Dia bukan cucu kyai, bukan pula keturunan keluarga pesantren. Namun mendadak ia harus hidup di lingkungan pesantren sebagai istri, cucu dari salah seorang pemilik pesantren.
Hidup Mecca, jungkir balik setelah ditinggal cinta pertamanya dulu. Siapa sangka, pria itu kini kembali, dengan status sebagai suami.
Yuukk, ikuti cerita Mecca dengan segala kisahnya yang dipermainkan oleh semesta. Berpadu dengan keromantisan dari Kenindra, suami sekaligus mantan kekasihnya yang pernah sangat ia benci dulu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yazh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mecca dan Darren
.
.
.
Suara azan subuh terdengar sayup-sayup, begitu jauh, namun cukup untuk membangunkan Kenindra yang memiliki pendengaran begitu peka. Tangannya masih membelit tubuh Mecca saat ia membuka mata. Pandangannya perlahan turun pada Mecca yang masih terlelap. "Sayang, bangun. Salat dulu, yuk."
Mecca sedikit terusik saat tangan Ken mengusap pipinya dengan lembut. "Mmh... iyaa..." Mecca membuka matanya, dan seketika kesadarannya kembali. "Eh... ya ampun, aku ketiduran ya?" Tubuhnya sedikit mundur, kaget karena ia sama sekali tidak ingat bagaimana bisa berakhir tidur dalam pelukan Kenindra untuk kedua kalinya.
"Iya, kamu kecapekan semalam," ucap Ken. "Bangun dulu, yuk, kita salat."
Usai salat subuh, Mecca kembali duduk di sofa. Jari-jari lentiknya sudah tak sabar ingin meraih laptop untuk mengecek perkembangan berita dan pesanan yang masuk. Apakah kembali menurun seperti kemarin atau semakin parah? Namun, gerakannya terhenti begitu Kenindra lebih cepat mengambil alih laptopnya.
"Kenapa?" tanya Mecca, mendongak.
"Kamu boleh bekerja keras, tapi jangan sendirian. Ada aku," jawab Ken, suaranya lembut namun tegas. "Walaupun aku tidak terlalu paham dunia bisnis kamu, sedikit banyak aku mungkin bisa membantu meringankan beban masalahmu saat ini. Berbagi, ya? Kamu punya aku. Sekarang kita pulang dulu untuk bersih-bersih badan sekaligus sarapan, baru setelah itu mulai bekerja lagi. Bekerja keras juga butuh energi, paham?"
Ia menggenggam tangan Mecca, bukan memaksa tetapi sangat mampu membuat Mecca mengangguk pasrah. Dulu hanya Dean yang mampu membuat Mecca tak ingin mendebat, kini Kenindra mempunyai peras yang sama.
___
Setelah sarapan, Mecca menceritakan semua kejadian kemarin, hingga insiden paket bangkai yang membuatnya sangat tertekan. Benar, ia tidak lagi sendirian. Mecca bisa menceritakan banyak hal pada Ken. Biarpun kehadirannya tidak datang dengan cara yang ia sukai, tidak bisa dimungkiri bahwa Ken sangat memengaruhi kehidupannya.
Selama ini Mecca memang punya pesaing dalam dunia bisnis, tapi tidak pernah sampai ada teror terang-terangan separah sekarang. Mecca merasa heran. Biasanya Gery dan teman-temannya sudah langsung mengamankan Mecca, hingga tidak pernah ada yang sampai melukainya, sekarang mereka kecolongan pasti.
"Mas, kok kamu nggak kaget dengar cerita aku?" Mecca menyesap susu hangatnya usai berceloteh panjang lebar.
Ken menatapnya dengan tatapan tenang. "Eyang sudah bergerak cepat bersama Gery untuk mencari tahu dan menangkap siapa pengirim paket bangkai itu. Dari awal kamu dapat masalah ini, beliau selalu memantau."
Mecca semakin terkejut. "Beliau ingin membiarkan kamu menyelesaikan sendiri, tapi sejak kemunculan paket teror itu, Eyang sudah tidak tahan lagi. Akhirnya eyang turun tangan, menyuruh bawahannya untuk menelusuri dan menangkap pelakunya," terang Ken pelan.
