NovelToon NovelToon
Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Masuk Ke Dunia Kultivasi Lebih Dahulu Dari Teman Sekelasku

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi / Fantasi Isekai / Time Travel / Sistem / Iblis
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: EGGY ARIYA WINANDA

Lu Changzu dan teman temannya terlempar ke dimensi lain, Namun Tanpa Lu Changzu sadari ia masuk ke dunia tersebut lebih awal dari teman teman sekelasnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EGGY ARIYA WINANDA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sekte Lembah Merah 6

Ruang hampa di atas reruntuhan Gunung Kabut Merah bergetar hebat. Langit yang sebelumnya gelap oleh awan tribulasi kini terbelah, menampakkan celah dimensi yang berputar perlahan seperti mata raksasa yang baru saja terbuka.

Dari dalam kegelapan Void itu, sebuah kaki melangkah keluar.

Quan Huaxi, Ketua Sekte Lembah Merah, kembali ke dunia fana.

Penampilannya telah berubah total. Keriput di wajahnya lenyap, digantikan oleh kulit yang kencang dan memancarkan cahaya giok kemerahan. Rambut putihnya yang tua kini hitam legam, berkibar ditiup angin astral. Aura yang memancar darinya bukan lagi sekadar panas api biasa, melainkan tekanan Emperor Tahap 9 Menengah yang begitu padat hingga membuat hukum alam di sekitarnya bertekuk lutut.

Di belakangnya, berjalan seorang pemuda berjubah hitam yang terbuat dari bayangan api. Wajahnya tenang, seolah-olah dia sedang berjalan-jalan di taman, bukan baru saja keluar dari dimensi kehampaan yang bisa merobek tubuh Grandmaster menjadi serpihan.

Sebelum mereka keluar sepenuhnya, Lu Changzu mengirimkan transmisi suara terakhir ke dalam jiwa Quan Huaxi. Suaranya dingin, otoritatif, namun mengandung nada peringatan yang tidak bisa dibantah.

"Dengar, Quan. Identitasku sebagai 'Utusan Alam Atas' adalah rahasia mutlak antara kau dan aku. Jika ada satu tikus pun di dunia ini yang tahu, itu akan memicu perang antar dimensi yang akan menghapus benua ini sebelum kau sempat berkedip. Di depan mereka, aku adalah murid jenius yang kau temukan. Paham?"

Quan Huaxi gemetar. Bukan karena takut pada musuh, tapi karena hormat pada "kebijaksanaan" tuannya. Dia mengangguk takzim tanpa menoleh.

"Hamba mengerti, Tuan Pengawas. Hamba akan membawa rahasia ini sampai ke kubur. Bagi dunia, Anda adalah keajaiban yang saya ciptakan. Bagi saya, Anda adalah Dewa."

Mereka melangkah keluar sepenuhnya.

BOOOOM!

Gelombang tekanan spiritual Quan Huaxi menyapu seluruh wilayah sekte. Ribuan murid dan pasukan Aliansi Great Ming yang masih berada di perbatasan merasakan dada mereka sesak. Burung-burung di udara jatuh. Awan-awan di langit buyar.

"Ketua Sekte!"

"Beliau kembali!"

Dari arah aula sementara, puluhan berkas cahaya melesat naik. Itu adalah para Tetua dan Tetua Agung.

Tetua Douma memimpin di depan. Wajahnya yang penuh luka bakar bersinar karena kegembiraan. Dia merasakan aura Quan Huaxi. Itu bukan sekadar kenaikan tingkat. Itu adalah metamorfosis. Di dalam aura Quan Huaxi, terdapat jejak-jejak samar Api Logam Kristal. Meskipun hanya setetes sisa residu yang tidak bisa diserap Lu Changzu, bagi standar dunia ini, itu adalah kekuatan pemusnah massal.

"Selamat, Ketua Sekte!" teriak Douma, berlutut di udara. "Aura Anda menutupi langit! Emperor Tahap 9! Lembah Merah akan berjaya selama sepuluh ribu tahun!"

