NovelToon NovelToon
Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Status: sedang berlangsung
Genre:Anime / Reinkarnasi
Popularitas:477
Nilai: 5
Nama Author: Lidelse

Reni adalah pemuda pekerja keras yang merantau ke kota, dia mengalami insiden pencopetan, saat dia mengejar pencopetan, dia tertabrak truk. Saat dia membuka mata ia melihat dua orang asing dan dia menyadari, dia Terlahir Kembali Menjadi Seorang Perempuan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lidelse, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Deklarasi 1

Di bar yang suram tempat insiden pelemparan botol terjadi, kerumunan sudah bubar, dan para penjaga sudah membersihkan kekacauan, tetapi satu orang tetap tinggal—seorang pria berkerudung yang duduk di sudut yang paling gelap.

Pria itu, tentu saja, adalah Valerius, Count pengkhianat yang telah menculik kepercayaan Lyra.

Valerius tidak datang untuk bersantai. Dia datang karena dia merasakan fluktuasi Mana yang sangat spesifik dan sangat kuat:

Mana Darah yang meledak dan kemudian menghilang dengan cepat, diikuti oleh jejak samar Temporal Leap dari Lyra. Dia tahu kedua anak itu ada di sana.

Valerius berjalan ke area tempat Gilga dan Lyra berdiri. Ia mengabaikan pecahan kaca yang sudah disapu ke pinggir ruangan. Fokusnya tertuju pada noda kecil yang telah dikeringkan oleh Mana Gilga.

Pria besar yang mencoba menggoda Lyra dan dilempar botol sudah gemetar di sudut.

"Count Valerius! Maafkan kami, kami tidak tahu mereka bangsawan tersembunyi—"

Valerius mengangkat tangannya, membungkam pria itu dengan Mana yang dingin.

"Diam. Aku tidak tertarik pada drama murahanmu."

Valerius berlutut, matanya yang tajam menatap ke lantai batu. Ia melihat noda kecil darah yang merembes di batu—sisa dari pecahan botol yang mengenai dada Gilga.

Valerius, sang ahli sihir yang licik, mengeluarkan sebuah tabung reaksi kristal kecil yang transparan dari balik jubahnya.

Dia mengaktifkan Mana, bukan Mana sihir murni, tetapi Mana yang dirancang untuk memanen jejak esensial. Dengan hati-hati, Valerius mengarahkan ujung tabung kristal ke noda darah Gilga.

Secepat kilat, noda darah itu menghilang dari batu, tersedot ke dalam tabung kristal. Di dalam tabung, jejak darah kecil itu memancarkan aura merah tua yang menakutkan—aura khas Archmage Darah.

Valerius menyeringai.

"Gilga Von Rabiot,"

bisik Valerius dengan suara rendah yang jahat.

"Putra Onika Rabiot. Kau adalah Archmage Darah. Menarik."

Valerius menutup tabung itu dengan segel Mana. Dia menatap ke arah tempat Lyra menghilang.

"Kau pikir kau sudah lolos dengan Temporal Leap yang terburu-buru itu, Lyra Astrea? Kau memberi anjing peliharaanmu kesempatan untuk meninggalkan jejak. Aku tidak akan membiarkanmu merusak rencanaku lagi. Kau akan datang padaku, atau aku akan menggunakan darah ini untuk membawamu kepadaku."

Di sebuah gudang tua yang tersembunyi di Distrik Sona, tempat yang sempurna untuk pertemuan ilegal,

Count Valerius sedang berlutut. Di lantai tanah, ia meletakkan Gulungan Sihir Jiwa yang ia curi. Cahaya redup Mana berwarna hijau pucat menyelimuti gulungan itu saat Valerius merapal mantra, mencoba menafsirkan tulisan kuno di dalamnya. Tabung kristal berisi darah Gilga diletakkan di sampingnya.

Tiba-tiba, suara derit sepatu bot yang lembut terdengar.

Valerius tidak perlu berbalik untuk tahu siapa itu.

Raven si Pembersih, wanita yang Lyra kenal dari Silvania, kini berdiri bersandar dekat pintu gudang. Rambut putihnya yang mencolok dan matanya yang merah memancarkan aura bahaya dan perhitungan. Dia mengenakan pakaian kulit gelap yang praktis.

Valerius menghela napas, menghentikan mantera.

"Aku tahu kau akan datang, Raven. Kau selalu mengendus masalah dan pembayaran."

"Tentu saja aku datang,"

jawab Raven, suaranya halus tetapi dingin. Dia melangkah masuk, debu beterbangan di belakangnya.

"Aku menjual kristal alpha yang sangat langka itu kepadamu, Valerius. Kristal yang kau gunakan untuk menculik Putri Lyra. Dan di mana putri itu sekarang?"

Raven bersedekap, nada kekecewaan yang kentara dalam suaranya.

"Aku kecewa, Valerius. Kau tidak membawa Lyra kepadaku. Kita sudah sepakat. Kau mendapatkan akses ke gulungan, aku mendapatkan tawanan yang tak ternilai harganya untuk dijual kembali."

Valerius berdiri, mengabaikan kecaman Raven.

