Setelah di selingkuhi oleh sang suami, Jeselyn Angelina bersumpah tidak mau berhubungan lagi dengan keluarga mantan suaminya. Namun malam naas terjadi dimana ia di perkosa oleh mantan kakak iparnya yang sudah memiliki istri, membuatnya hamil di luar nikah.
Apakah Jesi mau menjadi orang ketiga di antara hubungan mantan kakak ipar dan istrinya?
Atau Jesi harus berjuang membesarkan anaknya sendiri? Ikuti dan dukung kisahnya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon swetti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
REON TAHU PEMBUNUHAN ITU
Andra memasuki kamar Jesi yang nampak wangi dan rapi. Tidak seperti kamarnya yang selalu berantakan karena Raya tidak sempat membersihkannya. Selain bersih, tatanan kamar ini nampak sangat rapi hingga ruangan empat kali tiga ini terlihat sama seperti kamarnya yang berukuran enam kali enam.
" Sebentar mas aku ambilkan bantal sama selimut dulu." Jesi mengambil bantal dan selimut yang tersimpan di almari lalu menatanya di atas ranjang.
" Adek nggak masalah kalau mas tidur di ranjang?" Tanya Andra menatap Jesi.
" Oh mas mau tidur di lantai? Oke aku siapkan dulu." Ujar Jesi menuju almari, " Eh tapi aku tidak punya karpet atau kasur lantai mas. Gimana donk?" Ucap Jesi menatap Andra sambil nyengir kuda.
Andra merasa gemas melihat wajah Jesi yang nampak begitu imut di matanya, ia menyentil hidung Jesi dengan pelan agar tidak menyakitinya.
" Bukan itu maksud mas, dek. Mas pikir kamu bakal keberatan kalau tidur satu ranjang sama mas. Kalau adek nggak keberatan ya udah, mas tidur di samping adek." Andra naik ke atas ranjang lalu berbaring di tempat yang Jesi siapkan tadi.
Jesi melongo berdiri di pinggir ranjang, ia bingung mau bagaimana. Sejujurnya ia terlalu gugup jika berada satu ranjang dengan Andra.
" Kenapa malah berdiri di sana dek? Sini tidur!" Andra menepuk ranjang bagian Jesi.
" I.. Iya mas." Sahut Jesi.
Pelan pelan Jesi naik ke atas ranjang dengan jantung yang berdegup kencang, ia duduk bersandar pada headboard di samping Andra.
" Bagaimana dia hari ini?" Tanya Andra menatap perut Jesi sebentar.
" Alhamdulillah baik mas." Sahut Jesi merasa canggung.
" Boleh kah mas menyentuhnya?" Tanya Andra menatap Jesi. Dengan ragu Jesi menganggukkan kepala.
Andra menempelkan tangannya di perut Jesi, " Halo anak papa, sedang apa di dalam sini hmm?"
Tubuh Jesi menegang begitu mendapat sentuhan dari tangan Andra.
" Lagi apa?" Andra menunduk, kali ini ia menempelkan telinganya ke perut Jesi membuat jantung Jesi berdegup lebih kencang.
" Oh anak papa lagi makan. Makan yang banyak ya sayang biar kamu cepet besar, sehat dan kuat. Jangan nakalin mama terus ya. Kasihan mama, mama udah rela lho ngandung kamu selama sembilan bulan nanti. Kalau kamu nggak mau nurut sam papa, papa bakal cium kamu. Jaga mama ya selama papa tidak ada di samping mama." Monolog Andra sambil mengelus perut Jesi yang masih rata seolah sedang berbicara dengan bayi yang ada di dalam sana.
Tiba tiba...
Tes....
Andra menyadari sesuatu yang basah jatuh di tengkuknya, ia mendongak menatap wajah Jesi untuk memastikan sesuatu. Dan benar saja, Jesi nampak meneteskan air mata. Andra langsung merubah posisinya menjadi duduk kembali.
