Saat Aku Dimadu

''Sayang, terimakasih karena kamu selalu ada di sisi Mas saat Mas dalam masa-masa sulit. Kamu adalah istri yang baik dan pengertian, sekarang baru Mas sadari, kalau Mas sudah mencintai mu dan nyaman saat bersama mu. Ternyata Mama tidak salah pilih istri untuk anak lelaki satu-satunya ini.''

Erlang menatap lekat wajah sang istri muda, kini mereka tengah berdiri di dalam kamar di depan pintu yang tertutup rapat.

''Sama-sama, Mas. Aku senang bisa membantu mu, karena aku tulus menyayangi mu,'' balas Winda. Dia membelai pipi sang suami.

''Hah, kenapa Adara malah pergi dari rumah ini. Padahal dia memiliki adik madu yang baik seperti mu. Adara memang keras kepala, dia egois, dia hanya mementingkan dirinya sendiri. Apa salahnya coba, dia berbagi dan menerima kamu di rumah ini dengan legowo,'' Erlang berdecak kesal saat menyebut nama sang istri tua.

''Mas, apakah sudah ada kabar tentang dimana keberadaan Kak Adara sekarang?'' tanya Winda pura-pura peduli.

''Belum. Mas tidak tahu juga di mana dia sekarang. Pusing kepala Mas memikirkan dia,'' Erlang memegang keningnya.

''Sudah. Enggak usah terlalu dipikirkan. Lebih baik kita senang-senang sekarang. Aku akan melayani kamu dengan baik agar stres mu berkurang,'' ucap Winda genit dengan senyum nakal. Dia mulai menurunkan resleting bajunya.

Erlang merasa tertantang dengan ulah wanita yang ada di hadapannya, dia semakin mendekatkan tubuhnya pada tubuh sang istri. Lalu bibirnya bergerak maju mencium tengkuk sang istri. Setelah itu dia menggendong tubuh langsing tersebut lalu membaringkan di atas kasur dengan pelan.

Cepat Erlang melepaskan semua pakaian yang membaluti tubuhnya, rasanya dia sudah tidak sabar lagi. Begitu sudah terlepas, dia menaiki tubuh Winda, lalu bibirnya mulai merayap menghisap bibir Winda serta dua pucuk gundukan kenyal milik Winda. Winda melenguh menahan kenikmatan yang tiada tara.

Kini Erlang sudah mulai melupakan Adara, karena Winda yang begitu pandai mengambil hatinya.

Setelah satu jam lamanya mereka bermain-main di atas ranjang dengan tubuh tanpa dibaluti satu benangpun, akhirnya tubuh keduanya terkapar lemas di atas kasur.

''Mas, terimakasih karena sekarang kamu sudah bisa menerima aku sepenuhnya,'' ucap Winda. Dia berbaring diatas dada bidang sang suami.

''Sama-sama Sayang. Terimakasih juga atas pelayanan terbaik mu,'' balas Erlang mengecup pucuk kepala Winda.

Mereka lalu bangkit, mereka akan segera membersihkan diri di kamar mandi karena beberapa jam lagi mereka akan berkunjung ke rumah orang tua Winda. Tadi Winda sudah menelpon sang papa, mengatakan niat mereka yang ingin berkunjung.

Ini Winda sudah selesai mandi, ya, Gais.

Kalau ini foto Winda dan Erlang sudah siap berangkat ke rumah orang tua Winda.

Bonus satu foto lagi, ini foto saat Erlang melamar Adara dulu. Ganteng ya, tapi plin plan dan tidak tegas.

*

*

*

Di tempat berbeda, Vero, Adara dan Farras sedang makan malam di restoran ternama yang ada di New York. Makan malam sebagai perayaan dari kebahagiaan yang tengah mereka rasakan sekarang.

''Kalau aku lihat-lihat, wajah Adara lebih mirip sama Papa nya, wajah Mommy sama sekali tidak kebagian,'' ucap Farras dengan senyum kecil saat mereka selesai makan.

''Kamu bisa saja, Nak. Tapi Mommy senang, karena dengan melihat wajah cantik Adara, setidaknya bisa membantu mengobati rasa rindu Mommy terhadap almarhum Papa,'' sahut Vero. Vero menggenggam tangan Adara, sedari tadi, rasanya dia tidak mau beranjak dari dekat sang putri. Dia ingin selalu berada di sisi sang putri.

Adara tersenyum mendengar obrolan dua orang tersebut.

Lalu dia mulai berucap dengan topik yang berbeda.

''Ma, bagaimana dengan surat gugatan cerai aku? Kira-kira kapan ya, akan dikirim ke Mas Erlang?'' tanya Adara. Semua urusan perceraian nya memang di urus oleh Vero dan beberapa orang pengacara. Adara hanya kebagian perihal menandatangani berkas-berkas yang diperlukan saja.

