Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20
Yue Lan berjalan kembali ke paviliunnya dengan buku itu masih berada di tangannya.
Langkahnya pelan, namun pikirannya kacau.
Xiaohe berjalan di belakangnya, sesekali melirik buku bersampul usang itu dengan raut heran. Sampulnya tampak kusam, bahkan tulisannya nyaris tidak terlihat. Tidak ada apa pun yang istimewa, setidaknya bagi mata Xiaohe.
Mengapa hanya aku yang melihat buku itu berbeda?
Apa karena aku terlalu merindukan duniaku?
Atau memang ada sesuatu yang salah…?
Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di benak Yue Lan tanpa jawaban. Fakta bahwa Xiaohe tidak melihat apa pun yang aneh justru membuat kegelisahannya semakin nyata.
Saat mereka berbelok di lorong, seorang pelayan yang membawa nampan berisi air datang tergesa-gesa dari arah berlawanan.
Brak.
Nampan itu hampir terlepas. Xiaohe memekik kaget, sementara Yue Lan tersentak mundur satu langkah. Air bergoyang, namun tidak sampai tumpah.
Pelayan itu langsung menjatuhkan diri ke lantai, meletakan nampan disampingnya, lalu bersimpuh.
“Maafkan hamba, Nyonya!” Ia bersimpuh, dahinya menempel ke lantai. “Hamba tidak sengaja. Hamba terburu-buru. Mohon ampuni nyawa hamba, Nyonya!”
Yue Lan terdiam.
Ia menatap pemandangan itu dengan heran. Nada ketakutan dalam suara pelayan itu terlalu berlebihan hanya untuk sebuah tabrakan kecil.
“Bangun,” ucap Yue Lan akhirnya.
Pelayan itu gemetar, namun tidak berani mengangkat kepala.
Yue Lan mengernyit pelan.
Apa selama ini Yan Ruyin selalu menghukum pelayan yang berbuat salah?
Sampai ketakutan seperti ini tertanam begitu dalam?
Ia menarik napas perlahan.
Dunia ini benar-benar asing. Bukan hanya karena adat dan aturannya, tetapi juga karena bayangan buruk yang ditinggalkan oleh pemilik tubuh ini.
Dan sekali lagi, Yue Lan menyadari satu hal.
Jika ia ingin bertahan bukan hanya hidup, tetapi mengubah nasib, maka ia harus memperbaiki lebih dari sekadar reputasi.
Xiaohe yang melihat pelayan itu masih gemetar segera bergerak. Ia menekuk lutut, meraih lengan pelayan itu dengan cepat, seolah takut semuanya akan bertambah buruk.
“Bangunlah,” bisiknya tergesa. “Jangan membuat Nyonya semakin marah.”
Pelayan itu tersentak, wajahnya semakin pucat. Ia menurut, bangkit setengah gemetar, kepalanya tetap tertunduk dalam-dalam.
Yue Lan menatap pemandangan itu tanpa berkata apa-apa.
“Kenapa kau begitu ketakutan?” tanyanya akhirnya, suaranya datar.
Pelayan itu terdiam. Bibirnya bergetar, tapi tidak ada jawaban.
Xiaohe menelan ludah. “Nyonya…” katanya hati-hati, “lebih baik dia pergi dulu. Ia sedang bertugas.”
Yue Lan mengalihkan pandangan ke Xiaohe.
Tatapan itu membuat Xiaohe refleks menunduk, namun Yue Lan tidak terlihat marah. Justru ada sesuatu yang lain, bingung, bahkan sedikit… tersadar.
“Pergilah,” kata Yue Lan pada pelayan itu.
Pelayan tersebut seolah tidak percaya dengan apa yang ia dengar. “Nyonya…?”
“Aku bilang pergi.”
Pelayan itu langsung membungkuk berkali-kali. “Terima kasih, Nyonya! Terima kasih!” Ia lalu berlari kecil menjauh, langkahnya masih tidak stabil.
Lorong kembali sunyi.
Yue Lan menoleh pada Xiaohe. “Apa aku terlihat seperti orang yang akan membunuh pelayan hanya karena ditabrak?”
Xiaohe tersentak. “Bukan begitu, Nyonya. Hanya saja…” Ia ragu sejenak, lalu memberanikan diri. “Dulu… setiap kesalahan kecil selalu berakhir buruk.”
Yue Lan terdiam.
“Seberapa buruk?” tanyanya.
Xiaohe menggigit bibir. “Dicambuk. Dikurung. Kadang… diusir.”
Keheningan jatuh.
Yue Lan menunduk menatap buku di tangannya. Jemarinya mengencang di sampul usang itu.
Jadi bukan hanya reputasi di mata para tuan dan nyonya.
Bahkan para pelayan pun hidup dalam bayangan ketakutan bernama Yan Ruyin.
Ia menghela napas pelan. “Mulai sekarang,” katanya, “jika aku tidak mengatakan apa-apa, artinya tidak ada hukuman.”
Xiaohe mengangkat kepala perlahan. “Nyonya?”
“Dan jika ada yang berbuat salah,” lanjut Yue Lan, “cukup katakan padaku. Tidak perlu berlutut, tidak perlu bersujud.”
Xiaohe menatapnya lama, seolah mencoba memastikan bahwa kata-kata itu nyata.
“…Baik, Nyonya,” jawabnya akhirnya, suaranya lirih namun tulus.
Yue Lan melangkah masuk ke paviliunnya.
Di dunia ini, ia sudah mewarisi terlalu banyak dosa yang bukan miliknya. Dan satu per satu, ia akan mengubahnya.
semangat thor jangan lupa ngopi☕️