“Semua saudara Oliver lelaki. Aku tak percaya jika gadis manis itu dititipkan pada pria.” — Arline Franklin
“Aku juga lelaki. Kau pikir aku ini wanita?!” — Arthur Franklin
Arthur Franklin. Pria dingin dan misterius itu sangat mencintai 3 hal dalam hidupnya. Pekerjaan, wanita dan alkohol. Sayangnya, Arline yang merupakan kakak kandungnya menitipkan anak tirinya, Hailey Owen kepada Arthur, si pria pecinta wanita.
Akankah gadis manis itu tetap aman saat berada di bawah pengawasan dan penjagaan Arthur? Atau … Hailey malah menjadi mangsa, seperti wanita lainnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sheninna Shen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kau Itu Sampah
..."Kau itu sampah yang sudah ku pakai dan tak lagi bisa di daur ulang." — Arthur Franklin...
"Sudah benar aku tak perlu kemari, biar kau bebas bercinta dengan wanita tadi," celetuk Hailey sambil melengos masuk ke apartemen Arthur. "Sekarang, rasakan sendiri akibatnya."
"Memangnya enak, nafsu sudah di ubun-ubun, tapi tak bisa disalurkan," imbuh Hailes sambil terkekeh pelan.
Hailey mencibir dengan ekspresinya yang menyebalkan. Kedua tangannya menyilang di dada dengan kepala yang sedikit terangkat. Lalu, ia berjalan menuju sofa untuk menikmati pemandangan langit malam itu. Sementara Arthur, pria itu menatap Hailey dengan kedua alis yang menyatu.
"Sekali lagi bibir itu berbicara, kau yang kujadikan teman bercinta," ucap Arthur.
Hailey melotot. Ia menoleh ke belakang, ke arah Arthur yang berjalan membawa kopernya ke dalam sebuah kamar. Lalu pria itu keluar lagi dan menuju ke kamarnya.
Setelah Arthur pergi, tinggallah Hailey sendiri dengan hatinya yang hampa. Kekecewaan karena pengkhianatan kekasih dan teman dekat, membuat ia marah, malu, kesal dan sedih. Sempat terfikirkan ingin pindah kampus. Tapi, apa yang akan orangtuanya katakan? Apa alasannya?
"Haaa ... aku malas ke kampus," gumam Hailey pelan sambil memeluk erat bantal sofa yang empuk itu.
Tiba-tiba saja matanya berkaca-kaca. Perlahan ada airmata yang tak terbendung keluar membasahi pipi.
Sejam kemudian, Arthur keluar dari kamarnya dengan celana jogger abu-abu dipadukan kaos dalam putih. Tentu saja kaos itu sedikit ketat karena otot bahu dan lengan Arthur yang kekar. Pria itu mendekat ke ruang tamu dengan tubuh yang segar karena sudah mandi.
Arthur melihat Hailey sedang tertidur dengan lelap di sofa sambil memeluk bantal. Ia berdiri sambil menyilangkan tangannya tepat di samping sofa. Mata elangnya menatap lurus ke arah wajah tenang Hailey.
"Cantik ...." gumam Arthur pelan.
"Tapi menyebalkan. Dan ... menyusahkan," imbuhnya lagi.
Arthur menghela nafas pelan. Kemudian ia berniat membangunkan Hailey dari tidurnya. Tangannya mulai mendekat ke arah bahu gadis itu.
"He— ...." Arthur menahan diri untuk membangunkan gadis itu. Ia pun memutuskan untuk menggendong Hailey ke kamar.
Setibanya di kamar, Arthur menidurkan dan menyelimutkan tubuh gadis itu. Lalu ia menghidupkan lampu tidur dan mematikan lampu utama.
...🌸...
Hari ini adalah hari Sabtu. Akhir pekan yang biasanya Arthur isi dengan olahraga, keliling kota tanpa tujuan, ke diskotik untuk menikmati alkohol dan malamnya bercinta.
Tapi akhir pekan kali ini berbeda. Pria itu bangun pagi, membuatkan roti dan susu untuk Hailey. Kemudian ia meletakkannya di atas nakas Hailey yang masih tertidur dengan lelap.
Setelah menyiapkan sarapan, pria cuek yang ternyata hangat itu, ia pergi keluar untuk lari pagi.
Usai berlari sekitar 6 kilometer, Arthur memutuskan untuk berhenti tepat di depan sebuah mini market. Pria itu masuk ke mini market dan menuju ke rak minuman. Lalu ia ingin mengambil air mineral.
Di saat yang sama, ada seorang wanita yang juga ingin mengambil minuman tersebut. Akibatnya, kedua tangan mereka bersentuhan.
"Arthur?"
Suara yang tak asing di telinga Arthur. Suara yang sangat enggan pria itu dengarkan sampai akhir hayatnya.
Arthur enggan menoleh ke arah suara itu berasal. Karena ia tahu, wanita itu adalah Lyodra. Wanita yang pernah merasakan seperti apa dalamnya cinta Arthur.
