NovelToon NovelToon
Harga Diri Seorang Istri

Harga Diri Seorang Istri

Status: sedang berlangsung
Genre:Pelakor / Wanita Karir / Penyesalan Suami / Selingkuh / Romansa
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: Bunda SB

Indira pikir dia satu-satunya. Tapi ternyata, dia hanya salah satunya.

Bagi Indira, Rangga adalah segalanya. Sikap lembutnya, perhatiannya, dan pengertiannya, membuat Indira luluh hingga mau melakukan apa saja untuk Rangga.

Bahkan, Indira secara diam-diam membantu perusahaan Rangga yang hampir bangkrut kembali berjaya di udara.

Tapi sayangnya, air susu dibalas dengan air tuba. Rangga diam-diam malah menikahi cinta pertamanya.

Indira sakit hati. Dia tidak menerima pengkhianatan ini. Indira akan membalasnya satu persatu. Akan dia buat Rangga menyesal. Karena Indira putri Zamora, bukan wanita biasa yang bisa dia permainkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda SB, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pengakuan dan Penguncian

Jam dinding di ruang tamu menunjukkan pukul dua belas malam lewat lima menit ketika lampu mobil menerangi halaman depan rumah. Mercedes hitam berhenti dengan mulus di depan pintu, dan Indira turun dengan anggun masih mengenakan gaun emerald green yang membuat ia terlihat seperti ratu, meski sudah hampir lima jam sejak ia memakainya.

Sopir membukakan pintu dengan hormat. "Selamat malam, Nyonya. Terima kasih sudah menggunakan jasa kami."

"Terima kasih atas pelayanannya," balas Indira sambil tersenyum tulus, bukan senyum profesional yang biasa ia pakai. Malam ini adalah malam yang baik. Sangat baik.

Ia berjalan menuju pintu depan dengan clutch di tangan dan jas Adrian yang lupa ia kembalikan masih tergantung di lengannya. Kunci diputar, pintu terbuka.

Dan yang menyambutnya adalah Rangga.

Suaminya duduk di sofa ruang tamu dengan lampu remang-remang, masih mengenakan pakaian kasual, kaos dan celana training tapi wajahnya terlihat tegang. Lelah. Dan marah.

Rangga langsung berdiri saat melihat Indira masuk. Matanya menyapu penampilan istrinya dari atas sampai bawah, gaun mewah, heels tinggi, makeup yang masih sempurna meski sudah malam, dan yang paling mencolok, jas pria yang jelas bukan milik Rangga.

"Dari mana?" tanya Rangga dengan suara yang terkontrol, terlalu terkontrol, pertanda ia sedang menahan amarah.

Indira menutup pintu, melepas heels-nya dengan elegan, lalu menatap suaminya dengan tatapan datar. "Keluar."

"Keluar kemana?" Rangga melangkah mendekat. "Jam segini baru pulang? Kamu kemana, Indira?"

"Itu bukan urusanmu," jawab Indira sambil berjalan melewati Rangga menuju tangga.

"BUKAN URUSANKU?" Rangga meninggi suaranya, menarik lengan Indira membuat wanita itu berhenti dan menatapnya dengan tatapan dingin. "Kamu istriku! Tentu saja itu urusanku! Kamu pergi kemana sampai jam segini? Dan itu jas siapa?"

Indira menatap lengannya yang digenggam Rangga, lalu menatap mata suaminya dengan tatapan yang membuat Rangga mundur selangkah. "Lepaskan tanganku."

"Tidak sampai kamu jawab..."

"LEPASKAN," ulang Indira dengan nada yang sangat dingin, sangat berbahaya.

Rangga melepaskan genggamannya bukan karena ia mau, tapi karena tatapan Indira membuat ia tidak berani melawan. Tatapan itu bukan lagi tatapan istri yang patuh. Itu tatapan seseorang yang sudah tidak takut apapun lagi.

"Aku tidak perlu jawab pertanyaanmu Mas," ucap Indira dengan tenang sambil merapikan lengannya yang tadi digenggam. "Karena sebentar lagi aku akan mengajukan gugatan cerai. Dan saat itu terjadi, kamu tidak punya hak lagi untuk tahu kemana aku pergi atau apa yang aku lakukan."

Dunia Rangga berhenti berputar. "Apa?"

"Gugatan cerai," ulang Indira dengan jelas, dengan tegas. "Aku akan ke pengacara minggu depan. Aku akan ajukan gugatan cerai secara resmi. Pernikahan kita sudah selesai, Mas Rangga. Sudah waktunya kita formalisasi itu secara hukum."

