Bagian Kedua Kembar Pratomo dari Generasi Ke Delapan
Mandaka Pratomo adalah seorang arsitek jenius yang hobi berpetualang ke daerah konflik untuk membangun rumah sakit sesuai permintaan Opanya, Mamoru Bradford. Hingga suatu hari, Mandaka hendak menyelesaikan satu tugas lagi di pinggiran negara Sudan, mobilnya terkena tembakan roket. Mandaka dan pengawalnya dari Black Scorpio, Carole Laurent selamat dan mereka harus berjibaku untuk bisa kembali ke markas. Perjalanan keduanya tidak mudah apalagi mereka tidak pernah akur dari awal bertemu. Siapa sangka, lama-lama mereka saling tergantung satu sama lainnya.
Generasi Kedelapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencuri
Mandaka melihat sepasang sepatu Converse yang ada diatas pahanya sementara si pemilik kaki jenjang dan sepatu bewarna hijau army itu tampak terlelap dengan cueknya.
"Ampun deh anak satu ini!" gerutu Mandaka sebal.
Mandaka menatap ke luar jendela sambil memikirkan, dia hutang apa? Pria itu lebih memikirkan uang, makanan di cafe yang belum terbayar atau di supermarket. Mandaka merasa kalau di supermarket tidak mungkin karena dia tidak bisa keluar tanpa membayar terlebih dahulu karena semua barang terdeteksi begitu masuk di keranjang.
Ingatan Mandaka kembali ke masa-masa dirinya di asrama.
***
Asrama di Swiss Dua Belas Tahun Lalu
"Oscar ngapain?" tanya Mandaka sambil menelpon saudara kembarnya, Mandasari.
"Mau masuk Princeton sama dengan aku. Sekarang jadi rajin belajar di rumah. Papa sih kasih ijin tapi jangan goda Vendra," jawab Mandasari.
"Kamu juga sih punya sobat kok g@y sih Sari," kekeh Mandaka.
"Lho justru karena dia g@y, papa tenang kalau aku pergi sama dia. Apalagi kalau kita sama-sama keterima di Princeton, papa kan ayem aku ada si Kadal," jawab Mandasari.
"Iya. Kamu ayem, kita cemas. Aku dan Vendra! Bagaimana kalau dia main rayu kita, Sari?"
"Tendang saja anunya. Pasti kapok!" kekeh Mandasari membuat Mandaka menyipitkan matanya.
"Woi, aku juga punya anu. Kalau kena tendang, ngilu Sarimi!"
Dylan yang duduk di sebelah Mandaka, hanya bisa menggelengkan kepalanya.
"Apaan sih kalian ribut soal peranuan?" tanya Dylan gemas.
"Lho bukannya punya pria itu anu?" jawab Mandaka cuek.
"Aku tidak mau tahu!" Dylan memilih untuk membuat tugas sekolahnya.
"Kamu dimana Daka?" tanya Mandasari.
"Di danau dekat asrama. Aku dan Dylan sedang pusing dengan tugas." Mata hitam Mandaka melihat Carole berjalan bersama dengan dua temannya ke pinggir danau. Melihat dari gelagatnya, Mandaka tahu kalau gadis ABG itu hendak berenang.
"Lho ada Carole, Brigette dan Paula?" ucap Dylan.
Mandaka menoleh ke arah Dylan. "Kok elu tahu nama-nama temannya Carole?"
"Lha, mereka yang minta kenalan sama aku. Kan aku ganteng, Italiano dan anak orang kaya. Tahu sendiri kan aku keren semuanya?" cengir Dylan.
Mandaka menggelengkan kepalanya. "Dasar anak Italiano!"
"Siapa Daka?" tanya Mandasari.
"Dylan sedang menikmati keItalianonya. Jadi playboy duren tiga!"
Dylan tersenyum.
"Dylaannnn! Berenang yuk!"
Kedua remaja pria itu menoleh ke arah Paula yang melambaikan tangannya. Gadis ABG itu memakai baju renang one piece begitu juga dengan Carole dan Brigette.
"Kalian duluan saja. Aku masih buat tugas!" jawab Dylan sambil memperlihatkan tab nya.
"Susul yaaaa!" goda Paula.
"Tenang, aku sudah siap kok!" senyum Dylan sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Haddeeehhh! Dasar anak Italiano!" umpat Mandaka.
Carole melihat Mandaka sedang menelpon seseorang dengan wajah ceria. Terkadang raut wajahnya serius tapi kadang seperti menggoda.
Pasti cewek! - batin Carole.
"Carole, kamu berenang tidak?" tanya Brigette sambil melakukan pemanasan.
"Berenang," jawab Carole sambil tetap melihat ke arah Dylan dan Mandaka yang duduk di kursi malas yang memang ada disana. Danau indah itu memang bagian dari area asrama mereka. Banyak siswa yang suka berenang disana tapi kali ini, cukup sepi karena banyak yang sudah pulang ke negara masing-masing disebabkan libur musim panas sudah mulai.
