Suaminya ketahuan selingkuh dan anak yang dikandungnya meninggal adalah petaka yang paling menyedihkan sepanjang hidup Belcia. Namun, di saat yang bersamaan ada seorang bayi perempuan yang mengira dia adalah ibunya, karena mereka memiliki bentuk rambut yang sama.
Perjalanan hidup Belcia yang penuh ketegangan pun dimulai, di mana ia menjadi sasaran kebencian. Namun, Belcia tak memutuskan tekadnya, menjadi ibu susu bagi bayi perempuan yang membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Penasaran dengan kisah Belcia? Ayo kita ikuti di novel ini🤗
Jangan lupa follow author💝
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
TT @Ratu Anu👑
Salam Anu 👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5. Semua Akan Terlewati
Jasper pulang ke rumah cukup larut, di saat semua penghuni sudah tidur, kecuali satu orang, yakni Sharon yang menyambutnya di ruang tamu.
"Kamu baru pulang?" tanyanya sambil melipat kedua tangan di depan dada dan mendekati Jasper.
Melihat keberadaan Sharon, Jasper sedikit terhenyak karena dia tidak mendapat kabar bahwa kakak dari mendiang istrinya itu akan pulang.
"Kau ada di sini?" Jasper balik bertanya dengan nada dingin. Dia terlalu menjaga jarak pada wanita manapun, kecuali istrinya.
Sharon mengangguk sambil tersenyum manis. Wajahnya memang cukup mirip dengan Maureen, tapi rambut lurusnya itu tampak jelas sebagai pembeda.
"Aku datang untuk keponakanku, Jas. Aku akan membantumu merawatnya," kata Sharon yang memiliki tujuan tertentu atas misinya ini. Namun, Jasper langsung menolaknya mentah-mentah, karena dia tidak membutuhkan itu.
"Tidak perlu. Leticia sudah punya pengasuh!"
"Pengasuh tetaplah pengasuh. Tapi aku bibinya, bahkan aku bisa mengambil hak asuh Leticia darimu jika aku mau, Jasper!" tandas Sharon yang membuat mata Jasper langsung berkilat. Jasper maju, lalu mencengkram lengan Sharon cukup kuat.
"Jangan macam-macam. Leticia adalah anakku dengan Maureen, kau tidak berhak atasnya!" cetus Jasper dengan tatapan yang semakin menusuk.
Namun, bukannya takut Sharon justru semakin menantang. Dia membelai lembut tangan Jasper, sehingga pria itu sendiri yang melepaskan cengkramannya.
"Siapa bilang? Kamu mau membuktikannya di pengadilan? Jika malas bermain-main, kamu cukup izinkan aku tinggal di sini. Itu saja, lagi pula kebetulan aku sedang ada kerjaan di sini sampai beberapa bulan ke depan," jelas Sharon, semakin membuat rahang Jasper mengeras.
Akan tetapi malam ini dia terlalu lelah. Jadi, dia tidak ingin meladeni Sharon lebih lama.
"Terserah kau saja. Tapi ingat, jangan bertindak semaumu jika tidak ingin kuusir seperti kecoa," tandas Jasper seraya melanjutkan langkahnya yang gontai. Dia benar-benar lelah mengurus perusahaan dengan pikirannya yang berkecamuk.
"Oh iya ...."
Sharon kembali berseru hingga membuat Jasper berhenti sejenak.
"Aku turut berduka cita. Aku tidak menyangka jika akhirnya akan begini, Maureen terlalu cepat pergi," lanjutnya, daripada ucapan bela sungkawa, kalimat itu justru seperti sebuah ejeken. Tanpa menunggu balasan Jasper Sharon langsung pergi ke kamarnya.
Jasper menelan ludahnya yang terasa tercekat di tengah tenggorokan. Namun, dia tidak boleh terlihat lemah, karena masih ada Leticia yang membutuhkan dirinya. Lantas dia menyambangi kamar putrinya yang tidak bisa dia awasi selama 24 jam itu.
Dalam lampu yang temaram, dia melihat Leticia yang sudah tidur dengan nyaman di box bayi, sementara Maria berbaring di sofa. Setia menemani bayi itu.
*
*
*
"Dia masih sakit, apakah harus tetap tidur di sel? Lagi pula dia bukan pelaku yang sebenarnya, dia hanya ada di sana, harusnya dia cukup menjadi saksi!" protes Bizard yang tengah menjenguk putrinya di kantor polisi. Sejak semalam Belcia memang langsung dimasukan ke sel tahanan, tanpa dilihat kondisinya seperti apa, ayah mana yang tidak marah putrinya diperlakukan seperti penjahat sungguhan seperti itu?
"Maaf, Tuan, kami hanya mengikuti laporan penggunggat, dan itu sudah ketentuannya. Lagi pula Ibu Belcia sendiri tidak menolak dan tidak mengeluh apa-apa," jawab sang polisi sambil berusaha melepaskan cengkraman pria paruh baya itu. Saat datang Bizard memang seperti ingin mengamuk.