"TIDAK!" Rangga berteriak,suara yang memenuhi ruang tamu, yang mungkin membangunkan Ayunda di atas. "Aku tidak mau cerai! Aku tidak setuju!"

"Aku tidak butuh persetujuanmu," Indira menjawab dengan dingin. "Gugatan cerai bisa diajukan secara sepihak. Dan aku punya cukup alasan, perselingkuhan, pernikahan kedua tanpa izin istri pertama, pengabaian, dan masih banyak lagi. Pengadilan akan setuju dengan gugatanku."

"Dira, kumohon..." Rangga melangkah mendekat, kali ini dengan nada memohon. "Jangan lakukan ini. Kita bisa bicarakan, kita bisa atur semuanya..."

"Atur apa?" Indira menatapnya dengan tatapan tajam. "Atur bagaimana kamu tetap bisa punya dua istri? Atur bagaimana aku harus rela berbagi suami? Maaf, Mas Rangga. Aku tidak tertarik dengan pengaturan seperti itu."

"Tapi kenapa sekarang?" Rangga bertanya dengan frustrasi. "Kenapa kamu baru mau cerai sekarang? Kenapa tidak dari awal, saat kamu tahu aku menikah dengan Ayunda? Kenapa kamu diam saja? Kenapa kamu biarkan dia tinggal di sini? Kenapa kamu terima semuanya kalau ujung-ujungnya kamu tetap akan cerai?"

Indira tersenyum, senyum yang dingin, yang penuh dengan kepuasan.

"Karena aku sengaja, Mas Rangga," jawabnya dengan nada yang sangat tenang. "Aku sengaja membiarkan kamu menikahi Ayunda. Aku sengaja membiarkan dia tinggal di sini. Aku sengaja membiarkan kalian hidup bersama. Karena aku ingin kamu tahu, aku ingin kamu merasakan sendiri... bahwa istri barumu tidak lebih baik dari aku."

Rangga terdiam, mulut terbuka tapi tidak ada suara yang keluar.

"Aku ingin kamu merasakan bagaimana rasanya hidup dengan wanita yang tidak bisa masak," lanjut Indira dengan senyum yang semakin lebar. "Wanita yang tidak bisa bersih-bersih. Wanita yang tidak bisa urus rumah tangga. Wanita yang hanya bisa mengeluh dan minta dilayani seperti putri kerajaan."

"Dira..."

"Aku ingin kamu bandingkan," Indira memotong. "Bandingkan hidupmu sekarang dengan hidupmu dulu. Dulu kamu pulang, rumah selalu rapi. Makanan selalu tersedia. Pakaianmu selalu bersih dan disetrika. Semua kebutuhanmu selalu terpenuhi tanpa kamu harus minta. Dan sekarang? Sekarang kamu harus bersih-bersih sendiri setelah pulang kerja. Kamu harus masak atau pesan makanan sendiri. Kamu bahkan harus tidur di sofa karena istri barumu tidak nyaman untuk kamu."

Setiap kata yang Indira ucapkan adalah tusukan yang tepat mengenai sasaran. Karena semua itu benar. Sangat benar. Dan Rangga tidak bisa membantahnya.

"Aku ingin kamu tahu apa yang kamu sia-siakan," Indira melanjutkan dengan suara yang bergetar, bukan karena sedih, tapi karena amarah yang tertahan. "Aku ingin kamu menyesal. Dan sekarang... setelah kamu merasakan sendiri, aku akan pergi. Aku akan cerai. Dan Mas bisa menikmati hidup baru dengan Ayunda tanpa aku."

Rangga menatap istrinya dengan wajah pucat. Setiap kata yang Indira ucapkan adalah kebenaran yang menyakitkan. Ayunda memang tidak seperti Indira. Ayunda cantik, menarik, bisa membuat Rangga tertarik secara fisik tapi dalam hal kemampuan sebagai istri? Ayunda jauh di bawah Indira.

Dan Rangga baru menyadari itu sekarang. Terlambat.

"Dira," Rangga berbicara dengan suara serak. "Aku... aku menyesal. Aku tahu aku salah. Aku tahu aku bodoh. Tapi kumohon... kumohon jangan cerai. Kita bisa perbaiki ini. Aku bisa..."

"Kamu bisa apa?" Indira menatapnya dengan tatapan tajam. "Kamu bisa cerai sama Ayunda? Kamu bisa kembali jadi suami yang baik? Maaf, Mas Rangga. Terlambat. Kamu sudah membuat pilihanmu. Dan sekarang aku membuat pilihan ku."

Indira berbalik, berjalan menuju tangga. Tapi Rangga tidak mau menyerah.

"Dira, tunggu..."