Mecca seharusnya sudah paham, Eyang memang selalu memantau kehidupannya dari berbagai sisi. Beliau tidak pernah membiarkannya lepas dari jangkauan. Namun justru itu kadang yang emmbuat Mecca tidak suka, sudah sebesar itu tapi masih saja hidup dalam bayang-bayang eyangnya. "Oh, pantas kamu nggak kaget dengar ceritaku."
"Eyang belum men-takedown berita itu karena permintaanmu, tapi beliau tidak bisa membiarkan kamu diteror seperti ini. Ini sudah tindakan kriminal, sayang."
Mecca mengangguk paham. Ia mulai penasaran dengan pelaku terornya. "Antar aku ketemu Eyang, yuk. Aku ingin tahu siapa yang neror aku itu."
Ken menarik napas panjang. "Ternyata kehidupan kamu sekeras ini, ya?" gumamnya. Mecca terkekeh, "Ini baru secuil masalah yang eyang selesaikan mas. Sebelumnya sudah ada puluhan kasus yang menjerat aku, sampai eyang dan Gery kewalahan ngurusnya."
***
Sepasang suami istri itu kini sedang dalam perjalanan menuju mansion Eyang. Sesampainya di sana, Eyang sudah menunggu dan langsung menyambut mereka di halaman. Eyang mengajak Mecca dan Ken masuk ke sebuah ruangan di belakang rumah.
"Jadi, orang itu ada di dalam, Eyang?" tanya Mecca, jantungnya berdebar menebak-nebak siapa orang dibalk teror dan kacaunya butik
"Iya," jawab Eyang.
Di tengah ruangan pengap yang lebih mirip gudang, seorang wanita paruh baya duduk terikat di kursi. Tatapannya penuh amarah, menjurus langsung pada Mecca. Sejak Mecca masuk, tatapan sinis itu tidak pernah lepas. Jelas sekali ia sangat membenci gadis itu.
"Permisi, apa kita kenal?" tanya Mecca, mencoba mendekati wanita itu.
Wanita itu mengangkat wajahnya tinggi, menatap Mecca nyalang. "Mungkin baru akan kenalan sekarang."
"Kalau kita belum saling kenal, kenapa Anda ingin sekali menghancurkan saya?"
"Kalau kamu tidak kenal saya, kamu pasti mengenal Darren," jawab wanita itu sinis. "Laki-laki yang kamu campakkan beberapa waktu lalu dan sekarang seperti orang yang kehilangan kewarasannya. Sedangkan kamu enak-enakan sudah menikah di sini, menikmati kehidupan kamu dengan baik-baik saja tanpa rasa bersalah."
Mendengar itu Mecca geram bukan main, akhirnya ia tahu alasannya. Tangannya mengepal erat, menahan emosi yang meluap, di sini dialah korbannya Darren, tapi pria itu jadi playing victim seperti ini, seperti perempuan saja.
"Sepertinya ada salah paham di sini. Saya yang menjadi korbannya Darren," tegas Mecca. "Dia pria cabul yang hampir merusak masa depan saya dengan hawa nafsunya. Itu yang menyebabkan saya meninggalkan dia."
Wanita itu melirik sinis. Mecca tahu, alasan ini pasti terdengar klise. Tidak mungkin ada wanita yang menolak diajak tidur oleh Darren. Pesonanya sudah level dewa, jabatan kapten pilot, ketampanan, dan tubuhnya yang nyaris sempurna, semua itu membuat Darren sulit ditolak oleh perempuan mana pun. Tapi Mecca memilih untuk menjadi salah satu wanita langka yang menolak. Ia akui ia kagum dengan Darren, tapi untuk urusan ranjang, ia memilih mundur.
lalu satu pertanyaan yang terus muncul di benaknya adalah, ada hubungan apa wanita ini dengan Darren?
"Halah, kamu hanya wanita sok suci dan sok baik saja!" bentak wanita itu. "Baru beberapa hari putus dari Darren saja sudah langsung mendapat pengganti, bahkan langsung menikah. Penampilan kamu sekarang pasti hanya kedok. Kami semua tahu bagaimana penampilan kamu selama ini."
