Rio Baswara diceraikan istrinya karena dianggap bangkrut dan gagal. Satu hari kemudian, dia dapat sistem informasi paling akurat. Seminggu setelahnya, dia jadi miliarder.
Mantan istri yang sombong kini hanya bisa menangis menyesal. Sementara Rio sibuk bangun kerajaan bisnis dan dekat dengan adik kandung mantannya yang jauh lebih baik—cantik, baik hati, dan setia.
Saatnya dunia tahu, pria yang mereka remehkan kini jadi penguasa baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chal30, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21: NEGOSIASI INVESTASI FILM
Rio mikir sebentar, terus mutusin buat jujur aja sama Jasmine.
Kalau beneran jadi, tim produksi bakal ngutang budi sama Jasmine. Nanti kalau ada proyek lagi, pasti Jasmine yang diinget duluan. Sementara Jasmine ngutang budi sama Rio, otomatis hubungan mereka bakal makin deket.
Bisa cuan, sekaligus bikin mantan gebetan ngutang budi. Dua keuntungan sekaligus.
Dari dulu Rio emang tertarik sama Jasmine, mantan gebetan masa SMA-nya. Setelah liat penampilan Jasmine sekarang lewat video call tadi, Rio makin tertarik.
Sebelum cerai, Rio orangnya jujur dan setia. Tapi perceraian itu kayak lepas sangkar buas yang selama ini dikurung di hatinya. Sekarang prinsip hidup Rio cuma satu: nikmati hidup sekarang juga!
Setelah Rio jelasin rencananya, senyum Jasmine makin lebar sampe gak bisa ditahan.
Jasmine di film ini perannya jadi Autumn—cewek idaman tokoh utama Charlie waktu SMA dulu.
Dia dapet peran ini murni karena hoki.
Aktris yang awalnya udah dikontrak tiba-tiba mundur gara-gara masalah pribadi. Sebelum pergi, dia rekomendasiin temennya—yaitu Jasmine—buat gantiin posisinya.
Meskipun ini film budget rendah, dan sutradara plus penulisnya masih pemula, Jasmine gak peduli. Pertunjukan teaternya emang sukses besar, tapi belum tentu versi filmnya bakal sukses juga.
Buat Jasmine, yang penting ada kerjaan akting. Itu aja udah syukur banget. Tapi belakangan ini, begitu denger investor utama cabut dana, seluruh kru mulai panik. Film udah hampir selesai shooting, tiba-tiba investor kabur. Semua usaha sampe sini jadi sia-sia dong? Meskipun produser sama sutradara bisa irit-irit buat nuntasin shooting, tapi post-production sama promosi tetep butuh duit gede.
Jasmine liat situasi ini cemas banget, tapi dia gak bisa ngapa-ngapain. Dia gak punya duit, gak punya koneksi, mau bantu juga bingung caranya.
Dia add Rio juga gara-gara baca chat di grup alumni yang ngomongin Rio baru tajir. Soal perceraian Rio, Jasmine gak sempet baca. Pas itu dia lagi sibuk syuting.
Dalam hati Jasmine mikir, dulu hubungannya sama Rio lumayan deket. Meskipun sekarang udah berubah, harusnya Rio gak jadi orang jahat kan? Punya temen orang kaya siapa tau suatu saat bisa ngebantu.
Bertahun-tahun di industri hiburan, Jasmine udah kena tipu berkali-kali. Gara-gara dia gak mau "main kotor", meskipun aktingnya bagus, body sama wajahnya oke, dia tetep cuma jadi figuran.
Jasmine gak terima. Dia pengen buktiin kalau bisa sukses cuma modal skill.
"Temen lama, kalau lu beneran gak boong, gue bisa langsung hubungin sutradara sama produser sekarang, tapi tim produksi butuh dana gak sedikit loh. Lu yakin sanggup?" tanya Jasmine dengan nada khawatir campur penuh harap.
Rio gak bales chat, dia langsung kirim screenshot saldo rekeningnya.
Rio udah riset. Film "Charlotte" ini budget-nya emang rendah. Total investasi sekitar dua puluh miliar, sekarang udah masuk tahap akhir, meskipun ditambah biaya promosi, duit Rio masih cukup. Kalau masih kurang, berarti tim produksi pasti mau ngerjain Rio kayak ATM berjalan. Rio emang gak suka cari masalah, tapi kalau ada yang anggep dia gampang ditipu, Rio juga gak bakal diam aja.
Jasmine orangnya ceplas-ceplos. Begitu liat screenshot, dia langsung kontak orang-orang penting di tim produksi.
Begitu denger Jasmine dapet investor, sutradara sama produser excited banget. Mereka bilang bisa langsung ketemu Rio sekarang juga buat diskusi detail. Soalnya gara-gara kekurangan dana, produksi film udah hampir mandek total. Mereka gak punya pilihan lain selain cepet-cepet dapet dana segar, tapi Rio nolak tawaran ketemuan dadakan itu.
Rio emang mau ambil untung dari situasi ini. Tapi dia gak segoblok itu sampe langsung tanda tangan kontrak dan transfer duit tanpa ngecek dulu.