"Aku lelah, Mas Rangga," Indira berhenti tanpa berbalik. "Aku mau istirahat. Kita bicarakan ini lain kali."

Tapi Rangga tidak mendengarkan. Sesuatu di dalam kepalanya berteriak, jangan biarkan dia pergi. Jangan biarkan dia cerai. Jangan kehilangan dia sepenuhnya.

Ia mengikuti Indira naik tangga, mengikutinya sampai ke depan pintu kamar tamu, kamar yang sekarang Indira tempati.

Indira membuka pintu, masuk ke dalam. Ia langsung menuju lemari, membuka dengan kasar, dan mulai mengeluarkan pakaian-pakaiannya. Ia melempar koper besar ke atas tempat tidur, mulai memasukkan barang-barangnya dengan gerakan cepat, efisien.

"Apa yang kamu lakukan?" Rangga berdiri di ambang pintu dengan wajah panik.

"Apa yang terlihat seperti aku lakukan?" Indira tidak menghentikan pekerjaannya. "Aku packing. Aku akan pindah ke apartemenku. Aku tidak akan tinggal di rumah ini lagi."

"Tidak," Rangga masuk ke kamar. "Tidak, kamu tidak bisa pergi. Ini rumahmu..."

"Ini bukan rumahku lagi," Indira memotong sambil memasukkan skincare dan makeup-nya ke dalam tas terpisah. "Rumah ini sudah jadi milik kamu dan Ayunda. Aku hanya tamu di sini. Dan aku tidak mau jadi tamu lebih lama lagi."

"Dira, kumohon..." Rangga mencoba meraih tangan Indira, tapi wanita itu menghindari.

"Jangan sentuh aku," Indira memperingatkan dengan nada dingin.

Rangga menatap istrinya yang terus packing dengan panik yang semakin membesar. Ia harus melakukan sesuatu. Ia harus menghentikan Indira. Ia tidak bisa membiarkan wanita ini pergi, tidak sekarang, tidak seperti ini.

Otaknya bekerja cepat, terlalu cepat untuk berpikir rasional. Dan akhirnya ia membuat keputusan yang sangat, sangat bodoh.

Saat Indira sibuk dengan kopernya, Rangga perlahan mundur ke pintu. Tangannya meraih gagang pintu dari luar. Dan dalam satu gerakan cepat, ia menarik pintu dan menutupnya dengan keras.

BRAK!

Pintu tertutup dengan bunyi keras. Dan detik berikutnya...

Bunyi kunci yang diputar dari luar.

Indira membeku. Ia menatap pintu yang baru saja tertutup dengan mata terbelalak. "Mas Rangga? RANGGA!"

Ia berlari ke pintu, memutar gagang pintu tapi terkunci. Terkunci dari luar.

"MAS RANGGA!" Indira menggedor pintu dengan keras. "BUKA PINTU INI SEKARANG!"

Di luar, Rangga bersandar di pintu dengan napas terengah-engah. Tangannya gemetar memegang kunci. Apa yang baru saja ia lakukan? Apa yang baru saja ia lakukan?

Tapi ia tidak bisa membukanya lagi. Tidak sekarang. Ia harus mencegah Indira pergi. Ia harus...

"MAS RANGGA!" suara Indira dari dalam semakin keras. "KAMU GILA? BUKA PINTU INI! KAMU TIDAK BISA MENGUNCI AKU DI SINI!"

"Maaf," Rangga berbicara dengan suara serak, entah Indira bisa mendengar atau tidak. "Maaf, Dira. Tapi aku tidak bisa biarkan kamu pergi. Tidak seperti ini. Tidak sekarang."

"MAS RANGGA!" Indira menggedor lebih keras. "INI TIDAK LUCU! BUKA PINTU INI SEKARANG JUGA!"

Tapi Rangga tidak membuka. Ia berjalan menjauh dari pintu dengan kunci masih tergenggam erat di tangannya, berjalan ke kamar utama dengan langkah gontai.

Di dalam kamar tamu, Indira berhenti menggedor. Ia menatap pintu dengan napas terengah-engah, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Rangga menguncinya. Menguncinya dari luar. Seperti... tahanan.

Indira mundur perlahan, duduk di tepi tempat tidur dengan tangan gemetar karena marah. Marah yang sangat, sangat besar.

Bagaimana berani Rangga melakukan ini? Bagaimana berani ia mengunci istrinya sendiri seperti kriminal?

Indira meraih ponselnya dari clutch, untung ia tidak meninggalkan ponselnya di dalam koper. Jemarinya bergerak cepat, mengetik pesan untuk Rani.