"Kecelakaan kecil. Bocah itu jauh lebih kuat daripada yang kau bayangkan, dan Dewa Pedang Astrea telah melatihnya dengan baik."

Raven tertawa sinis. Dia menyindir Valerius.

"Kecelakaan kecil, katamu? Kau gagal dalam misi utama, dan sekarang kau malah mengkhianati Marlina dan seluruh Elemendorf secara terbuka! Kau adalah Archmage Air yang terhormat. Kau menodai kehormatanmu, hanya untuk gulungan yang belum tentu bisa kau pahami itu."

"Kehormatan adalah ilusi, Raven. Kekuatan adalah segalanya,"

balas Valerius, suaranya tenang.

"Dan aku tidak mengkhianati Marlina. Aku hanya menyingkirkan pewaris yang mengancam visiku untuk Kerajaan."

Raven melirik tabung kristal yang berisi darah merah tua di lantai.

"Aku tidak peduli dengan visi bodohmu. Aku hanya peduli dengan tawanan yang ku harapkan itu. Di mana Lyra?"

Valerius akhirnya memberikan informasi.

"Kau ingin dia? Cari saja. Dia tidak mati."

"Lyra ada di Penginapan Alexa Noviert, di Distrik Alexa,"

kata Valerius, menyeringai.

"Dia datang ke Ibu Kota. Dan besok dia akan masuk Akademi Elorick."

Raven mengangkat alisnya, tampak terkejut.

"Dia langsung ke sarang singa? Berani sekali. Lalu apa rencanamu, Count Pengkhianat?"

"Sederhana,"

Valerius mengarahkan pandangannya ke gulungan itu.

"Aku akan berada di sana saat upacara penyambutan, Raven. Aku akan berpidato di hadapan para murid baru. Aku adalah Count yang terhormat, setelah semua. Itu adalah panggungku. Lyra akan melihatku, dan dia akan dipaksa untuk bertindak."

Raven menggeleng.

"Aku masih tidak mengerti. Kenapa kau tidak menggunakan racun atau pembunuh bayaran? Kenapa drama politik?"

Valerius mengambil tabung kristal berisi darah Gilga.

Raven bertanya untuk apa darah itu.

"Dan untuk apa kau mengumpulkan sampel darah ini? Darah Darah Archmage?"

Valerius memutar tabung kristal itu di jarinya. Matanya berkilat jahat.

"Itu adalah darah dari anjing penjaganya, Gilga Von Rabiot. Lyra sudah terlalu pintar untuk langsung diserang. Tapi anjing itu akan menjadi kelemahannya."

Valerius memasukkan tabung itu ke dalam jubahnya.

"Aku akan menunggu Lyra di Akademi. Tapi jika dia terlalu lama berpikir, biarkan anjingnya yang mengantarnya ke sini."

Raven menyeringai.

"Maksudmu, kau akan menggunakan darah itu untuk memancing anjingnya, dan anjingnya akan membawa tuannya ke tempat pemotongan? Aku menyukai kejahatanmu, Valerius. Setidaknya, kau tahu cara bermain. Tapi ingat, aku akan datang untuk mendapatkan bayaranku."

Raven menghilang secepat dia muncul, meninggalkan Valerius sendirian dengan Gulungan Sihir Jiwa dan rencana jahatnya.

Valerius berdiri sejenak, menatap pintu gudang yang baru saja ditinggalkan Raven. Senyum jahatnya melebar.

"Kau tidak akan mendapatkan bayaran, Raven,"

gumam Valerius, suaranya dipenuhi arogansi.

"Sebagai gantinya... kau akan menjadi anjingku, sama seperti semua orang yang meremehkan ambisiku."

Valerius berjalan ke meja kayu reyot yang ia gunakan di gudang itu. Ia membuka laci yang ada di meja.

Di dalamnya, terlihat beberapa sampel darah lain yang tersimpan dalam tabung kristal serupa. Sampel itu berasal dari berbagai Archmage dan bangsawan yang mungkin menjadi target atau ancaman bagi Valerius di Ibu Kota. Valerius mengumpulkan kelemahan setiap orang yang ia hadapi.

Valerius mengambil tabung kristal berisi darah Gilga. Ia kembali ke Gulungan Sihir Jiwa yang terhampar di lantai.

Dengan gerakan yang disengaja dan jahat, Valerius menuangkan sampel darah Gilga ke atas Gulungan Sihir Jiwa yang ia curi.

Darah Gilga seketika meresap ke dalam gulungan kuno itu, dan gulungan itu bersinar dengan cahaya merah tua yang mengerikan. Sihir Darah Gilga kini telah menyatu dengan sihir dari Gulungan Jiwa, menciptakan hubungan sihir yang kuat.

Valerius mengangkat kepalanya ke langit-langit gudang, dan tertawa jahat. Tawa itu bergema di seluruh ruangan, menandakan dimulainya ritual keji yang akan menghubungkan Gilga dan gulungan itu.

"Selamat datang dalam permainan, Gilga Von Rabiot,"

bisik Valerius.