"Selamat, Ketua Sekte!" seru puluhan tetua lainnya serempak.

Quan Huaxi menatap mereka dengan tatapan baru. Tatapan seorang raja yang baru menyadari betapa kecilnya kolam tempat dia tinggal. Dia mengangguk pelan, wibawanya mutlak.

"Bangunlah. Surga memberkati sekte kita hari ini."

Namun, keheningan canggung segera terjadi. Mata para tetua, yang tadinya tertuju pada Quan Huaxi, kini bergeser ke sosok di belakangnya.

Seorang pemuda. Berjubah murid dalam (meskipun telah dimodifikasi oleh aura), berdiri sejajar—bahkan sedikit di belakang—Ketua Sekte. Dan yang paling aneh, Ketua Sekte tidak memerintahkannya mundur.

Tetua Douma mengerutkan kening. Dia menyipitkan mata, mencoba mengingat wajah itu.

"Tunggu..." batin Douma. "Itu bocah yang dua bulan lalu mengikuti Qin Huolin dan Yanran saat aku memanggil semua Murid Inti ke aula sebelum pengasingan dimulai. Chang Zulu?"

Amarah Douma meledak. Dia merasa dihina. Seorang murid rendahan, kacung dari Murid Inti yang hilang selama dua bulan, berani menodai momen sakral ini dengan berdiri di samping Dewa Sekte.

"Kau..." Douma menunjuk Lu Changzu dengan jari gemetar. "Kau Murid Dalam yang mengekor Qin Huolin dua bulan lalu, kan?! Kenapa sampah sepertimu ada di sini?! Ini adalah wilayah udara suci para tetua! Berani-beraninya kau berdiri di belakang Ketua Sekte saat beliau baru saja menerobos?!"

Douma tidak mengenali Lu Changzu sebagai orang yang mempermainkannya di pelelangan (karena saat itu Lu Changzu di ruang VIP tertutup). Dia hanya melihat seorang murid kurang ajar yang seharusnya menjaga perbatasan atau sudah mati dalam perang.

"Turun kau, Binatang!" bentak Douma. Dia mengangkat tangannya, siap menampar Lu Changzu jatuh ke tanah untuk memberi pelajaran sopan santun.

Namun, sebelum tangan Douma bergerak...

PLAK!

Suara tamparan yang renyah dan keras menggema di langit.

Tubuh Tetua Douma, seorang Emperor Tahap 2 Awal, terlempar seperti layang-layang putus. Dia menghantam tebing gunung di kejauhan dengan kecepatan suara.

DUARR!

Tebing itu runtuh menimbunnya.

Para tetua lain ternganga. Mata mereka hampir keluar.

Yang memukul Douma... adalah Quan Huaxi.

Dan itu hanya kibasan tangan santai.

"Ke... Ketua Sekte?" Tetua Agung Qin Hua (Kakek Qin Huolin) tergagap. "Kenapa...?"

Dari reruntuhan tebing, Douma merangkak keluar dengan wajah bengkak dan berdarah. Dia tidak marah, dia bingung. Dia ketakutan. "Ketua... apa salah saya? Saya hanya ingin mengusir murid kurang ajar..."

Quan Huaxi menatap Douma dengan tatapan dingin yang menusuk tulang.

"Kurang ajar?" suara Quan Huaxi rendah, namun setiap suku katanya mengandung ledakan energi. "Douma, matamu sudah rabun karena usia tua? Atau karena kesombonganmu yang bodoh?"

Quan Huaxi menunjuk Lu Changzu dengan hormat.

"Buka mata anjing kalian lebar-lebar! Lihat ranah kultivasinya!"

Para tetua, yang tadinya mengabaikan Lu Changzu karena menganggapnya semut, kini memfokuskan persepsi spiritual mereka.

Dan seketika, wajah mereka memucat.

Aura yang memancar dari pemuda itu tenang, seperti danau hitam yang dalam. Tapi kepadatannya... pondasinya...

Ranah King - Tahap 1 Awal.

Dan usia jiwanya...

