Yura yang terjerat masalah terpaksa meninggalkan Hanan suaminya dan putri yang baru dilahirkannya, agar mereka tetap hidup karena kritis dirumah sakit akibat kecelakaan. Hanya keluarga suaminya yang memiliki uang yang bisa membantunya dengan satu syarat menyakitkan!
Lima tahun kemudian, Yura dipertemukan dengan anak yang dilahirkan, dibawa sebagai pengasuh oleh istri baru Hanan. Dengan kebencian dari keluarga Maheswari serta pria yang di cintai, mampukan Yura bertahan demi anaknya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Bertemu Paman Tampan.
Disisi lain, Yura dan Aura tengah duduk disebuah kedai ice cream yang tidak jauh dari rumah Hanan. Setelah Hanan pergi dan Eva berada didalam kamarnya, Aura merengek ingin makan ice cream. Sebenarnya Yura menolak karena tidak memiliki izin Gendhis ataupun Hanan membawa Aura keluar, tapi Aura memaksa.
"Paman tampan, terimakasih banyak sudah men traktir Aura..." Gadis kecil itu berkata dengan nada centil dan senyum lebar.
Sementara pria yang dipanggil Paman tampan mengangguk dengan senyum tipis, "Sama-sama." Dia Nicko, mantan bosnya Yura.
Tadi Nicho sedang kebetulan lewat, lebih tepatnya sepertinya dia sengaja lewat hanya untuk mencari dimana Yura tinggal, tidak taunya bertemu Yura dan seorang anak kecil dijalan.
Yura sebenarnya merasa tidak nyaman karena sikap Nicko tiba-tiba begitu baik padanya, dari mulai kecelakaan kemarin sampai sekarang ternyata Nicko masih perduli.
"Yura, kamu sungguh baik-baik saja kan kemarin!" Tanya Nicko.
Yura menggelengkan kepalanya pelan, bermaksud supaya Nicho tidak membahas kecelakaan kemarin dihadapan Aura. Aura yang selalu ingin tau bisa bertanya-tanya nantinya.
Nicko mengerti maksudnya, pria itu pun mengurungkan niatnya bertanya, melihat kondisi Yura yang sepertinya baik-baik saja, Nicho cukup lega.
"Paman Nicko ini, siapanya bibi Yura?" Tanya Aura penasaran. "Apa pacarnya bibi Yura?" Celetuk Aura.
Uhuk!
Uhuk!
Seketika Yura yang tengah minum tersedak karena mendengar celotehan Aura yang mengatakan Nicko sebagai pacarnya.
Sementara Nicko tertawa kecil, memijat pelan leher belakang Yura dengan lancang. "Pelan-pelan saja minumnya, tidak ada yang meminta minumanmu!"
Jantung Yura berdetak begitu cepat, ia merasa tidak nyaman lalu menurunkan tangan Nicko yang tidak pantas menyentuhnya sembarangan. Hati Yura merasa aneh saja saat tangan mantan bosnya menyentuh lehernya.
"Sayang, paman ini mantan bosnya bibi bekerja dulu sebelum menjadi pengasuh kamu. Jadi, dia bukan siapa-siapa bibi!" Jawab Yura menjelaskan.
"Sekarang bukan siapa-siapa, tapi nanti menjadi siapa!" Gumam Nicko membalas.
Aura seketika menatap Nicko. "Paman bilang apa?" Tanya Aura.
"Oh, paman hanya mau bilang kalah yang dikatakan bibi Yura benar. Paman cuma mantan bosnya!"
Ternyata anak dari Hanan Maheswari sangat cerewet dan kepo an. Tunggu, Nicko tiba-tiba saja berfikir tentang Aura, dia anaknya Hanan Maheswari. Apa jangan-jangan, gadis kecil dihadapannya itu anaknya Yura juga?
Lima tahun yang lalu, Nicko yang menolong Yura dirumah sakit karena Yura tidak memiliki biaya administrasi selama perawatan. Eva Maheswari hanya membayar biaya persalinan operasi dan perawatan Hanan, sementara setelah operasi, selama perawatan Yura, Eva lepas tangan dan Yura bukan lagi urusannya.
Nicko membantu Yura sampai pulih, lalu memberinya pekerjaan digrup Willson. Semuanya dilakukan Nicko dengan tulus, tapi Yura membayarnya sebagai hutang.
Jadi Nicko tau, apa yang terjadi pada pernikahan Yura dan Hanan. Dan ia juga sangat yakin kalau gadis kecil itu anak kandungnya Yura, ada perpaduan wajah cantik Yura yang membingkai wajah Aura.
"Paman tadi naik motor besar ya? Aura mau ikut paman boleh?" Celetuk Aura dengan antusias.
Yura menggeleng. "Tidak boleh sayang. Aura tidak boleh naik motor, kita cari taxi saja oke!"
