Jodoh Wasiat Mami

Hari ini terlihat ada yang berbeda di rumah Tedi Apriawan. Rumah yang beberapa terlihat sepi kini nampak ramai.

Terlihat lelaki paruh baya yang menggunakan baju koko putih duduk di antara para tamu. Sebagai tuan rumah, Tedi harus basa basi pada orang-orang yang hadir sore itu.

Entah angin apa Tedi menyetujui permintaan Albert yang ingin mengadakan pengajian di rumah milik almarhum Vania.

Albert menjadi pengganti Dana yang sedang melanjutkan kuliahnya di Jerman dan tak bisa pulang untuk menyaksikan pernikahan Dena. Lelaki itu wara wiri mengatur acara pernikahan Dena.

Kakak iparnya itu lebih mirip si pemilik rumah dibanding Tedi yang seperti ayam sakit.

Saat ini Tedi sedang cari aman saja. Dia berstatus menumpang di rumah besar ini. Jadi lebih baik tak banyak bunyi dan mengikuti saja kemauan kakak dari almarhum istrinya. Selagi bukan dia yang mengeluarkan biayanya.

Sebagai ayah kandung Dena, tak ada sepeserpun uang yang dikeluarkannya untuk pernikahan putrinya.

Semua biaya ditanggung oleh Albert yang menganggap kedua keponakannya seperti anak kandung.

Pelit, sudah pasti. Kikir ya memang begitu watak Tedi.

Jangan dikiranya selama menikah dengan Vania, Tedi mengeluarkan uangnya untuk keluarga.

Tedi hanya menggunakan uang miliknya untuk membeli keperluan pribadinya saja. Dalam pikirannya, untuk apa menikahi wanita kaya jika masih harus dia yang mengeluarkan uangnya

Vania tak secantik wanita-wanita yang mengejar-ngejarnya. Dengan Kana pun Vania kalah jauh. Hanya saja Vania pintar memadupadankan penampilannya hingga terlihat menarik.

Berbeda dengan Tedi, lelaki itu memang tampan apalagi saat muda dulu. Dia selalu memanfaatkan ketampanannya untuk mendapatkan keuntungan dari para wanita yang dikencaninya.

Tedi bersedia menikah dengan Vania sudah jelas karena dia kaya dan royal. Tentu saja hal itu sempat ditentang keluarga Vania, Tedi yang hanya seorang supir tamatan SMA dirasa tak cocok bersanding dengan Vania, putri Pak Camat.

Tapi karena Vania yang tetap keras kepala ingin menikah dengan Tedi, mereka pun akhirnya menyetujui. Bahkan, Tedi diberi kesempatan bekerja di kantor agen properti milik keluarga Juanda, ayah Vania.

Hanya saja Albert, kakak Vania beda ibu itu selalu saja menjadi penghalang Tedi untuk memanipulasi Vania.

Dari kepemilikan rumah hingga usaha salon, tak ada satupun yang diberikan Vania pada Tedi. Padahal dia sudah menahan diri untuk tak berselingkuh. Walaupun Tedi sering adu rayu dengan beberapa wanita. Tapi hanya sebatas ucapan dan pesan chat saja.

Hingga titik jenuh itu tiba. Ketika Kana mulai bekerja di salon Vania sebagai resepsionis.

Kana yang terlihat cantik dan seksi walaupun usianya sudah hampir empat puluh tahun itu sering menggodanya diam-diam.

Jiwa puber Tedi meronta-ronta untuk keluar. Dia sering membelikan Kana makanan, baju bahkan bunga untuk wanita itu.

Padahal Vania saja tak pernah mendapatkan perlakuan seperti itu dari Tedi.

Kana pintar merayu dan menggoda dengan gerakan sensual tipis-tipis tapi bikin tegang adik kecilnya.

Tedi dan Kana mulai berani melangkah jauh hingga berhubungan intim layaknya suami istri.