"Di bawah 20 tahun..." bisik Tetua Agung Li Zhun, kakinya gemetar. "Demi Langit... Di bawah 20 tahun dan sudah mencapai Ranah King?! Bahkan Shang Tian dari Sekte Demon Refining pun baru mencapai Master Tahap 9 di usia itu!"

"Monster..."

Douma melayang kembali dengan tertatih-tatih, darah menetes dari dagunya. Dia menatap Lu Changzu dengan horor dan kebingungan.

"Tuan Muda Lu..." Douma menelan ludah. "Dua bulan lalu... kau masih Master Tahap 3 saat berjalan di belakang Yanran... Bagaimana mungkin dalam waktu sesingkat itu...?"

Lu Changzu tersenyum. Senyum yang sopan, namun di mata Douma, itu adalah senyum misterius yang membuat bulu kuduknya berdiri.

"Berkat bimbingan Ketua Sekte," Lu Changzu membungkuk sedikit ke arah Quan Huaxi, memainkan perannya dengan sempurna. "Ketua Sekte melihat bakat saya yang terpendam. Beliau membawa saya ke dalam Void selama dua bulan ini, memurnikan tulang saya dengan sisa Api Logam Kristal, dan membimbing saya melewati batas fana."

"Saya hanyalah batu kali yang dipoles menjadi giok oleh tangan emas Ketua Sekte. Saya sangat berterima kasih."

Kata-kata itu merendah, tapi implikasinya mengerikan: Aku adalah orang pilihan Ketua Sekte. Menyentuhku berarti menampar wajah Ketua Sekte.

Quan Huaxi mengangguk, menyembunyikan rasa malunya (karena faktanya terbalik). Dia berdeham keras.

"Lu Changzu adalah masa depan sekte ini," umum Quan Huaxi, suaranya diperkuat ke seluruh penjuru lembah. "Bakatnya melampaui zaman. Kekuatannya setara dengan Tetua Agung. Mulai hari ini..."

Quan Huaxi melemparkan sebuah lencana emas murni dengan ukiran lima naga api ke arah Lu Changzu.

"Aku mengangkat Lu Changzu sebagai Tetua Agung Kelima Sekte Lembah Merah!"

Hening.

Tidak ada yang berani membantah. Di dunia kultivasi, kekuatan adalah hukum. Seorang King berusia 20 tahun? Itu bukan manusia. Itu aset strategis.

"Kami memberi hormat pada Tetua Agung Lu!" seru Qin Hua, Li Zhun, dan Quan Xisha (Paman Ketua Sekte) serempak. Mereka adalah rubah tua. Mereka tahu kapan harus menjilat.

Douma, dengan wajah bengkak, juga menunduk dalam-dalam. Dia masih bingung, tapi dia tidak bodoh. "Hormat... Hormat saya, Tetua Agung Lu. Maafkan mata buta saya."

Lu Changzu menangkap lencana itu. Dia memainkannya di jari-jarinya.

"Tidak perlu sungkan, Rekan Tetua," katanya ringan. "Saya masih muda. Masih butuh banyak... 'bimbingan' dari kalian."

Satu Jam Kemudian - Alun-Alun Utama.

Matahari mulai terbenam, tapi Lembah Merah bersinar terang.

Ribuan murid berkumpul. Murid Inti, Murid Dalam, Murid Luar, hingga pelayan. Mereka berbaris rapi, wajah mereka penuh kekaguman dan ketakutan. Di barisan depan Murid Inti, berdiri Qin Huolin, Liu Yanran, Li feng dan Si Kembar Magma.

Pasukan Utusan Great Ming telah mundur ke perbatasan tamu, memberi ruang untuk upacara internal sekte.

Di atas podium langit, Quan Huaxi berdiri megah. Di belakangnya, lima kursi takhta melayang. Empat kursi diduduki oleh Tetua Agung lama. Satu kursi di tengah—kursi kehormatan baru—masih kosong.

"Murid-muridku!" suara Quan Huaxi menggelegar.

