NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan
Popularitas:22.5k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 21.

Pintu apartemen tiba-tiba berderit terbuka setelah hampir sepuluh menit sunyi.

Eh?

Nadira sontak mendongak, air mata masih membekas di pipi. Degup jantungnya kacau ketika melihat sosok yang baru saja ia relakan pergi, kini kembali menampakkan diri dengan wajah dingin yang justru membuatnya semakin berdebar.

“Ardan...?” panggilnya lirih, nyaris tak percaya.

“Aku nggak jadi pergi,” jawabnya datar. “Mobilku mogok.”

Kebingungan menguasai Nadira. “Kenapa nggak telepon asistenmu untuk mengantarmu?”

“Dia lagi di jalan, jemput dokter untuk datang kesini memeriksamu. Aku juga nggak bisa pesan mobil online, ponselku mati... aku lupa charge.”

Ardan menunjukkan ponsel dengan layar gelap, lalu meletakkannya di nakas seakan itu tak penting. Dengan gerakan santai, ia melepas dasi dan jas lalu meninggalkannya di sofa. Malam itu, ia memang tidak mengenakan busana pertunangan, sebab pakaian yang seharusnya ia kenakan masih berada di tangan Claudia.

“Dokter sebentar lagi datang. Aku akan tetap di sini, menemanimu...” katanya pelan.

Nadira terdiam, panik menjalari tubuhnya. Kalau dokter sampai datang, kebohongannya akan terbongkar. Ia buru-buru mencari alasan. “Aku… ingin membersihkan wajah sebentar.”

Ardan melangkah mendekat, sorot matanya dalam. “Aku gendong saja. Kamu kelihatan terlalu lemah.” Lalu, dengan senyum tipis yang terasa menyesakkan, ia menambahkan. “Wajahmu... jelek sekali kalau habis nangis. Apa aku memang begitu berarti untukmu, sampai bisa bikin kamu sesakit ini?”

Pertanyaan itu menghantam Nadira, tapi kali ini ia memberanikan diri.

“Kamu lebih dari berarti untukku, Ardan. Aku masih mencintaimu... dari dulu, sampai sekarang. Rasaku nggak pernah berubah. Kau mungkin nggak percaya, tapi aku__”

“Cukup,” potong Ardan cepat, suaranya serak menahan gejolak. “Pegangan.”

Kenangan masa lalu kembali menusuk hatinya, perpisahan dan luka. Kalau benar Nadira selalu mencintainya, kenapa wanita itu meninggalkannya dulu?

Ardan mengangkat tubuh istrinya tanpa memberi ruang untuk membantah. Nadira hanya meraih ponselnya dengan diam-diam, lalu mengalungkan tangan ke leher suaminya. Sesaat, wanita itu merasakan dekap hangat dari suaminya walau kehangatan itu dibungkus dingin yang tak bisa ia tembus.

Di depan kamar mandi, pria itu menurunkan Nadira dengan hati-hati. Wanita itu masuk, menutup pintu di belakangnya.

Ardan berdiri sejenak, menatap pintu yang baru saja menelan bayangan istrinya. Bibirnya bergetar, dan suara lirih meluncur tanpa ia sadari.

“Aku memang t0lol... sudah kau hancurkan, tapi aku tetap kembali.”

Ia melangkah ke balkon, menyalakan sebatang rokok. Asap pertama ia hembuskan dengan getir, matanya menatap jauh ke kerlip lampu kota.

“Kau benar-benar gila, Ardan...” ucapnya pada diri sendiri. “Kau bangun perusahaan dengan darah dan tenagamu... lalu kau sendiri yang siap menghancurkannya, demi seorang wanita yang dulu tega meninggalkanmu.”

Asap terakhir keluar bersama senyum pahitnya. Dalam dinginnya, ada cinta yang tak mampu ia bunuh.

Di dalam kamar mandi, Nadira buru-buru mengeluarkan ponselnya dan menekan nomor Nyonya Rarasati. Panggilan itu langsung terjawab.

“Ya, sayang. Bagaimana? Ardan tak jadi pergi, kan?” suara lembut tapi penuh rasa ingin tahu terdengar dari seberang.

“Dia sempat pergi, Mah… tapi tidak lama, ia kembali." Jawab Nadira pelan.

“Lihat, kan? Ucapan Mama benar. Dia masih mencintaimu, hanya saja egonya terlalu tinggi. Kau bisa tenang sekarang, perasaan Ardan padamu masih sama,” tutur Nyonya Rarasati dengan nada ceria.

Nadira menahan senyum. “Lalu bagaimana dengan acara pertunangan itu? Dan rencana membuka kejahatan Claudia? Mama sudah siap malam ini…”

"Artinya, belum saatnya kebusukan wanita itu terungkap. Untuk sekarang, bukankah yang terpenting Ardan lebih memilihmu daripada menghadiri acara ini?"

“Iya, Mah… Dira benar-benar bahagia. Ternyata, suamiku tetap memilihku…” ucap Nadira bersemangat, matanya berkaca-kaca.

"Tenanglah, tugasmu sekarang hanya menjaga hati suamimu. Mama baru mendapat kabar, perusahaan kami sejak kemarin sedang bermasalah. Mama harus mengurus masalah ini... jadi untuk malam ini, biarkan saja rasa malu menimpa Claudia. Ketidakhadiran Ardan saja sudah cukup mencoreng nama baik dan harga dirinya."

Nadira menggenggam ponsel erat. “Terima kasih untuk semuanya, Mah… Dira sungguh bersyukur punya Mama mertua yang begitu baik.”

