NovelToon NovelToon
Permaisuri Raja Langit

Permaisuri Raja Langit

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nafsienaff

Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.

“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.

“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.

Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 21

Hari ini Dewi sudah kembali bersemangat. Gadis itu sudah paham dengan segala yang terjadi di kehidupan manusia. Ada pertemuan berarti juga ada perpisahan.

“Aku nggak bisa di samping kamu terus hari ini. Kalau kamu butuh aku jangan lupa panggil aku saja.”

Dewi tersenyum manis kemudian menganggukkan kepalanya pada Artha yang duduk di tepi ranjang nya. Perasaan Dewi sekarang sudah seperti sedia kala. tidak ada lagi rasa sedih karena kehilangan Kayla. Dewi sudah mengikhlaskan kepergian sahabatnya itu. Terlepas dari semua yang hampir dia alami karena ulah Kayla, Dewi pun sudah memaafkan dan tidak mau mempermasalahkan nya lagi.

“Kalau begitu aku berangkat ya..” Ujar Dewi.

Artha menganggukkan kepala di sertai senyuman manis. Pria itu hanya menatap Dewi yang beranjak dari sofa dan melangkah keluar dengan penampilan rapi dari kamarnya.

Ya, hari ini Dewi akan mulai kembali ke rutinitas sehari harinya.

Artha turun dari ranjang Dewi kemudian melangkah menuju balkon. Dia mengawasi dengan seksama Dewi yang baru keluar dari dalam rumah dan masuk ke dalam mobil bersama ayahnya. Pria itu tetap diam berdiri di tempatnya sampai mobil Doni keluar dari pekarangan rumah lalu menghilang dari pandangan mata.

Beberapa menit setelah mobil Doni pergi, Artha masih berdiri di tempatnya. Ketika ia hendak pergi tiba tiba pintu kamar Dewi di buka oleh Sita.

Artha memutar tubuhnya dan mendapati Sita yang sibuk mengambil beberapa jimat yang hari itu dia taruh sebagai penangkal berbagai macam makhluk yang berniat jahat pada Dewi.

“Tidak seharusnya aku melakukan ini..” Gumamnya.

Sita menatap jimat jimat di tangannya. Wanita itu baru menyadari bahwa dirinya sangat konyol dan berlebihan. Tidak seharusnya Sita mempercayai dukun yang belum tentu benar benar berniat membantunya.

“Mungkin ayah benar, aku hanya harus berpikir positif saja.” Sita kembali bergumam.

Setelah memastikan semua jimat yang dia pasang telah semua di ambil, Sita pun kembali keluar dari kamar Dewi.

Artha yang sejak tadi memperhatikan juga mendengar gumaman Sita tetap diam. Pria itu kemudian menghela napas dan menghilang untuk kembali ke istana langit.

Setibanya di istana langit, Artha di hampiri oleh Brama.

“Yang mulia..” Brama bersimpuh di hadapan Artha dengan penuh rasa hormat.

“Bangunlah.” Perintah Artha dengan nada tenang.

“Aku dengar ibunda sakit. Bagaimana keadaannya?”

“Selir Agung sudah mulai membaik yang mulia.”

Artha hanya diam. Dia kemudian berlalu begitu saja menuju istana Selir Agung.

Saat Artha melangkah, Artha banyak berpapasan dengan prajurit, juga dayang dayang di istana yang langsung menunduk dan memberi hormat padanya.

Begitu sampai di Istana Selir Agung, Artha mendapati wanita itu sedang menyulam. Dia duduk memunggungi Artha yang berdiri di belakang nya.

“Aku dengar ibunda sakit.”

Mendengar suara Artha, Selir Agung pun tersenyum. Dia menghentikan aktivitas nya dan meletakan jarum serta kain yang di pegangnya diatas meja di depannya.

“Hem.. Kemarilah nak..” Titah lembut Selir Agung tanpa menoleh pada Artha.

Artha mendekat. Dia berdiri di samping kursi yang di duduki Selir Agung.

“Jangan kaku begitu. ini bundamu. Duduklah..” Kata Selir Agung dengan senyuman yang terus menghiasi bibir merahnya.

Artha mengangguk. Dia duduk di kursi yang ada disamping kursi yang di duduki Selir Agung.

“Bagaimana keadaan bunda?” Tanya Artha pelan.