"Hari ini adalah hari kebangkitan! Aku telah menembus batasan fana! Emperor Tahap 9! Kita bukan lagi sekte bawahan! Kita adalah puncak kekuatan Benua Selatan!"

Sorak-sorai membahana. "JAYA LEMBAH MERAH! HIDUP KETUA SEKTE!"

"Dan untuk merayakan era baru ini..." Quan Huaxi mengangkat tangannya.

WOOOONG!

Dari telapak tangannya, segumpal api putih menyembur keluar. Api itu membesar, membentuk gunung api kristal raksasa di langit. Panasnya membuat udara mendidih. Tekanannya membuat semua murid—termasuk Grandmaster Qin Huolin—jatuh berlutut, sesak napas.

Itu adalah sisa Api Logam Kristal.

"Lihatlah kekuatan ini!" seru Quan Huaxi.

Di kursi takhta kosong, ruang berdistorsi.

Lu Changzu muncul dari Void, duduk santai di kursi itu sambil menopang dagu. Dia menatap api raksasa milik Quan Huaxi dengan tatapan geli.

("Lucu,") batin Lu Changzu. ("Dia memamerkan satu tetes sisa. Sementara lautan aslinya mengalir di dalam darahku. Tapi biarlah. Semakin kuat dia terlihat, semakin aman aku bergerak di balik bayangannya.")

Quan Huaxi menarik kembali apinya. Dia menunjuk ke arah Lu Changzu.

"Dan hari ini, aku perkenalkan kepada kalian... Pilar baru sekte kita! Tetua Agung Kelima! Sosok jenius yang akan memimpin generasi muda menuju kejayaan!"

"Sambutlah... TETUA AGUNG LU CHANGZU!"

Lu Changzu berdiri. Dia melangkah maju ke bibir podium langit.

Wajahnya terkena cahaya matahari senja. Tampan. Sempurna. Dingin.

Di bawah sana, di barisan Murid Inti...

Qin Huolin mendongak.

Saat matanya bertemu dengan wajah Lu Changzu, dunia Qin Huolin runtuh.

Wajah itu... senyum miring itu...

"Tidak..." bisik Qin Huolin, wajahnya memucat seperti mayat. Kakinya lemas. Dia mundur selangkah, menabrak murid di belakangnya. "Itu... Itu Chang Zulu..."

"Bagaimana bisa?! Dua bulan lalu dia Master Tahap 3! Dia sampah! Yanran bilang dia mati meledak di hutan!"

Otak Qin Huolin mengalami korsleting. Dia mencoba memproses fakta bahwa "sampah" yang dia hina, dia ancam bunuh, dan dia anggap saingan cinta rendahan... kini berdiri di langit sebagai Tetua Agung Ranah King.

Aura yang dipancarkan Lu Changzu saat ini—walaupun ditekan—cukup untuk membunuh Qin Huolin seratus kali dalam satu kedipan mata.

Qin Huolin merasakan lututnya bergetar hebat. Dia ingat ancamannya: "Aku ingin membunuhnya sendiri nanti."

Sekarang? Dia merasa seperti semut yang baru saja mengancam akan menginjak naga.

Di sebelahnya, Kakek Qin Huolin—Tetua Agung Qin Hua—melihat reaksi cucunya. Dia juga melihat wajah Lu Changzu yang "terlalu muda" dan "terlalu jenius". Lalu dia melihat tatapan "sayang" (sebenarnya tatapan fanatik hamba) dari Ketua Sekte kepada Lu Changzu.

Sebuah kesimpulan gila muncul di kepala tua Qin Hua.

"Anak itu... pasti anak haram Ketua Sekte!" batin Qin Hua yakin. "Tidak mungkin ada orang luar yang diangkat secepat ini. Pantas saja! Ketua Sekte menyembunyikannya sebagai murid dalam untuk melatih mentalnya, lalu mengangkatnya saat dia matang! Sial! Huolin pasti sudah menyinggungnya!"

Qin Hua menatap cucunya dengan tajam. "Huolin, jika kau pernah menatapnya dengan tidak sopan, segera minta maaf sebelum dia yang memotong lehermu!"