Harus ada ahli hukum yang nemenin buat mastiin semuanya aman.
Industri hiburan penuh drama kotor. Meskipun kontrak ditulis hitam putih jelas, tetep bisa ada jebakan tersembunyi.
Banyak kasus investor rugi gede meskipun filmnya laris. Pas bagi hasil malah dibilang masih ngutang.
Rio belum pernah invest film, tapi dia banyak baca novel web! Novel web sekarang kompetisi ketat. Penulis sampe rela gali sejarah resmi atau gosip buat bikin cerita yang menarik.
Baca banyak novel kayak gitu, Rio jadi lumayan ngerti trik-trik kotor di berbagai industri.
Keesokan paginya, Rio pertama-tama cari firma hukum profesional. Dia menyewa pengacara senior yang terkenal jago di bidangnya, baru setelah itu Rio berangkat ke lokasi meeting sama tim "Charlotte".
Pengacara yang Rio hire namanya David Santoso. Pas pertama denger namanya, Rio hampir mau ganti orang. Tapi begitu denger kalau David ini emang jagoan di industri dan belum pernah kalah perkara, Rio akhirnya setuju mempekerjakan dia jadi konsultan hukum pribadi, cuma ya, jagoan berarti tarifnya juga selangit. Dengan kondisi keuangan Rio sekarang, pas bayar pengacara biaya-nya, Rio masih agak nyesek juga.
Lokasi meeting sama tim Happy Twist dipilih di salah satu hotel paling terkenal di Jakarta.
Buat nunjukin keseriusan, produser Hendrik Tanjung plus dua sutadara bahkan bawa aktor-aktris utama film.
Jasmine sebagai penghubung juga hadir tentunya.
Rio liat aktor-aktris utamanya. Agak familiar sih mukanya, tapi disuruh sebut nama, Rio gak bisa. Bukan cuma pemain utama. Bahkan Happy Twist sebagai tim produksi, kalau bukan gara-gara sistem kasih info soal film ini, Rio juga gak bakal tau mereka ada. Soalnya Rio gak pernah nonton pertunjukan teater. Mana tau, tapi chemistry aktor-aktris utamanya keliatan bagus. Gak bisa dibilang ganteng-cantik sih, tapi gak bikin ilfeel juga. Lumayan lah.
Begitu sampe lokasi, perhatian Rio sebenernya lebih fokus ke Jasmine, mantan gebetan masa lalu.
Kemarin pas video call, Jasmine gak pake makeup. Hari ini dia pake makeup tipis, keliatan makin cantik dan menawan.
Setelah Jasmine kenalin semua anggota tim produksi, produser Hendrik Tanjung langsung angkat gelas kayak mau ngasih sambutan.
Sebelum dia sempet ngomong, Rio langsung angkat tangan sambil motong, "Pak Hendrik, kita skip aja basa-basinya. Langsung to the point. Berapa sih kekurangan dana kalian sekarang?" ucap Rio dengan nada tegas dan gak mau buang waktu.
Hendrik sama dua sutadara saling pandang sebentar. Terus Hendrik hati-hati angkat dua jari sambil jawab pelan, "Saat ini kami masih butuh dana buat post-production sama promosi. Total sekitar dua puluh miliar."
Rio angkat alis. Dua puluh miliar emang bisa dia keluarin, tapi dia gak mau keluar semua.
"Terus kalian mau kasih gue berapa persen saham?" tanya Rio langsung sambil bersandar di kursi.
Hendrik gigit bibir, kelihatan berat. "Maksimal tiga puluh persen. Ini udah batas maksimal kami," jawab Hendrik dengan nada memohon.
Rio senyum sambil geleng-geleng. "Tiga puluh persen boleh. Tapi gue cuma bisa kasih lima belas miliar. Kalau kalian mau lebih banyak duit, ya kasih lebih banyak saham," balas Rio santai sambil main-main pena di tangan.
Hendrik langsung bingung. Tiga puluh persen itu saham investor lama dari Wanda Group yang tarik dana mendadak. Ini udah maksimal banget yang bisa tim kasih. Kalau ditambahin lagi, dua investor lainnya pasti gak setuju, bisa-bisa mereka ikutan cabut dana. Kalau sampe gitu, ancur deh semuanya.
Lima belas miliar memang lebih sedikit dari harapan. Tapi kalau diirit-irit banget, mungkin masih bisa selesaiin film, cuma harus ketat banget ngatur budget, gak boleh ada yang korup atau ambil keuntungan pribadi. Kalau dana habis sebelum film selesai mau cari kemana lagi?
Mereka juga gak punya sutradara besar atau aktor terkenal. Jarang ada perusahaan yang mau invest, makanya mereka sampe segini susahnya.
Setelah mikir berat sambil diskusi sama dua sutadara, Hendrik akhirnya mutusin setuju sama permintaan Rio.
David, pengacara Rio, langsung bikin draft kontrak di tempat. Hendrik kirim draft itu ke pengacara perusahaan buat dicek. Setelah dipastikan gak ada masalah, Hendrik tanda tangan dan cap stempel perusahaan.