" Adek, kamu kenapa nangis?" Tanya Andra menangkup wajah Jesi menggunakan kedua tangannya. Jesi menggelengkan kepalanya.
" Apa ada yang sakit? " Jesi kembali menggelengkan kepala.
" Atau mas menyakitimu?" Lagi lagi Jesi menggelengkan kepalanya. Kali ini air mata yang keluar dari pelupuk matanya justru semakin deras. Hal ini membuat Andra panik.
" Adek kamu kenapa hmm? Coba katakan pada mas biar mas tahu dek. Jangan menangis seperti ini! Mas khawatir adek." Ujar Andra mengusap air mata Jesi.
Tak tahan melihat air mata kesedihan Jesi, Andra menarik Jesi ke dalam pelukannya. Ia mengelus punggung Jesi membiarkan Jesi tenang dulu.
" Apa yang sebenarnya kamu rasakan dek? Beri tahu mas kalau ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman. Sekarang mas kan suami kamu, jadi setiap masalah yang kamu alami, mas harus tahu." Ujar Andra.
Jesi melepas pelukan Andra, ia mengusap air matanya lalu memberanikan diri menatap Andra.
" Apa setelah anak kita lahir, kita masih bisa terus bersama mas?"
Deg..
Jantung Andra berdebar kencang. " A.. Apa maksudmu dek? Kenapa kita tidak bisa bersama? Kita kan suami istri?" Bukannya menjawab, Andra justru balik bertanya.
" Aku takut mas Andra dan mbak Raya mengambilnya dariku."
Lagi lagi jantung Andra berdetak kencang mendengar ucapan Jesi. Apakah Jesi tahu tentang perjanjiannya dengan Raya? Tidak.. Jesi tidak boleh tahu karena perjanjian itu tidak akan berlaku ketika Jesi melahirkan nanti.
" Kamu itu ngomong apa dek? Tentu saja kita masih bersama. Kita akan membesarkan anak kita bersama sama. Kamu jangan punya pikiran macam macam ya. Pikirkan saja kandungan kamu, supaya kamu dan calon anak kita selalu sehat. Mas akan menjaga kalian berdua." Ujar Andra menenangkan hati Jesi.
" Janji ya mas!" Jesi menatap Andra.
" Janji untuk apa?" Tanya Andra.
" Janji jangan pisahkan aku dan anak kita. Aku tidak akan bisa hidup tanpa dia." Sambung Jesi.
" Tentu saja. Kamu yang susah payah mengandung dia, jadi tidak akan mas biarkan orang lain mengambilnya darimu." Sahut Andra.
" Kenapa kamu bisa punya pikiran seperti itu? Apa ada seseorang yang mengatakan hal tidak baik padamu?" Tanya Andra khawatir Raya mengatakan sesuatu pada Jesi.
" Entah mengapa beberapa hari ini aku bermimpi mas mengambil anak kita dan memberikannya kepada mbak Raya. Aku khawatir hal itu akan menjadi kenyataan mas. Aku tidak rela jika harus berpisah dari anakku." Sahut Jesi.
Andra menghembuskan kasar nafasnya. " Itu cuma mimpi, kata orang mimpi itu hanya kembang tidur. Sekarang tidurlah sudah malam!" Imbuh Andra.
Jesi menganggukkan kepala. Keduanya berbaring miring saling berhadapan. Andra menatap Jesi yang mulai menutupkan mata.
" Apa ini yang di namakan naluri seorang ibu? Belum apa apa saja Tuhan sudah memberikan petunjuk kepada Jesi. Akan aku usahakan anak itu hanya milik kita berdua dek. Akan aku selesaikan hubunganku dengan Raya sebelum kau melahirkan."
**
Jedag jedug musik DJ menggema di sebuah club malam yang ada di negara A. Raya sedang asyik berjoget ria dengan sahabat barunya di iringi musik Dj khas negara sana.