“Jaga dirimu dan jaga Ardan. Urusan Claudia dan ayahnya, serahkan pada Mama. Sudah ya, Mama tutup dulu. Sepertinya sebentar lagi akan ada drama kecil... para tamu pasti menertawakan Claudia.”

“Iya, Mah.”

Panggilan pun terputus.

Nadira menatap layar ponselnya sejenak, lalu tersenyum bahagia. Meski Ardan masih terbelenggu salah paham, hatinya yakin cinta pria itu masih utuh padanya... sama seperti dulu.

Selesai membersihkan wajah, ia membuka pintu kamar mandi dengan perlahan. Dari sana, ia melihat Ardan berdiri di balkon. Punggung suaminya menghadap ke dalam ruangan. Nadira menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah mendekati suaminya.

“Aku nggak tahu harus ngomong apa supaya kamu percaya,” kata Nadira hati-hati, suaranya penuh kejujuran. “Tapi semua yang kukatakan tadi... itu yang sebenarnya aku rasakan. Aku memang masih mencintaimu.”

Ardan menghela napas panjang, lalu membalikkan tubuhnya menghadap Nadira. Tatapannya menancap dalam, seakan ingin menembus hati istrinya. “Kalau memang begitu... kenapa dulu kau pergi, Nadira? Aku sudah berusaha membuatmu bahagia, bahkan ketika aku kelelahan bekerja. Tapi rupanya... semua itu tak pernah cukup bagimu."

"Ardan… bukan seperti itu. Ada hal yang belum kau ketahui, tapi aku belum bisa mengatakannya sekarang. Percayalah, bukan keinginanku dulu meninggalkanmu."

Ardan menggeram, tatapannya menusuk. "Kalau begitu, jelaskan sekarang juga!"

Bibir Nadira terbuka, hampir meluncurkan rahasia yang terpendam ketika suara ketukan keras menggema di pintu, membuatnya tersentak.

Tok! Tok! Tok!

“Tuan, Dokter sudah datang,” suara asisten terdengar dari balik pintu.

Wajah Nadira seketika pucat, ia takut kebohongan nya terbongkar. Tanpa sepengetahuan Nadira, Nyonya Rarasati sudah lebih dulu menghubungi dokter pribadi itu dan memintanya berbohong pada Ardan. Dengan begitu, posisinya tetap aman.

.

.

.

Sementara di pesta mewah itu, kekacauan mulai terasa ketika Ardan tak kunjung muncul. Waktu yang dijanjikan sudah terlewati, namun Claudia bahkan tak bisa menghubungi pria itu.

“Sialan! Arrghhh!” geram Claudia di ruang rias, tangannya menghantam meja hingga beberapa barang pecah berantakan. Amarahnya memuncak, rasa malu sudah membayanginya.

Di ballroom, para tamu mulai gelisah. Bisikan-bisikan tak sabar terdengar di setiap sudut ruangan. Hingga akhirnya, pembawa acara naik ke atas panggung dan mengumumkan bahwa malam itu pertunangan dibatalkan.

Alasannya singkat, calon tunangan Claudia mengalami musibah dan tidak bisa hadir. Hanya itu yang bisa dijadikan tameng oleh Claudia dan ayahnya, demi menyelamatkan wajah mereka.

Namun, para tamu tetap saja bersuara. Bisikan sinis dan spekulasi buruk beredar, mengatakan bahwa calon tunangan Claudia kabur karena sebenarnya tak mencintai wanita itu. Pesta pun berakhir dengan kehancuran nama baik Claudia dan ayahnya.

Di tengah semua kegaduhan itu, Nyonya Rarasati meninggalkan pesta dengan wajah puas. Sementara itu manajer restoran, orang yang dulu menuduh Ardan atas perintah Claudia, sudah diamankan kembali.

1
Rita
betul dih
Rita
Ardan tolong jelaskan apa prasangka istrimu benar pa salah
Rita
lah🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
awas nih sakit gangguan jiwa
Rita
obsesi itu namanya
Rita
tuh Ardan sdh tau kan
Rita
mamer 🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍👍👍👍
Rita
hei hei😅😅😂😂😂😂
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Rere💫: 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Jeng Ining
good Clau provokasi Ardan terus, itubmemang yg dimaui mama Ardan, biar sepenuh hati Ardan melakukan pembelaan thd Nadira dn mengeluarkan semua isi hati yg hanya ada Nadira😁😁😁
Jeng Ining: biar polpolan nunjukin cintanya ke Nadira sesuai prediksi Mamanya🤭
total 2 replies
Tiara Bella
wow Ardan terlalu cepet ini mah ketemunya Nadira ....hehehhe...
Tiara Bella: hooh....
total 2 replies
Azahra Rahma
bagus, keren
Azahra Rahma
Ardan jangan percaya kata² Claudia,,dia itu wanita siluman ,,entah siluman laba² atau siluman ular putih
Rere💫: Siluman rubah 🦊🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Claudia emang licik...

Dalam keadaan terdesak pun dia masih bersikap sombong dan mencoba memprovokasi Ardan...😒
Rere💫: Di bikin tomyam 🤣🤣🤣
total 3 replies
Desyi Alawiyah
Istrimu di culik mama kamu, Ardan... Udah jangan khawatir 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
istrimu mamah mu yang culik Ardan ...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Azahra Rahma
dalangnya adalah ibumu Ardan,,yg menculik Nadira
Azahra Rahma
tapi aku yakin Ardan tidak pernah berhubungan intim dengan Claudia,,,kalau Claudia dekat² saja sepertinya Ardan tidak menyukainya
Tiara Bella
aku udh takut Nadira diculik sm Claudia twnya sm mamer.....lega nya....sabar Ardan....et dah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!