"Ran, darurat. Rangga mengunciku di kamar. Aku tidak bisa keluar. Call me ASAP."

Pesan terkirim. Sekarang ia hanya bisa menunggu. Menunggu dan merencanakan langkah selanjutnya.

Karena satu hal yang pasti, setelah ini, Rangga akan menyesal telah membuat keputusan bodoh untuk menguncinya.

Sangat menyesal.

1
rian Away
awokawok Rangga
Ariany Sudjana
itu hukum tabur tuai Rangga, terima saja konsekuensinya. Indira kamu sia-siakan demi batu kerikil
yuni ati
Menarik/Good/
Ma Em
Alhamdulillah Indira sdh bisa keluar dari rumahnya, Rani emang sahabat terbaik , pasti Rangga kaget pas buka kamar Indira sdh pergi .
Wulan Sari
ceritanya semakin kesini semakin menarik lho bacanya, seorang istri yg di selingkuhi suami,bacanya bikin greget banget semoga yg di aelingkuhi lepas dan cerita akhirnya happy end semangat 💪 Thor salam sukses selalu ya ❤️👍🙂🙏
Wulan Sari
suka deh salut mb Indira semangat 💪
Ma Em
Makanya Rangga jgn sok mau poligami yg akhirnya akan membawamu pada penyesalan , kamu berbuat sesuka hati membawa istri keduamu tinggal bersama Indira istri pertamamu dan mengusirnya dari kamarnya dan malah tinggal dikamar tamu kan kamu gila Rangga , emang Indira wanita hebat dimadu sama suami tdk menangis tdk mengeluh berani melawan berani bertindak 👍👍💪💪
Nany Susilowati
ini novel tahun berapakah kok masih pake SMS
Ariany Sudjana
Rangga bodoh, apa dengan mengunci Indira di kamar tamu, maka Indira akan berubah pikiran? justru akan membuat Indira semakin membenci Rangga
Ma Em
Semoga Indira berjodoh dgn Adrian setelah cerai dgn Rangga .
Ariany Sudjana
Indira harus bercerai dari Rangga, ngapain juga punya suami mokondo, dan juga kan Rangga sudah punya Ayunda. lebih baik Indira kejar kebahagiaan kamu sendiri, apalagi kamu perempuan yang mandiri. masih ada Adrian, yang lebih pantas jadi suami kamu, dan yang pasti lebih berkelas dan bertanggung jawab
Dew666
🥰🥰🥰
Mundri Astuti
mending kamu pisah dulu Dira sama si kutil, biar ga jadi masalah ntar klo sidang cerai
Wulan Sari: iya cerai saja buat apa RT yang sudah ada perselingkuhan sudah tidak kondusif di teruskan juga ga baik mana ada seorang wanita di selingkuhi mau bersama heee lanjut Thor semangat 💪
total 1 replies
Ariany Sudjana
Rani benar Indira, jangan terus terpuruk dengan masalah rumah tangga kamu. kamu perlu keluar dari rumah toxic itu, perlu waktu untuk menyenangkan diri kamu sendiri. kamu tunjukkan kamu perempuan yang tegar, kuat dan mandiri
Ma Em
Rangga lelaki yg banyak tingkah punya usaha baru melek saja sdh poligami , Indira saja sang istri pertama tdk pernah dikasih nafkah eh malah mendatangkan madu yg banyak maunya yg ingin menguasai segalanya , Ayunda kira nikah dgn Rangga bakal terjamin hidupnya ga taunya malah zonk
Ariany Sudjana
bagus Indira, kamu harus tegas sama itu pelakor. urusan rumah tangga dan cari pembantu bukan urusan kamu lagi, tapi urusan Ayunda, yang katanya ingin diakui jadi nyonya rumah 🤭🤣
Ma Em
Indira hebat kamu sdh benar kamu hrs berani melawan ketidak Adilan dan mundur itu lbh baik serta cari kebahagiaanmu sendiri Indira daripada hidupmu tersiksa 💪💪💪
Ariany Sudjana
bagus Indira, kamu harus tegas dan tetap berdiri tegak, di tengah keluarga yang mengagungkan nama baik, tapi tingkah laku keluarga itu yang menghancurkan nama baik itu sendiri. sudah Indira, tinggalkan saja Rangga, masih banyak pria mapan yang lebih bertanggung jawab di luar sana dan tidak sekedar menghakimi kamu
Ariany Sudjana
itulah hukum tabur tuai, Rangga sudah memilih Ayunda jadi istrinya, ya terima semua kelebihan dan kekurangannya, jangan mengeluh dan jangan berharap Indira akan berubah pendirian
Dew666
😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!