Cermin Yang Retak : Pembalasan Dendam

Di jalan menuju rumah sakit, Natasya masih menangis tersedu-sedu, tangan menggenggam kotak kecil yang berisi foto dan gelang. Kenangan masa kecilnya terngiang-ngiang di benak: seorang anak laki-laki kecil dengan rambut hitam lebat, senyum yang ceria, yang pernah memberinya gelang itu dan berjanji akan bertemu lagi.

"Kakak janji kita akan bertemu lagi, ini gelang milikku untuk kakak, janji ya?"

"Janji."

" Ternyata itu kamu Ryujin ! " bisiknya pelan, air mata terus menetes. Ia akhirnya ingat dengan kakak laki-laki yang ia tunggu dengan sabar sebelum bertemu dengan Hendric. Tapi ada sesuatu yang membuatnya bingung: teman kecilnya dulu bernama Sejin, bukan Ryujin.

"Mengapa ia mengganti namanya? Dan mengapa ia tidak datang dan tidak menepati janjinya?" ia bertanya dalam hati. "Apa yang sebenarnya terjadi padamu, Sejin—ya, Ryujin?"

Saat sampai di rumah sakit, Natasya berdiri di luar ruangan Ryujin, melihatnya yang masih tidur melalui jendela. Hatinya terasa terbelah dua: senang karena akhirnya menemukan teman kecilnya, tapi sedih karena banyak hal yang tersembunyi dan waktu yang telah terlewati.

"Kenapa kamu hanya berdiri di luar, Natasya?" suara Doni terdengar dari belakang.

Ia berbalik, menyembunyikan kotak kecil di saku jaketnya. "Oh, Doni. Ini pakaian Ryujin yang aku bawa. Maaf ya, aku harus pergi sekarang untuk mengurus sesuatu."

Doni mengangguk dengan khawatir. "Baiklah, tapi jangan lupa ya, bosnya sangat mencari kamu."

Natasya hanya mengangguk dan berjalan cepat keluar dari rumah sakit, tidak berani melihat Ryujin lagi sebelum ia siap membahas semua yang terjadi.

Setelah seharian tidur, Ryujin akhirnya sadar. Ia membuka mata dan melihat ruangan rumah sakit di sekelilingnya. "Sudah berapa lama aku berada di sini?" tanyanya kepada Doni yang sedang duduk di samping tempat tidur.

"Dua hari sudah, bos! Kamu pingsan satu hari penuh. Untung saja ada Natasya yang membawa kamu ke rumah sakit dengan cepat!" jawab Doni dengan lega.

" Apa Natasya yang membawaku ke rumah sakit? Dimana dia sekarang?" tanya Ryujin dengan khawatir, mata memandang sekeliling ruangan.

"Entahlah, tadi dia datang membawakan pakaianmu, tapi bilang masih ada urusan dan langsung pergi. Dia nggak bilang kapan akan kembali."

Ryujin segera bangkit dari tempat tidur, ingin keluar mencari Natasya. Tapi Doni menahan tangannya. "Bos, jangan dong! Dokter bilang kamu harus istirahat beberapa hari lagi. Kamu masih lemah!"

"Sudahlah, aku baik-baik saja!" seru Ryujin, tapi akhirnya mengalah ketika melihat tatapan khawatir Doni.

Doni kemudian tertawa sedikit. "Ryujin, mengapa kamu sangat peduli dengan Natasya? Bukankah kamu sudah di tolak oleh dia?"

Ryujin memandangnya dengan mata membelalak. "Bagaimana kamu tahu?"

"A-aku kebetulan tidak sengaja melihat kalian berdua kemarin, di luar apartemen!" Doni menjawab dengan ragu, lalu tertawa lagi. "Akhirnya pohon besi bisa berbunga juga, haaaa!!!"

Ryujin mengusirnya dengan tangan. "Keluar dari sini, Doni! Aku ingin sendirian!"

Doni tertawa lagi dan keluar, meninggalkan Ryujin yang teringat dengan pengakuan Natasya yang menolaknya. Tapi di hatinya, ia tidak menyerah—terutama sekarang, ketika dia sudah tahu bahwa Natasya adalah Anita, teman kecil yang dia cari selama ini.

Di sisi lain, Reina sedang merencanakan sesuatu yang jahat. Ia memasak makan malam untuk Hendric, dan mencampur obat bius ke dalam minuman anggurnya. "Maaf, suamiku," bisiknya saat Hendric meminum minuman itu dan segera pingsan.

Ia membuka lemari meja kerja Hendric dan mengambil semua dokumen saham perusahaan. Dengan cepat, ia memindahkan seluruh saham milik Hendric kepada dirinya sendiri, tanpa diketahui oleh suaminya. "Aku tahu Anita kembali untuk merebut kembali perusahaan," katanya kepada anak buahnya. "Tapi sekarang, perusahaan akan menjadi milikku. Kamu harus menyelesaikan ini secepatnya, tanpa ketahuan oleh dia."

Anak buahnya mengangguk. "Baik, Bu Reina."

Reina melihat Hendric yang masih tidur pingsan. "Maaf aku suamiku, sayangnya kamu tidak tahu siapa Natasya yang sebenarnya. Tenang saja, aku tidak akan membuat dirimu kecewa—hanya aku yang akan mendapatkan keuntungan."

Sementara itu, Natasya bertemu dengan David di sebuah restoran mewah di pusat kota. David adalah dokter bedah plastik yang mengoperasi wajahnya, menjadikannya dari Anita menjadi Natasya. Dia juga mantan kekasih Natasya semasa hidupnya di Prancis, yang kini identitasnya diambil alih oleh Anita.

"Hallo, David, How are you?" Natasya menyapanya dengan senyum lembut.

" Natasya, I'm fine, long time no see?" David tersenyum, melihatnya dengan pandangan yang penuh kasih.

Mereka makan malam bersama, bercakap-cakap dengan sangat santai. David menceritakan tentang kehidupannya di Prancis, sedangkan Natasya hanya mendengarkan dengan perhatian. Setelah selesai makan, David mendekati dan menatapnya dengan serius.

"Natasya, When are you coming back to France? How about you come back to France with me?" tanyanya dengan suara lembut.

Natasya menggeleng perlahan, hatinya terasa sedih. "I'm sorry David, I still have business here. I'll visit you next time, once again I apologize, ok!"

David tersenyum lembut, memegang tangannya. "Okay, I will wait for you. Then I will go first, goodbye." Ia memberikan salam perpisahan dengan pelukan singkat.

"Goodbye!!" Natasya menyapa kembali, melihat David pergi dengan hati yang bingung. Dia tahu David masih mencintainya, tapi hatinya sekarang hanya terpaku pada Ryujin—teman kecilnya yang tiba-tiba muncul kembali dalam kehidupannya, namun dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab.

Setelah David pergi, Natasya berdiri di depan restoran, melihat malam hari Jakarta yang sibuk. Dia tahu dia harus kembali ke rumah sakit untuk melihat Ryujin, untuk membahas semua rahasia yang telah terungkap. Tapi dia juga takut—takut akan reaksi Ryujin ketika tahu semua alasan dia menyembunyikan identitas, dan takut akan apa yang akan terjadi ketika Reina akhirnya membongkar semuanya.