" Ray, kak Reon tuh." Ucap Delta, sahabat baru Raya yang berasal dari Indonesia. Delta mengenal Reon lebih dulu di banding mengenal Raya. Delta merupakan teman Reon yang bekerja satu kantor dengan Reon. Mereka bekerja di salah satu firma hukum ternama di kota ini.
" Gue deketin dulu." Raya berjalan menghampiri Reon yang duduk di sofa khusus tamu VVIP.
" Hai Re." Raya duduk di sofa sebrang Reon.
" Hmm." Sahut Reok cuek.
" Kenapa sih elo masih cuek sama gue? Sebenarnya apa salah gue sama elo sampai sampai kelihatannya elo benci banget sama gue. Bahkan tanpa mengatakan apa apa elo ninggalin gue begitu aja." Ujar Raya.
Ya, entah karena apa Reon yang saat itu menjalin hubungan sebagai kekasih Raya memilih pergi meninggalkan Raya tanpa pamit. Hal ini masih menjadi pertanyaan Raya saat ini.
" Elo pengin tahu kenapa?" Tanya Reon menatap Raya.
" Katakan! Supaya gue bisa memperbaiki kesalahan gue." Sahut Raya.
Reon mendengus menertawakan Raya. " Sampai kapan pun elo nggak bakal bisa memperbaiki kesalahan elo." Ujar Reon.
" Bagaimana elo bisa menebak seperti itu? Sedangkan elo saja tidak mau memberitahu gue tentang kesalahan itu sendiri." Sahut Raya.
" Menjadi pengacara ternama itu cita cita gue sejak dulu. Apa pantas kalau gue menjalin hubungan dengan seorang kriminal seperti papa elo?"
Deg...
Raya menatap Reon sambil mengerutkan keningnya.
" Apa maksud elo seorang kriminal hah? Jangan mentang mentang elo nggak suka sama gue makanya elo mau coba fitnah almarhum papa gue. Asal elo tahu, papa gue bersih, nggak ada catatan kriminal satu pun." Raya terpancing emosi di sini.
" Nggak usah bersikap seolah olah elo nggak tahu apa apa Ray. Gue tahu dengan jelas kalau elo juga mengetahui semuanya. Elo tahu tentang kejahatan papa elo terhadap adik kandungnya sendiri."
Deg...
Lagi lagi jantung Raya berdetak sangat kencang. Apakah Reon tahu yang sebenarnya? Bagaimana Reon bisa mengetahuinya? Padahal kejadian itu sudah puluhan tahun berlalu? Pikir Raya.
" Kenapa diam? Apa elo sudah ingat semuanya?" Raya bungkam, ia tidak bisa berkata apa apa karena ia takut salah bicara.
" Waktu itu, waktu gue ke rumah elo. Tanpa sengaja gue dengar percakapan bokap elo sama elo dan nyokap lo. Dengan jelas, bokap elo mengatakan kalau perusahaan yang di pimpin oleh bokap elo itu hasil curian. Bokap elo merebut perusahaan itu dari adiknya yang telah ia bunuh."
Jeduarrrr....
TBC...
💪💪❤️❤️
*munafik
saat novel suami selingkuh kau laknat habis habis tapi saat novel istri selingkuh kau bela dan kau benarkan
ini lah dari dulu aku bilang semua orang bisa berkarya saat wanita baik2 berkarya mereka akan buat novel suami atau istri selingkuh dan mereka akan melaknat perselingkuhan itu
saat wanita murahan tukang selingkuh buat novel mereka akan membuat novel perselingkuhan dan mereka akan membela perselingkuhan itu
dan saat wanita munafik dan murahan tukang selingkuh buat novel, saat mereka buat novel suami selingkuh dia akan laknat tapi saat mereka buat novel istri selingkuh dia akan bela dan benarkan dan jelas cerminan diri nya sendiri
jadi jelaskan author dari novel mu kau termasuk yang mana
aku bukan jijik baca novel mu tapi aku jijik dengan pola pikir munafik mu dalam membuat novel