NovelToon NovelToon
AKU BUKAN USTADZAH

AKU BUKAN USTADZAH

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: ummu nafizah

"Aku Bukan Ustadzah" mengisahkan perjalanan Aisyah, seorang wanita sederhana yang dikenal taat dan aktif di lingkungan sosial keagamaan, namun selalu menolak disebut ustadzah. Ia merasa masih terus belajar dan takut gelar itu membuatnya terjebak dalam citra yang bukan dirinya. Di tengah aktivitas dakwahnya, hadir Khaerul—seorang pemuda tangguh yang dulu jauh dari agama namun kini berjuang menata hidup dengan semangat hijrah. Pertemuan mereka membawa dinamika antara prinsip, cinta, dan pencarian jati diri. Novel ini menyajikan konflik batin, perjuangan iman, dan ketulusan cinta yang tak selalu harus dimiliki namun untuk dimengerti.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ummu nafizah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Di Balik Sujud yang Panjang

Pagi itu, masjid kecil di tepi kampung dipenuhi suara lantunan ayat suci yang mengalun lembut dari mulut para santri. Aisyah duduk di saf belakang, menunduk dalam diam. Rasa gelisahnya tidak berkurang meskipun ia telah mengulang-ulang surah Yasin dalam hatinya. Buku lusuh dari Haji Aswad kini tersimpan di dalam tasnya, seperti bara yang belum padam.

Namun di tempat suci itu, segalanya terasa sedikit lebih ringan. Seolah lantai masjid menyerap kegelisahan yang melekat di tubuhnya. Khaerul duduk tak jauh darinya, berzikir dengan wajah teduh. Ia tak mengatakan banyak sejak semalam, tapi kehadirannya cukup untuk membuat Aisyah merasa tidak sepenuhnya sendiri.

Usai salat duha, Aisyah menyendiri di pojok masjid, menatap kitab tafsir yang terbuka di depannya. Di antara huruf-huruf arab yang indah itu, ia menemukan sebaris tafsir yang menusuk relung hatinya:

“Dan janganlah kamu sembunyikan kesaksian, karena barang siapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya hatinya berdosa.” (QS. Al-Baqarah: 283)

Air matanya menetes. Ayat itu terasa seperti bisikan dari langit, jawaban dari gelisah yang mengendap sejak ia membaca surat ayahnya. Dalam benaknya, ia mulai menyadari bahwa kebenaran bukan hanya untuk diungkap, tapi untuk ditegakkan dengan hikmah dan ketakwaan.

---

Setelah dzuhur, Aisyah kembali ke rumah Haji Aswad. Namun kali ini, ia tidak datang untuk menuntut jawaban, melainkan untuk memohon petunjuk.

"Pak Haji, bagaimana menurut Islam jika kita menyimpan rahasia yang bisa menyelamatkan tapi juga bisa menghancurkan?" tanyanya pelan.

Haji Aswad memandangnya lama, lalu mengangguk. "Rasulullah pernah bersabda bahwa menyampaikan kebenaran itu fardhu, tapi harus dengan cara yang tidak menimbulkan fitnah. Kau harus menimbang antara maslahat dan mudaratnya. Itulah jihadmu, Aisyah."

Kata-kata itu mengendap dalam hati Aisyah. Ia menyadari bahwa langkahnya tidak bisa gegabah. Rahasia itu seperti bara—bisa menjadi cahaya, tapi juga bisa membakar. Ia harus menjadi air, bukan bensin.

---

Malam itu, Aisyah menggelar sajadah lebih lama dari biasanya. Sujudnya penuh air mata, doanya panjang, seolah ingin membuka jendela langit. Ia meminta petunjuk, kekuatan, dan keberanian. Ia sadar, perjuangannya kini bukan hanya untuk membongkar masa lalu, tapi juga untuk menjaga masa depan.

Khaerul datang membawa kabar. Ada seseorang dari kota yang mengendus keberadaan catatan lama itu. Mereka harus berhati-hati.

"Tapi jangan takut," kata Khaerul. "Allah tidak pernah membiarkan hamba-Nya yang ikhlas berjuang sendirian."

Aisyah menatapnya. "Kalau begitu, kita harus lebih dekat dengan-Nya. Karena yang kita hadapi bukan hanya manusia, tapi juga bisikan-bisikan batin yang ingin menyeret kita kembali ke kegelapan."

Keduanya saling mengangguk. Malam itu, bukan hanya strategi yang mereka siapkan, tapi juga doa dan penguatan ruhani. Mereka tahu, misteri belum berakhir, tapi kini mereka punya senjata yang lebih kuat: iman yang tak mudah tergoyahkan.

Dan di langit malam, bintang-bintang seperti saksi bisu dari niat suci yang perlahan menyala di tengah gelapnya fitnah dunia.

---

Keesokan harinya, Aisyah kembali ke aktivitas rutinnya di rumah tahfidz. Ia mengajar anak-anak mengaji, mengoreksi tajwid mereka satu per satu, dan sesekali mengulas tafsir singkat agar pemahaman mereka lebih dalam. Wajah-wajah polos itu menjadi penguatnya, semacam pelita kecil yang mengusir kegelapan batinnya.

Di sela waktu istirahat, seorang anak perempuan kecil menghampirinya dan berkata, “Ustadzah, kenapa wajahnya hari ini bercahaya seperti habis dari surga?”

Aisyah tersenyum lirih, menunduk malu. “Mungkin karena Allah sedang membelai hati kita dengan rahmat-Nya,” jawabnya pelan.

Ia tahu, meski dirinya sering menyangkal sebutan 'ustadzah', tapi ada peran yang tak bisa ia hindari: menjadi pembimbing bagi yang lebih muda, menjadi contoh di saat orang lain kehilangan arah. Dan bisa jadi, itu adalah bagian dari takdir yang tak pernah ia pilih, namun tak bisa pula ia hindari.

Namun di balik keceriaan hari itu, Aisyah menyimpan firasat tak biasa. Seseorang mengawasinya dari kejauhan—seseorang yang bukan dari kampung ini. Bayangan itu muncul di sudut matanya, lalu menghilang secepat kilat.

Malam kembali datang, dingin menyelimuti. Aisyah duduk di tepi ranjang, kembali membuka surat lama itu. Tangannya bergetar, tapi kini bukan karena takut—melainkan karena tekad yang perlahan tumbuh kuat.

“Jika ini adalah bagian dari takdirku, maka aku akan menjalaninya dengan sabar, dengan iman, dan dengan seluruh kekuatan yang kupunya,” bisiknya dalam hati.

Ia lalu menutup surat itu dan mengambil mushaf di sisi ranjang. Ia membaca surah Al-Insyirah perlahan, ayat demi ayat mengalir seperti embun yang menyejukkan jiwa:

“Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan...”

Dan malam itu, meski bayangan misteri belum sepenuhnya sirna, cahaya keyakinan mulai menyinari jalan yang akan ditempuh Aisyah. Jalan yang tidak mudah, tapi penuh makna.

1
Armin Arlert
karya ini benar-benar bikin saya terhibur. Terima kasih thor banyak, keep up the good work!
nafizah: mohon dukungannya yaa
total 1 replies
Aono Morimiya
Aku jadi pengen kesana lagi karena settingan tempatnya tergambar dengan sangat baik.
Nana Mina 26
Membekas di hati
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!