"Nggak mau, bibi. Mau coba naik motor gede! Pasti seru, Aura pernah naik motor sama mama, tapi kecil! Tapi tadi Aura lihat motor Paman tampan besar dan keren!" Balas Aura memuji.
Nicko tersenyum mendengar permintaan Aura. Sepertinya seru naik motor bertiga dengan Yura dan Aura. "Paman antar pulang sekalian!" Dan sepertinya seru juga melihat wajah panas Hanan melihat mengantar pulang anaknya dan Yura.
Yura menggeleng. Ia menatap kesal pada Nicho, bisa-bisanya menawarkan mengantarkan mereka pulang, yang ada Aura akan antusias semangat berkali-kali lipat.
"Benarkah? Paman baik mau ngantar kami pulang? Aura mau! Bibi Ayo, kita pulangnya diantar paman! Mau ya bibi! Plisss!!!" Aura memegang tangan Yura dan memohon, seolah seperti Yura ibunya dan dia meminta Izin.
Yura merasa bingung, dia takut kalau membuat masalah dengan pulang bareng Nicko, karena Hanan ada dirumah. Tapi melihat wajah Aura yang begitu semangat luar biasa, Yura tidak tega mematahkan semangatnya. "Kali ini saja ya..."
Aura langsung turun dari kursi dan melompat kegirangan. Dia jarang naik motor, saat naik bersama Gendhis Aura begitu semangat karena selalunya mereka naik mobil. Waktu itu Gendhis dikejar waktu dan jalan lagi macet parah, terpaksa dia naik ojek dan pakai jalan alternatif yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua.
Nicko membayar tagihan mereka, lalu keluar menyusul Aura yang sudah menunggu dengan antusias didekat motor Harley-Davidson miliknya seharga 1 miliar.
Aura duduk didepan, meskipun sedikit susah bagi Nicko, tapi tidak masalah. Sedangkan Yura masih berdiri dan merasa ragu untuk naik, dia harus bagaimana. Rasanya tidak nyaman saja berboncengan dengan mantan bosnya itu.
"Ayo bibi, Aura sudah siap!" Yura memakai helm, namun pengaitnya susah untuk dikaitkan, tiba-tiba saja Nicko merebutnya dan membantunya.
Yura tersenyum tipis, Nicko menatapnya dan mengarahkan untuk segera naik. Dengan sangat ragu akhirnya Yura ikut naik dan duduk dibelakang.
"Sudah siap?" Tanya Nicko, pria yang memakai jaket kulit warna hitam itu terlihat semakin keren mengendarai motor Harley-Davidson miliknya.
"Siap!" Sahut Aura dengan semangat.
Yura hanya diam saja, tangannya meremas pahanya sendiri, tidak ingin memegang Nicho apalagi memeluknya dari belakang.
"Kamu sudah siap, Yura?" Tanya Nicko.
"I iya..." Jawab Yura dengan gugup.
Motor mulai melaju pelan, Yura terkejut saat tiba-tiba ada polisi tidur saat motor keluar dari kedai ice cream. Sontak saja Yura memeluk badan Nicko dari belakang. Sepertinya Nicko sengaja supaya Yura memeluknya, saat Yura hendak menarik tangannya, tangan Nicko menahannya. "Lepas pak!" Bisik Yura.
"Apa kamu berkata sesuatu Yura?" Justru Nicko sengaja berkata keras supaya Aura juga mendengarnya. Saat tangan Nicko tidak lagi menahannya, Yura justru memegang jaketnya untuk berpegangan.
Untung saja tubuh Aura kecil, jadi dia cuma nyempil sedikit didepan, tidak menjadi beban buat Nicko. Mereka akhirnya sampai didepan pagar rumah berlantai dua itu.
Hanan, Gendhis dan Eva sudah sangat panik, apalagi Yura tidak membawa ponsel. Eva yang terus mengomel dan mengatakan kalau Yura menculik Aura.
"Kalian lihat kan, Wanita itu menculik Aura. Bagaimana kalau dia menyakiti Aura?"
"Tidak mungkin Mbak Yura menyakiti Aura ma. Dia sangat menyayangi Aura! Aku yakin, pasti mbak Yura memiliki alasan kenapa membawa Aura!" Sahut Gendhis.
Eva sebenarnya ingin menyalahkan Gendhis karena sibuk bekerja sampai melalaikan tugasnya menjaga Aura. "Kamu ini terlalu baik, kamu tidak tau kan kalau sebenarnya Yura itu..."
"Mah! Sudah cukup! Kita tunggu sebentar, kalau Yura belum juga pulang, aku akan cari kalau perlu lapor polisi!"
wah untung ajaa ada paman tampan 😌
kasihan tauuu 😥😥😥
buat yura sama nicko ajaaa lebih baik dari hanan yg oon 🙄