Mandaka dan Dylan hanya tinggal menyelesaikan tugas akhir karena keduanya sudah diterima di ETH dan MIT lewat jalur early test. Mandaka dan Dylan sama-sama mengambil ujian SAT terlebih dahulu karena jadwal lulusnya berbeda dengan di Amerika. Awalnya Mandaka juga ingin kuliah di MIT tapi ternyata aplikasinya di ETH diterima jadi dia tetap memutuskan di Swiss.
"SAT aku kalah sama kamu Daka. Hanya beda dua puluh poin."
"Tapi untuk masuk ke Princeton bisa kan?" tanya Mandaka.
"Bisa lah! Kamu meragukan kemampuan otak kembaran kamu?" protes Mandasari galak. "Itu kan baru SAT bayangan. Realnya bisa dekat sama kamu."
"Iya deh ...." Mata Mandaka menatap ke arah Carole yang masih pemanasan. Entah kenapa dia merasa Carole judes ke dirinya.
Kenapa si cewek bar-bar itu judes ke aku? - batin Mandaka bingung.
Carole pun mendengus sebal dan bersiap untuk berenang.
"Oke Sarimi. Good luck buat masuk Princeton." Mandaka tersenyum ke Carole tapi gadis itu hanya membuang muka. Kenapa sih tuh cewek?
"Oke. Salam buat Dylan."
"Wa'alaikumsalam." Mandaka mematikan ponselnya dan kembali fokus di depan laptopnya.
"Serius itu Sari masuk Princeton bersama teman g@y nya?" tanya Dylan ke Mandaka.
"Gimana ... Papa cuma oke Sarimi sama Kadal kalau tinggal berdua. Lagipula Oscar memang disukai nyokap karena tidak aneh-aneh soalnya dia sudah aneh. Dia juga tulus berteman dengan Sari. Selama papa dan mama oke, no problemo."
"Eh, serius itu si Yagami dididik ala Yakuza Azuma?" tanya Dylan.
"Katanya sih begitu."
"Teu abis pikir aing! Kok bisa punya saudara psikopat gitu ya." Dylan melihat ke arah tiga gadis yang sedang bercanda sambil berenang di danau.
"Kakeknya memang sudah ada perjanjian sama Oom Seiji sih ... Tahu sendiri kan sudah pasti dilakukan. Sama kan dengan hukum mafia?" senyum Mandaka.
"Benar sih. Kita punya aturannya masing-masing."
Tiba-tiba suara teriakan terdengar membuat kedua remaja itu menoleh.
"Carole ! CAROLE!" teriak Paula.
Dylan dan Mandaka bergegas ke danau dan melihat Paula serta Brigette panik.
"Ada apa?" tanya Dylan.
"Carole keram dan tengge ..."
BYUUUURRRR!
Dylan terkejut saat melihat Mandaka sudah terjun ke dalam danau dan menyelam, meninggalkan kaos dan sandalnya. Tak lama Mandaka berhasil naik ke permukaan sambil membawa Carole. Remaja itu pun membawa tubuh Carole ke pinggir dan dibantu Dylan serta Paula, mereka mengangkat tubuh Carole dan Mandaka pun naik ke permukaan.
Remaja pria itu segera melakukan CPR dengan mendongakkan kepala Carole ( head tilt - chin lift ) untuk membuka jalan pernafasan. Mandaka lalu melakukan kompresi dada 30 kali dan melakukan nafas buatan mulut ke mulut dua kali.
"Bangun Carole!" ucap Mandaka sambil terus melakukan kompresi dada.
"Carole! Bangun!" seru Paula dan Brigette panik.
Mandaka kembali melakukan nafas buatan lagi hingga Carole tersedak dan Mandaka memiringkan tubuhnya hingga air dari dalam tubuhnya keluar dari mulut.
"Haaaahhh ... Alhamdulillah," ucap Mandaka terengah-engah.
Paula dan Brigette segera mengambil handuk besar untuk Carole yang masih bingung.
"Aku takut saat kamu tenggelam tadi!" ucap Paula sambil memeluk Carole.
"Siapa ... Yang menolong aku?" tanya Carole bingung.
"Manda," jawab Brigette.
Carole menoleh ke Mandaka yang sedang menerima handuk dari Dylan.
"Kamu mencuri ciuman pertama aku padahal kamu sudah punya pacar?"
Mandaka dan Dylan melongo. "Apa?"
***
Present Day
"Dasar playboy ... Main curi ciuman ...."
Mandaka menoleh ke arah Carole. Hah? Dia ngimpi waktu tenggelam? Pakai acara ngigau pulak?
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
tnggl bls dndam sm mreka....
Manda mh lg stuasi ky gt jg msh aja gombal....🤭🤭🤭
kusajikan kopi dan mawar untukmu mbakku tersayaaang
semangat terus up'nya
gedubragan lagi...