. Tolong kau diskusikan dulu dengan Tahsya dan Meilani mengenai hal ini. Kalau kalian semua bisa ikut, maka kita akan pergi ke sana bersama-sama.” Ujarku sambil menyerahkan formulir itu pada Michelle.

“Baiklah, akan kami diskusikan terlebih dahulu. Terima kasih, Pak Nael!”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!