"Itu karena dia—"
"Pa, sudahlah. Aku baik-baik saja," seru Belcia sambil berusaha tersenyum, setelah mendapat izin ia baru bisa menemui ayah dan salah satu saudara kembarnya.
Cengkraman tangan Bizard langsung mengendur, dia dan Boi bergegas menghampiri Belcia.
"Ci, kamu ...." Boi hendak bertanya, tapi Bizard justru langsung memeluk tubuh Belcia yang masih tampak lemah.
"Papa akan segera membebaskanmu dari tempat ini, Cia, bersabarlah sebentar," ujar Bizard. Sebagai seorang ayah sekaligus pengacara, dia akan berusaha keras membela Belcia yang tidak sepenuhnya bersalah dalam kasus ini.
Belcia mengangguk dalam pelukan sang ayah. Dia yakin jalan yang benar pasti akan memihaknya. Sesulit apapun masa yang sedang dia lalui pasti akan terlewati juga.
"Kalian hanya berdua? Mama tidak ikut?" tanya Belcia mengalihkan topik pembicaraan.
"Papa melarangnya, karena Mama pasti akan menangis terus melihatmu seperti ini," jawab Boi yang langsung mendapat anggukan dari Bizard.
"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Bizard.
Belcia menganggukkan kepala, dadanya terasa nyeri karena ASI-nya belum sempat dikeluarkan.
"Tolong bawakan aku pompa ASI, aku cukup tersiksa karena ini. Dan tolong berikan ASI-ku ke rumah sakit, aku mendonorkannya di sana," papar Belcia sambil menatap Bizard dan Boi secara bergantian. Hingga kedua pria itu merasa prihatin.
"Biar aku belikan saja, tunggu sebentar," pungkas Boi yang merasa tak tega melihat saudarinya kesakitan.
Setelah berhasil mendapatkan apa yang ia butuhkan, Belcia langsung memompanya, ia benar-benar merasa lega. Dan di tiap hembusan serta matanya yang tertutup, wajah bayi yang memanggilnya 'Mama' terus menghantui pikirannya, hingga perlahan-lahan menciptakan senyum.
"Dia sangat cantik," gumam Belcia.
*
*
*
Tak berselang lama setelah itu, ayah Ronan juga datang membawa seorang pengacara. Demi nama baik keluarga supaya tidak tercoreng, sebisa mungkin Tuan Bliss ingin Ronan bebas.
"Pa, tolong aku, Pa, aku benar-benar tidak betah berada di sini. Aku ingin pulang," rengek Ronan sambil menggenggam tangan Tuan Bliss.
Namun, Tuan Bliss langsung menepisnya dengan kasar. Perlindungan yang dia berikan semata-mata bukan karena dia menyayangi putranya.
"Kau yang sudah membuat kekacauan, jadi jangan merengek seperti anak kecil. Ingat, setiap ditanya penyidik, jangan pernah menjawab dengan jujur, atau kau akan terkena masalah yang lebih besar!" cetus Tuan Bliss dengan rahang mengeras.
"Gunakan otakmu kali ini, Ronan!" lanjutnya.
Wajah Ronan langsung berubah pias. Dia menganggukkan kepala, mengikuti semua instruksi yang disampaikan ayahnya.
"Tapi bagaimana dengan bukti-bukti yang sudah terkumpul, Pa?" tanyanya takut-takut sambil mengusap ibu jari dengan telunjuk.
"Abaikan semuanya. Biar pengacara Papa yang urus," jawab Tuan Bliss, mengusap dagunya dengan gusar. Sebenarnya dia juga tidak yakin seratus persen bisa menggagalkan tuntutan ini, karena Ronan adalah pelaku utama, di samping itu yang dia hadapi adalah keluarga Smith, bukan kalangan biasa.
Keluar dari kantor polisi Tuan Bliss bertemu dengan Bizard dan Boi di parkiran. Dia menarik sudut bibir sinis, karena Bizard tidak bisa diajak kerja sama.
"Ini semua karena Anda tidak bisa berkompromi, Tuan Bizard," celetuk Tuan Bliss menghampiri kedua orang itu dengan angkuh.
Bizard tak menunjukkan raut penyesalan sedikit pun. Karena selamanya dia tidak akan mau menutupi sebuah kebusukan.
"Tidak masalah jika aku harus berjuang mati-matian. Putriku tidak bersalah, aku akan membuktikannya. Aku akan jadi pengacaranya!" balas Bizard to the point.
Mendengar itu Tuan Bliss langsung terperangah. Dia lupa kalau profesi Bizard suka sekali berhubungan dengan hukum.
"Intropeksi diri, hanya kau yang cemas di sini. Oh ya sampaikan juga pada putramu ... Belcia akan segera menceraikannya," lanjutnya yang makin membuat Tuan Bliss menganga.
setelah dia tau kronologi kecelakaan itu.jaspeer jdi kerasukn jin baik/Facepalm/
kamu tembulu yaaaa....
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