Selir Agung semakin tersenyum lebar.

“Seperti yang kamu lihat sekarang. Bunda sudah baik baik saja.” Jawabnya.

Artha mengangguk pelan. Sejak Kayla meninggal Artha memang selalu menemani Dewi hingga Artha baru tau tentang kabar Selir Agung yang jatuh sakit.

“Akhir akhir ini kamu juga sepertinya sangat sibuk. Jangan lupa pentingkan kesehatan kamu nak.. Bund tidak mau kalau sampai anak bunda jatuh sakit.” Lanjut Selir Agung.

Artha tersenyum samar. Meski Selir Agung selalu bersikap lemah lembut, juga perhatian padanya entah kenapa Artha merasa dirinya sangat tidak nyaman. Padahal Artha sudah sejak kecil tinggal bersama Selir Agung.

“Kamu pasti baru kembali kan? Istirahat lah.. Jangan terlalu mengkhawatirkan bunda.. Bundamu ini sudah baik baik saja.” Selir Agung menepuk pelan bahu Artha. Dia benar benar menunjukkan seluruh kasih dan perhatian nya pada Artha.

“Ya.. Bunda.” Angguk Artha menurut saja.

Artha kemudian beranjak. Dia keluar dari istana Selir Agung dan menuju tempatnya sendiri untuk sekedar membersihkan diri kemudian berpikir tentang apa yang harus di lakukan.

Selesai membersihkan diri, Artha memanggil Brama.

“Saya yang mulia..” Seperti biasa, Brama selalu bersikap hormat pada Artha.

“Apa Fabian tau tentang penemuan gelang pelindung milik permaisuri Ageung?”

Brama terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab dengan penuh keyakinan.

“Seharusnya tidak yang mulia. Karena saya menemukan gelang itu sendirian. Dan saya juga tidak mengatakan pada siapa siapa selain pada yang mulia.” Jawab Brama.

Artha menghela napas. Meski tidak terlalu akrab dengan Fabian, namun Artha berharap tetap bisa berhubungan baik. Apa lagi Selir Agung juga sangat baik dan perhatian padanya.

“Apa kamu tau kapan Selir Agung jatuh sakit?”

“Sekitar 4 hari yang lalu yang mulia. Selir Agung bahkan seperti baru saja berkelahi. Dia terluka dalam cukup parah.”

Jawaban Brama membuat Artha mengernyit. 4 hari lalu adalah hari dimana Artha mengalahkan iblis yang Kayla sebut ratu. Dan hari itu juga Artha membunuh Kayla yang sudah mempunyai keniatan mencelakai Dewi.

*****

“Aku turut berdukacita ya asal meninggalnya sahabat kamu.. Aku benar benar ikut merasakan apa yang kamu rasakan Wi.. Tapi kamu harus tetap kuat dan ikhlas.”

Dewi tersenyum paksa pada Marchel yang kini berhasil mencegatnya. Padahal Dewi sudah berusaha menghindar, namun Marchel tetap bisa menemukan nya.

“Pokonya kamu nggak usah mikirin sahabat kamu lagi. Kamu harus percaya apa yang terjadi memang sudah kehendak takdir.” Marchel merangkul bahu Dewi. Pria itu benar benar bersikap sok akrab pada Dewi.

“Eh i iya iya..” Dewi mengiyakan saja. Dia berusaha melepaskan rangkulan Marchel karena merasa tidak nyaman.

“Maaf laki laki dan perempuan tidak boleh berkontak fisik berlebihan.” Kata Dewi menyingkirkan tangan Marchel di bahunya.

“Ah ya ya.. Ya ampun.. Aku yang salah, aku terlalu lancang. Aku yang minta maaf sama kamu.” Marchel meringis malu. Sedikitpun pria itu tidak berniat kurang ajar pada Dewi. Marchel hanya berusaha memberitahu Dewi dengan caranya sendiri bahwa Marchel akan selalu berada di samping Dewi.

Dewi hanya mengangguk dengan senyum terpaksa. Gadis itu benar benar tidak bisa lagi merasa nyaman jika tidak ada Artha di samping nya. Bahkan meski pemandangan di depannya sangat bagus namun tetap saja rasanya ada yang menutupi semua keindahan yang terpampang nyata di matanya.

TBC

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!