''Surat gugatan cerai kamu akan di kirim besok ke kediaman Erlang. Setelah itu sidang perdana kalian akan diadakan di pengadilan. Kamu enggak usah khawatir, pokoknya semua akan Mama bantu urus secepatnya, agar kamu segera terbebas dari pria jahat itu. Selain itu, Mama pastikan juga, Erlang akan menginap di jeruji besi akibat perlakuan kasar nya terhadap mu,''

''Syukurlah, terimakasih Ma,'' Adara tersenyum lega.

''Sepertinya ada yang sudah tidak sabar lagi ingin menyandang status janda,'' goda Farras. Dia menatap sang adik angkat dengan senyum jahil.

''Apaan sih!'' Adara memonyongkan bibirnya, dia menatap Farras dengan tatapan sebal. Hal itu membuat dia terlihat semakin menggemaskan saja.

Farras jadi salah tingkah sendiri melihat Adara, debaran di dadanya semakin nyata dia rasa.

''Tidak mungkin secepat ini. Tapi sebelum nya tidak ada satu wanita pun yang berhasil menggetarkan hatiku. Ah, ternyata pesona calon janda memang begitu luar biasa,'' ucap Farras di dalam hati.

Vero yang menyadari sikap aneh sang anak angkat lalu mulai berpikir sesuatu. Dia mulai berpikir untuk masa depan Adara dan Farras.

*

Di ruang makan kediaman orang tua Winda.

"Seharusnya Si Saga itu tidak bisa memecat kamu tanpa alasan yang jelas. Apalagi karena seorang wanita. Ternyata di masih belum bisa menjadi atasan yang bijak,'' seorang pria berucap dengan suaranya yang khas.

''Iya, Pa. Kasihan suamiku karena tidak punya pekerjaan lagi,'' wajah Winda tampak sedih.

''Kamu tenang saja Sayang. Mulai besok, Erlang akan bekerja di perusahaan Papa. Benar begitu 'kan, Pa?'' kali ini Mama Winda yang bersuara. Wanita berusia lima puluh tahun dengan penampilan bak wanita sosialita. Perhiasan yang cukup banyak tampak bergelayut pada leher, pergelangan tangan serta jari-jari tangannya.

''Iya, mulai besok, kamu Erlang akan Papa kenalkan sebagai asisten pribadi Papa di kantor. Perlahan Papa akan mengajari kamu bagaimana cara menjadi pemimpin yang baik. Karena siapa lagi yang akan menggantikan posisi Papa selain kamu. Kamu adalah mantu Papa satu-satunya,'' ucap Alex, Papa nya Winda. Dia adalah Kakak satu-satunya Vero.

Sebenarnya Alex dan Vero tumbuh dan besar di dalam keluarga yang sederhana. Tidak bergelimang harta.

Mereka sekarang bisa menjadi petinggi perusahaan itu semua karena harta peninggalan Papa nya Adara. Papa nya Adara yang keturunan orang berada telah jatuh hati pada Vero, lalu menikahi Vero dan membawa Vero tinggal di rumahnya yang megah. Papanya Adara merupakan anak tunggal dan kedua orang tua nya pun sudah meninggal dunia. Jadi Vero lah satu-satunya orang yang harus mewarisi harta kekayaan keluarga Papa nya Adara.

Sari dan Erlang begitu senang mendengar perkataan Alex.

''Oh ya, Jeng. Bagaimana menantu kamu yang kabur itu, apa dia sudah pulang?'' tanya Yulia, Mama nya Winda. Dia pun sudah mendengar kabar kabur nya Adara dari mulut Winda.

''Belum Jeng, kami masih belum tahu di mana dia berada. Dia itu menantu yang tidak berguna, berbuat ulah saja bisanya. Merepotkan saja,'' jawab Sari.

''Kenapa tidak kamu ceraikan saja dia, Erlang?'' tanya Yulia. Winda tersenyum mendengarkan itu. Winda ingin menjadi istri satu-satunya Erlang.

"Iya, wanita yang hanya menjadi beban lebih baik di buang saja Erlang,'' timpal Alex.

Erlang diam membisu, dia tidak tahu harus menjawab apa. Karena di sudut hati terdalam nya, dia masih mencintai Adara, dia merasa berat kalau harus melepaskan Adara.

Saat semua orang masih diam mendengar jawaban apa yang akan keluar dari mulut Erlang, tiba-tiba saja Winda merasakan mual-mual yang teramat sangat.

Huek, huek.

Dia berlari ke kamar mandi, lalu memuntahkan makanan yang baru masuk ke mulutnya.

Bersambung.