Kana pintar memuaskannya, segala fantasinya yang terpendam selama ini bisa terwujud karena Kana.

Mereka bahkan pernah bercinta di toilet kamar inap Vania. Hal yang mendebarkan sekaligus menyenangkan bagi Tedi.

Tapi hanya itu saja kesenangan yang Tedi dapat dari Kana. Setelah menikahi Kana, Tedi menjadi pusing karena harus membiayai Kana dan putrinya Asta.

Maka ketika Asta hamil anak Evan, Tedi tak berpikir dua kali lagi untuk menikahkan mereka dan mengorbankan perasaan Dena, putri kandungnya.

Setidaknya bebannya lepas satu. Itulah pikiran Tedi saat itu. Apalagi Asta bukan anak kandungnya, rasanya berat harus membiayai gadis itu.

Sementara usaha salon Vania makin merosot setelah Vania meninggal dan kini hanya menyisakan dua cabang saja.

Kana tak sepandai Vania, sikapnya juga angkuh dan sombong setelah menikah dengan Tedi. Tak bisa ber manis-manis pada pelanggan seperti Vania.

Entah kenapa Vania meninggalkan catatan yang menitipkan usahanya pada Kana bukan padanya yang merupakan suami sahnya.

Itu juga yang menyebabkan Tedi segera menikahi Kana. Wanita itu mengancam akan mengusir Tedi jika tak menikahinya. Bisa miskin dia kalau Kana menguasai semua dan mencampakkannya.

Tedi kembali cosplay menjadi suami baik dan setia pada Kana. Menuruti semua keinginan wanita itu.

Sampai saat dia dihubungi oleh seorang pengacara bernama Ronaldo Himawan. Tedi baru mengetahui jika diam-diam Vania meminta pengacara membantunya membuat surat wasiat.

Tedi sempat mengamuk dan terima ketika mengetahui isi wasiat itu. Semua harta Vania jatuh kepada kedua anak kembarnya. Dan hanya mereka yang berhak mengelola semua peninggalan almarhum Vania.

Namun, kenapa harus menunggu lima tahun?

Ternyata ada poin yang menyebutkan jika Tedi berhak mendapatkan sepertiga dari harta Vania. Tapi hal itu tidak berlaku jika Tedi sudah menikah kembali.

Dan jika ada kerugian atau kekurangan yang disebabkan oleh Tedi dan istri barunya, maka mereka harus menggantinya sesuai dengan jumlah kerugian itu kepada Dana dan Dena.

Sialan memang, ternyata Vania sangat cerdas. Tedi meyakini jika istrinya sudah mengetahui perselingkuhannya dengan Kana.

Tapi wanita itu diam saja dan bergerak diluar ekspektasi.

Lima tahun, waktu yang diminta Vania untuk membacakan surat wasiat. Dimana Dana dan Dena sudah siap untuk mengelola peninggalan maminya.

Dan juga waktu yang tepat untuk membalasnya. Vania sudah memprediksi jika Kana pasti akan meminta Tedi menikahinya dalam kurun waktu lima tahun. Tenyata coretan-coretan yang ditunjukkan Kana tidak sah.

Tedi merasa jengkel karena merasa bodoh dan tertipu oleh dua wanita itu. Jika tau akhirnya seperti ini, tentunya dia tak akan menikahi Kana dan menjadi papi yang baik buat anak-anaknya.

Yah... Penyesalan selalu dibelakang. Sekarang Tedi hanya bisa diam menerima perlakuan anak-anaknya yang begitu membencinya.

Tedi oh Tedi penyesalan itu memang selalu di belakang. Kalau diawal namanya pendaftaran.

***

Begitulah Tedi, papi Dena. Yang dari kemarin penasaran kok bisa bapaknya setega itu sama anak-anaknya. Karena memang si Tedi wataknya jelek banget ditambah akhlaknya yang minus.