Pria dengan stelan olahraga hitam itu mengambil sebotol minuman dan bergegas membayarnya di kasir. Kemudian ia bergegas pergi keluar dari mini market itu.
Arthur menenggak habis air mineral di tangannya.
"Arthur ... bagaimana kabarmu selama ini?" Suara Lyodra terdengar memelas dari belakang. Ternyata wanita itu mengejarnya.
Arthur mer3mas kuat botol minum di tangannya. "Bukan urusanmu."
"Aku telah menyesali perbuatanku selama ini. Dan ... dan aku tak bisa melupakanmu sampai saat ini," terang Lyodra sambil berjalan menuju ke hadapan Arthur.
Wanita dengan rambut coklat bergelombang itu berdiri dengan wajah sendunya. Kedua mata birunya terlihat berbinar saat menatap pria yang ada di depannya.
"Arthur ...."
"Lyodra ... apa kau lihat ini?" Arthur menunjukkan sebuah botol kosong di tangannya. Botol yang sesaat tadi ia rem4s dengan kuat.
Lyodra menatap botol itu dengan seksama. Ada sebuah senyuman yang mulai muncul di wajah bulenya. "Botol?"
"Hm. Botol. Dan botol ini adalah kau," ucap Arthur lagi.
"Dia adalah aku?" Tanya Lyodra sambil menunjuk ke arah botol dan menatap Arthur tak mengerti.
"Yes." Usai mengatakan botol itu adalah Lyodra, Arthur mengarahkan botol yang ia pegang tepat di atas tempat sampah.
Pria dengan perawakan tegas dan memiliki prinsip yang kuat itu, ia membuang botol plastik tepat ke dalam tempat sampah yang sudah tak bisa lagi di daur ulang. Bukan ke tempat sampah plastik sesuai dengan jenisnya.
"Seperti inilah dirimu untukku, Lyodra."
"Kau itu sampah yang sudah ku gunakan dan tak lagi bisa di daur ulang," imbuh Arthur dengan sangat nyelekit.
Pria dengan pendirian teguh itu langsung pergi meninggalkan Lyodra. Ia pergi dengan ekspresi datar dan benar-benar tak berperasaan.
Sementara Lyodra, wanita itu terdiam membisu dengan airmata yang turun membasahi pipinya. "Kau tak berubah Arthur."
...🌸...
"Ugh ...." Hailey merentangkan kedua tangannya ke atas. Kemudian ia meregangkan badan sambil tersenyum dengan lega. Pasalnya, sudah 2 hari ia tak merasakan tidur senyenyak malam tadi.
Hailey terkejut. Ia langsung duduk dari tidurnya dan menatap sekeliling.
"Sejak kapan aku di sini?"
Hailey menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya. Tak ada satu helai pakaianpun yang hilang dari tubuhnya. Lalu ia menatap sekeliling. Sosok yang ada dipikirannya tak ada.
"Fyuhhh ... pagiku cerah. Karena bukan wajah dia yang pertama kali ku lihat," ucap Hailey lega.
Gadis itu pun memutar tubuhnya untuk turun dari ranjang. Namun gerakannya terhenti saat melihat sarapan yang sudah terhidang di atas nakas samping kasurnya.
Hailey mengerutkan keningnya. "Sarapan?"
"Dia membuatkanku sarapan?"
"Terus ... malam tadi dia juga yang menggendongku ke kamar?"
Seketika Hailey menghela nafas pelan. Ia tak ingin berlarut-larut dalam membenci pria itu. Jika di ingat-ingat lagi, saat ia sakit, pria itu lah yang pertama kalo menemukannya. Lalu, saat ia terlelap di sofa kemaren, pria itu juga yang memindahkannya ke kamar. Dan pagi ini? Pria itu juga yang membuatkannya sarapan.
"Setidaknya aku harus berterima kasih padanya."
Hailey pun memakan sarapan yang Arthur sediakan. Ia makan dengan lahap. Setelah itu, gadis itu pun pergi cuci muka dan gosok gigi. Lalu ia keluar untuk menghampiri Arthur.
Ceklek!
Hailey mendapati Arthur baru masuk ke apartemen. Sepertinya pria itu dari luar. Ia pun mendekat ke arah Arthur dengan gaya kekanakannya yang berjinjit sambil tersenyum.
"Terima kasih untuk—"
Pria itu melengos melewatinya. Membuat Hailey tak dapat melanjutkan ucapannya. Gadis itu menghela nafas kesal dan menoleh ke belakang. Ke arah Arthur yang melewatinya menuju ke kamar.
"Kau tetap menyebalkan Arthur!" Geram Hailey dalam hati.
...🌸...
...🌸...
...🌸...
...Bersambung .......
😀😀😀❤❤❤❤
buaya dikadalin..
❤❤❤❤❤❤❤
daripada dutusuk dari belakang...
dan kenapa Arthur yang cuek bisa penarasan dengan Hailey krna itu tentang kau Hailey...perempuan yg sebenarnya Arthur cintai