"Kau adalah kunci untuk mengendalikan Lyra, dan Gulungan ini akan memastikan kau membawanya langsung kepadaku."

Lyra dan Gilga melangkah keluar dari kereta kuda Elemendorf, diikuti oleh Marlina yang tampak anggun. Keramaian di luar gerbang Akademi segera memberikan jalan saat mereka berjalan melewati alun-alun utama.

Mereka berjalan menuju Aula Kolosal Akademi, sebuah bangunan megah yang dirancang untuk menampung ribuan orang. Di dalamnya, ribuan murid baru, para Magician, Adept, dan beberapa Mage dari seluruh wilayah Kerajaan Elemendorf sudah duduk di tribun, bersemangat dan gugup.

Lyra dan Gilga mengambil tempat di barisan depan,

tempat yang disediakan untuk murid-murid dari faksi bangsawan utama. Lyra dapat merasakan sorotan mata, tetapi dengan statusnya sebagai 'Mage', sorotan itu lebih didasarkan pada garis keturunan Elemendorf-Astrea-nya daripada kekuatannya.

Lyra dengan cepat menyadari sesuatu: Valerius belum terlihat.

Tiba-tiba, lampu-lampu di aula meredup. Suara gemuruh ribuan murid mereda menjadi keheningan yang penuh antisipasi.

Di panggung besar yang dinaungi lambang Akademi Elorick, sebuah obor yang dikelilingi rune pengetahuan, seorang wanita yang tampak agung dan berwibawa melangkah maju ke podium.

Wanita itu memiliki rambut putih yang disanggul rapi dan Mana Angin yang terasa kuat dan cerdas di sekitarnya. Dia adalah Solosa Mercury, Kepala Sekolah Akademi Elorick, seorang Archmage terkenal dan dihormati di Sincorta.

Solosa Mercury berdiri di podium, menatap ribuan wajah di hadapannya dengan tatapan yang tajam dan serius. Mana Anginnya menguat, memperbesar suaranya hingga mencapai setiap sudut aula.

"Selamat datang, para murid baru Akademi Elorick,"

kata Solosa, suaranya tenang, tetapi dipenuhi otoritas.

"Kalian hari ini memasuki jantung intelektual Kerajaan Elemendorf. Di belakang kalian, ada desa dan kota asal kalian. Di depan kalian, ada Sincorta, pusat dari segala intrik, kekuasaan, dan ambisi."

"Akademi Elorick tidak ada untuk memanjakan. Kami ada untuk menuntut. Kami akan mendorong batas Mana kalian, menguji batas pengetahuan kalian, dan mempertanyakan setiap asumsi yang kalian pegang."

Solosa Mercury mencondongkan tubuh sedikit, intensitas suaranya meningkat.

"Dalam tingkatan sihir, beberapa dari kalian mungkin seorang Magician. Beberapa dari kalian Adept. Dan beberapa yang terpilih sudah mencapai Mage. Level apapun kalian, itu hanyalah permulaan."

(Lyra merasa sedikit lega karena Solosa menyebutkan levelnya secara umum, tidak menyoroti dirinya secara spesifik.)

"Di sini, kami akan mengubah Magician menjadi Adept, Adept menjadi Mage, Mage menjadi Archmage. Dan bagi mereka yang paling berani, paling cerdas, dan paling bertekad, mungkin suatu hari nanti kalian akan menyentuh tingkat yang hanya dicita-citakan: Sage."

Solosa memberi jeda, membiarkan harapan dan ambisi menyebar di aula.

"Akademi ini terletak di Middle Grail, di antara para bangsawan dan pembuat keputusan. Kalian akan belajar bahwa kekuasaan Mana harus diimbangi dengan kebijaksanaan politik. Jangan hanya belajar buku sihir; pelajari juga wajah-wajah yang duduk di sebelah kalian dan di hadapan kalian."

"Mulai hari ini, kalian berkompetisi. Kalian bersaing bukan hanya untuk mendapatkan gelar, tetapi untuk mendapatkan masa depan. Kalian adalah harapan Kerajaan. Jangan pernah sia-siakan talenta yang kalian miliki."

Solosa Mercury tersenyum, senyum yang dingin namun tulus.

"Selamat datang di Elorick. Tunjukkan pada kami mengapa kalian pantas berada di sini."

Tepuk tangan bergemuruh di aula. Saat suara gemuruh itu mereda, Solosa Mercury memberi isyarat ke samping podium.

"Dan sekarang,"

kata Solosa, suaranya kembali menguat.

"Kami merasa terhormat untuk menyambut salah satu Archmage paling dihormati di Dewan Elemendorf. Pria yang akan menyampaikan kata-kata inspirasi untuk kalian. Sambutlah Count Valerius!"

Lyra seketika menegang. Matanya membelalak. Dia sudah tahu ini akan terjadi, tetapi mendengar nama itu di aula yang sama membuatnya merasakan gelombang Mana yang dingin. Valerius telah tiba.

1
Anonymous
ceritanya wahhh, sih. cuma kayaknya penulisan nya bisa lebih emosional lagi
Anonymous
gila plot twist nya
Moge
episode 4 udah mulai seru jir
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!