Tidak terima cucunya dituduh macam-macam, Eyang menginterupsi. Beliau memutar sebuah rekaman CCTV di ruang apartemen Darren, di mana Mecca hampir dilecehkan. Wajah wanita itu berubah pucat. "Dari mana Anda mendapatkan rekaman itu? Itu bisa saja direkayasa, kan? Tidak mungkin itu asli!"
Eyang menatap tajam. "Dengan sekali tekan, bukti ini bukan hanya akan membuat Anda terseret ke penjara, tapi juga Darren. Dia bahkan bisa dicopot dari jabatannyasebagai kapten pilot secara permanen. Anda sudah menghancurkan nama baik butik cucu saya. Saya pun tidak akan segan menghancurkan karier Anda, juga laki-laki bejat yang hampir mencelakai cucu saya!"
Mecca baru tahu, wanita itu adalah Bu Dewinta—ibu angkat Darren. Penjelasan Eyang dari fakta-fakta yang beliau dapatkan cukup untuk menjelaskan aalasan dibalik kejadian yang menimpa Mecca. Ternyata, semua ini bukan sekadar kesalahpahaman. Bu Dewinta dihasut oleh Darren sendiri, untuk ikut dalam rencana balas dendamnya yang busuk.
Darren… dari semua masa lalunya, dia memang yang paling lama bertahan di hidup Mecca, dan hubungan mereka adem ayem nyaris tidak pernah bertengkar. Hanya ketika hari itu Darren gelap mata saja baru mereka berseteru.
Perdebatan antara Mecca, bu Dewinta dan Eyang berlangsung seperti tak ada yang mau mengalah, bu Dewinta sendiri awalnya tetap keukeuh kalau Mecca yang salah lebih dulu. Nada suaranya tersu meninggi, ia masih tidak terima Darren menjadi seperti sekarang yang katanya seperti orang kehilangan kewarasan. Entah itu benar adanya atau hanya isapan jempol belaka demi untuk membela diri.
Akhirnya, dengan wajah yang masih menahan gengsi, Bu Dewinta mengangguk setuju, bersedia membuat video klarifikasi atas berita bohong yang sempat ia sebarkan. Itu pun setelah Eyang turun tangan, menunjukan ingin membawa kasus ini ke polisi dan siap mendepak Darren dari maskapai. Kerugian yang Mecca terima bukan sekedar dalam bentuk angka yang besar, namun juga menyita waktu dan mentalnya.
Video itu kini sudah diunggah. Respon dari netizen begitu antusias, Butik Mecca perlahan mendapatkan kembali kepercayaanya. Beberapa permintaan maaf dari klien yang sempat cancel juga Mecca terima dengan lapang dadaa, wajar mereka seperti itu, kebanyakan adalah klien besar dan orderan mereka bukan dalam skala puluhan tapi sudah ratusan hampir ribuan pcs malah.
Selesai dengan huru-hara yang Darren ciptakan, mood Mecca untuk bekerja naik lebih tinggi lagi. Eyang duduk di sebelahnya, matanya lembut namun penuh kekhawatiran. Mecca masih terpaku di depan laptop, menatap layar dengan lingkar gelap di bawah matanya. Jemarinya fokus menggenggam mouse, menggulir slide demi slide laporan aygn Mecca terima dari Chacha.
“Kamu istirahat saja, ya,” suara Eyang terdengar seperti selimut hangat di malam hujan. “Kamu pasti capek sekali. Atau… mau tidur di sini saja?”
Mecca menoleh, tersenyum tipis. “Iya, Eyang… Mecca pulang ke apartemen sebentar lagi,” ujarnya pelan. Matanya kembali pada layar. “Rasanya belum bisa tenang sebelum tahu pasti bagaimana hasilnya…”
Begitu juga Kenindra, ingin sekali ia membopong istrinya untuk istirahat dan tidur. Beberapa hari ini ia hanya tidur beberapa jam saja.
easy going lah crtanya, menghibur tp gak menjemukan👍👍👍