Di sisi lain, Liu Yanran.

Dia juga mendongak. Akting "janda berduka"-nya lenyap seketika. Matanya terbelalak, mulutnya sedikit terbuka.

Dia tahu Lu Changzu kuat. Dia tahu Lu Changzu licik.

Tapi dia tidak menduga ini.

King Tahap 1. Tetua Agung.

Dia melihat Lu Changzu di atas sana. Pemuda itu menatap ke bawah, matanya menyapu kerumunan dan berhenti tepat di wajah Yanran dan Qin Huolin sejenak.

Lu Changzu tersenyum. Dia mengedipkan sebelah matanya—kedipan yang sama saat dia masuk ke gua Yanran.

Jantung Yanran berdegup kencang. Bukan karena takut, tapi karena campuran adrenalin dan ekstasi kekuasaan.

"Tuanku... Kau benar-benar menelan langit," batin Yanran, kakinya merapat, merasakan sensasi panas dari Rune Naga di punggungnya yang bereaksi terhadap kehadiran tuannya.

Di barisan Murid Dalam, beberapa murid wanita yang pernah menggoda "Chang Zulu" di alun-alun kini pingsan karena syok.

"Itu dia! Pria tampan yang bertanya soal arak!"

"Dia Tetua Agung?! Dan aku memintanya menjadi teman tidurku?! Ya Dewa, cabut nyawaku sekarang!"

Si Kembar Magma, Hong Er dan Hong San, saling berpegangan tangan, gemetar.

"Kita... kita menawarkan diri padanya..." bisik Hong Er. "Dan dia menolak."

"Untung dia menolak," sahut Hong San pucat. "Kalau tidak, mungkin kita sudah jadi abu sekarang. Auranya... terlalu mengerikan."

Lu Changzu menikmati pemandangan di bawah sana. Wajah-wajah terkejut, ketakutan, dan kekaguman itu adalah bahan bakar yang lezat.

Dia mengangkat tangannya perlahan.

Suaranya tenang, namun bergema ke seluruh lembah, menembus jiwa setiap orang.

"Bangunlah, rakyatku."

Kata "rakyat", bukan "murid". Dominasi halus.

"Masa lalu Lembah Merah adalah sejarah. Hari ini, kita menulis takdir baru. Di bawah pimpinan Ketua Sekte..." Lu Changzu berhenti sejenak, matanya berkilat. "...Dan pengawasanku."

"Siapa pun yang menghalangi jalan kita, akan menjadi debu di bawah sepatu kita."

"JAYA LEMBAH MERAH!" teriak Lu Changzu.

Teriakannya memicu histeria massal.

"JAYA TETUA AGUNG LU!"

"HIDUP KETUA SEKTE!"

"KITA TAK TERKALAHKAN!"

Ribuan suara bergabung menjadi satu gelombang sonik yang menggetarkan awan.

Qin Huolin ikut berteriak, tapi suaranya pecah karena ketakutan. Dia berteriak paling keras, berharap suaranya bisa menutupi dosa masa lalunya terhadap sang dewa baru.

Di atas podium, Quan Huaxi tersenyum bangga melihat "tuannya" diterima dengan baik. Dia tidak sadar bahwa sektenya baru saja berganti pemilik tanpa ada satu pun pertumpahan darah di permukaan.

Lu Changzu menurunkan tangannya. Dia menatap ke arah utara, ke arah kemah Utusan Great Ming.

Senyumnya menipis, menjadi garis dingin yang tajam.

"Satu sekte sudah di tangan. Satu Emperor sudah di saku," batinnya.

"Sekarang... mari kita hadiri pesta ulang tahun Kaisar Ming Haobo. Aku dengar kuenya besar. Sayang sekali jika tidak ada yang menaruh kehancuran di dalamnya."

Sang Sutradara Kegelapan telah menyelesaikan Babak Pertama. Tirai ditutup dengan tepuk tangan meriah dari para korban yang tidak sadar.

Bersambung...

1
EGGY ARIYA WINANDA
🔥🔥🔥🔥🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!